Senin, 18 Maret 2013
Ikimono Gakari - Blue Bird
Ikimono Gakari - Blue Bird
Habata itara modoranai to itte
Mezashita no wa aoi aoi ano sora
“Kanashimi” wa mada oboerarezu
“Setsunasa” wa ima tsukami hajimeta
Anata e to idaku kono kanjou mo
Ima “kotoba” ni kawatte iku
Michi naru sekai no yume kara mezamete
kono hane wo hiroge tobitatsu
Habata itara modoranai to itte
Mezashita no wa shiroi shiroi ano kumo
Tsukinuketara mitsukaru to shitte
Furikiru hodo aoi aoi ano sora
aoi aoi ano sora
aoi aoi ano sora
Aisou sukita you na oto de
Sabireta furui mado wa kowareta
Miakita kago wa hora sutete iku
Furikaeru koto wa mou nai
Takanaru kodou ni kokyuu wo azukete
Kono mado wo kette tobitatsu
Kakedashitara te ni dekiru to itte
Izanau no wa tooi tooi ano koe
Mabushi sugita anata no te mo nigitte
Motomeru hodo aoi aoi ano sora
Ochite iku to wakatte ita
Soredemo hikari wo oi tsudzukete iku yo
Habata itara modoranai to itte
Sagashita no wa shiroi shiroi ano kumo
Tsukinuketara mitsukaru to shitte
Furikiru hodo aoi aoi ano sora
Aoi aoi ano sora
aoi aoi ano sora
Sabtu, 16 Maret 2013
Fanfic Naruto : Minato-kun
Naruto fiction By Nakamura Nanami
(みなと-くん)
“Minato-kun”
“Minato-kun”
Sekuel Dari “Sahabatku Dimusim Panas”
Rate : T
Pairing : MinaKushi
Genre : Romance
Warning :
OOC, gaje, abal, death of chara , berantakan, garing walaupun gak ada comedynya, merusak mata dan telinga (?), bahasa entahlah sepertinya (sangat) baku, misstypo merajalela, nyambung kemana-mana, pokoknya Fanfic ini absurd abis -_-
Disclaimer :
Naruto udah JELAS bukan milik Nami, tapi milik Masashi Kishimoto-sensei. Nami cuma punya cerita gaje dan menggilakan ini. Dan ini cerita murni, original, dan terpercaya (?) dari kepala Nami sendiri. Mau Copas? Dilindes pake road roller kagamine twins aja dulu~
-
-
-
-
“Minato, Minato, Minato” “..shina” “..Kushina” “oi!! Kushina!!!”
dengan setengah sadar, gadis berambut merah itu mendongak dengan cairan
dimulutnya yang membekas di meja. “i..iya” kesadarannya segera penuh setelah
melihat guru berkaca mata dengan rambut botak tengah melihatnya sangat garang.
“kenapa kau tertidur saat belajar?!” mata kejam guru itu tak lepas dari
pandangan gadis yang ada di depannya. Gadis itu hanya membersihkan bekas cairan
dimulutnya, dan sesegera mungkin menjawab pertanyaan guru tadi. “aku... hanya
lelah” setelah kata-kata itu keluar ia kembali meneruskan mimpinya yang sempat
tertunda. Guru tadi mengangkat penggaris di tangannya dan berniat akan memuluk
kepala gadis itu, tapi keberuntungan sudah dicapai lebih dulu oleh gadis itu.
Bel istirahat berbunyi, bersamaan dengan berakhirnya jam pelajaran guru
tersebut. Dengan sigap gadis itu mendongak dan menggeser mejanya, lalu melewati
guru yang hendak memukulnya tadi.
Huh, memang hanya gadis itu yang
bisa membuat guru kepayangan, dan takkan ada yang bisa melawannya. Kushina
Uzumaki, si Habanero Berdarah.
---
“oi, Kushina. Kurasa namamu
akan terpampang di ruang guru lagi” gadis disampingnya berparas cantik dan juga
manis, rambut panjang hitamnya begitu indah walau tak sepanjang dan tak seindah
milik Kushina. Tapi, terbilang cukup bisa membuat para lelaki menggilainya. Mikoto
Uchiha. Ia sahabat terdekat Kushina selama masuk SMA. Ia juga yang membuat Kushina
seperti sekarang. Maksdunya, bukan membuat Kushina jadi segalak sekarang. Tapi,
membuat Kushina merubah penampilannya seperti sekarang.
Dulu,
memang saat-saat perih bagi Kushina. Ia tak begitu mengerti hidup, saat itu. ia
tak begitu sadar akan semua yang ia miliki. Tapi, karna ada seseorang yang
tiba-tiba saja datang merubah hidupnya. Ia berubah seperti sekarang. Entah, apa
perubahan ini baik atau tidak untuk Kushina. Ia hanya berfikir, Ini nyaman untukku jadi apa salahnya? Haha, memang hanya Kushina yang seperti itu.
Tapi, ia juga sering berfikir. Apa
kenyamanan ini bisa juga membuat nyaman dirinya disana? Itulah, dibalik
keceriaan dan kegarangannya. Diujung hatinya terbesit masalah yang sepele yang
bahkan tak masuk akal. Tapi, menurutnya itu sangat penting. Karna ini menyangkut hati dan perjanjian
antara aku dan dia. Perjanjian yang kita buat musim panas 3 tahun yang lalu.
Dan sebuah ikatan yang kita bangun musim panas 3 tahun yang lalu. Perjanjian
antara Aku dan Minato-kun.
---
“Kushina,
kau menyebut nama Minato lagi. Apa kau mau terus seperti itu?” “entah, aku tak
tau.. aku tak pernah bisa berhenti menyebutnya dikala aku tidur” Mikoto, kau
tau? aku juga ingin sedikit beristirahat untuk menenangkan pikiranku tampa Minato.
Tapi, namanya dan wajahnya tak pernah hilang dari pikiranku walau ia tak pernah
menepati janjinya untuk kembali. Tapi, tak tau mengapa hatiku selalu percaya
kalau nanti ia akan kembali menemuiku dan melindungiku lagi. “huh, aku tak
pernah melihat seseorang yang begitu mencintai seseorang sampai sepertimu ini”
aku menatap Mikoto tajam. Entah aku tak mengerti mengapa aku begitu marah
setelah mendengar ucapan Mikoto tadi. Mikoto yang tersadar dengan sigap
mengatakan maaf padaku. “oahaha... gomen~ aku bukannya membuatmu marah. Aku
hanya takut kau kenapa-napa. Walau aku bukan teman kecilmu. Tapi aku juga
mengerti apa yang kau rasakan. Memang sulit untuk melupakan seseorang yang
sudah membuat hidupmu berbalik seperti ini” aku memalingkan pandanganku kearah
makanan kering didepanku. “Huaaaaaaaaaa” dengan gerakan cepat aku memakan
hampir seluruh makanan itu dengan ganasnya. Aku tau,disekellilingku hanya memandangku
takut dan cepat-cepat menghindar. Mikoto hanya menganga lebar melihat
tingkahku. “kenapa? Aku hanya lapar” balasku pelan disambut dengan gelengan Mikoto.
“kau ini~”
---
“bagian
yang ini berfungsi sebagai pelarut, dengan %&^&$&^@$^$!^%#@^%!...”
penjelasan itu begitu memusingkan bagi Kushina yang berada duduk paling
belakang. Ini memang tempat duduk favoritnya. Dengan bebasnya ia mengunyah
permen karet dengan suara decakan yang cukup kencang. Matanya tertuju fokus
pada jam tangan merah miliknya. “ayolah, cepat~” desisan kecil terdengar dari
mulutnya. Ia begitu tak sabar ingin cepat-cepat pulang. Inilah kebiasan sang
Habanero Berdarah. Selalu menunggu jam pelajaran selesai dan pergi pulang.
Ajaibnya, dengan kebiasaannya seperti ini nilai tiap pelajarannya tak pernah
turun. Nilai sempurna selalu ia dapatkan. Jadi tak heran, banyak guru yang tak
bisa apa-apa menghadapi Kushina. Ia bagaikan manusia bersifat menyebalkan
dengan otak emas (?)
Seketika,
guru terpaku bersamaan dengan sorak para siswa yang bersorak kegirangan. Bel surga telah berbunyi! Itulah,
julukan bel pulang untuk para siswa. Semua berdesakan keluar kelas, mereka
berhamburan kekelas lain hanya untuk sekedar menemui sahabat, gebetan, dan
pacar yang berbeda kelas. Dan diantara semua siswa tersebut, hanya Kushina yang
berjalan santai kearah gerbang sekolah. Konoha Gakuen. Tulisan itu terpampang
jelas di atas gerbang SMA terkenal ini. huruf yang terbuat dari emas 24 karat
itu terlihat mengkilau terkena sinar matahari sore. Baru satu langkah Kushina
melewati gerbang sekolah. Seketika matanya membulat seperti menemukan sesuatu
yang begitu berharga. “se..sejak kapan? HEEEH?! Sejak kapan Supermarket ada di
depan sekolah?!” (misi numpang lewat, Nami kemana yah? *udah di mutilasi terus
dibuang ke jurang) dengan cepat ia melangkah kearah supermarket di sebrang
sekolah. Tepat berada di depan pintu ‘kriiuk’ ia menyengir. Ternyata perutnya
sudah tidak bisa diajak kompromi. Makanan kecil yang tadi siang ia lahap tak
cukup membuat perutnya penuh. Ia masuk ke supermarket yang baru saja dibuka
hari itu. Wajahnya bersinar karna dihari pembukaan seperti ini banyak produk
yang murah. Dengan segera ia membeli cemilan dan juga ramen kesukaannya. Sepertinya
ia begitu puas sampai-sampai wajah cerahnya tetap bersinar di kala ia keluar
dari supermarket tersebut. “Oi!!! Kushina!! kau meninggalkanku!” sedikit
terkejut, Kushina melihat kearah Mikoto yang baru saja keluar dari gerbang
sekolah. Ia melambaikan tangannya. Tepat saat ia melangkah lebih jauh dari
supermarket angin sepoi lembut melewatinya. Ia berhenti sejenak dengan wajah
terkejut. “aroma ini” tangannya melambat turun dengan tatapan kosong
melihat kearah bawah. Tepat disaat Kushina memandang sepatunya. Sepasangan
sepatu pemuda melewatinya dengan bayangan rambut jabrik berantakan. Seketika ia mendongak dengan cepat. Rambut
kuning cerah tiba-tiba saja terlintas melewati Kushina. “oi, Kushina kau
tak...” “Minato” suara Mikoto terhenti setelah mendenar sahabatnya kembali
memanggil nama itu. Kushina mendongak “Ta..tadi, Mi.. Minato!!” Mikoto terejut.
Kushina menatapnya, seakan ingin membuatnya percaya kalau yang ia katakan itu
benar. Mata Kushina penuh dengan air mata, ia melihat Mikoto penuh keyakinan. “ta..tadi
benar Minato! Ra..rambut kuningnya” “selamat datang, tuan” dengan cepat setelah
mendengar perkataan pelayan supermarket itu, Kushina melihat kearah belakang.
“Mina..” katanya terputus. Ia melihat keseluruh supermarket. Seluruh sudut yang
ada di sekelilingnya sudah ia sapu dengan tatapan cepatnya. Tapi, tak ada sama
sekali sosok yang ia cari. “di..dimana? dimana, Minato?!” pelan, suara Kushina
memelan bersamaan dengan Mikoto yang menyentuh lembut pundak Kushina. Detik itu
juga, Kushina kembali mengeluarkan air matanya. “apa? tadi hanya bayanganku saja? Minato”
---
Apa yang kulihat waktu itu.
Dan apa yang ku rasakan waktu itu. Sama seperti musim panas 3 tahun yang lalu.
Begitu nyaman dipikiranku. Minato, apa itu benar-benar kau? Atau itu hanya
bayanganku saja? Aku tak tau, mengapa aku tak pernah bisa merelakan janji yang
kita buat waktu itu. Yang ku inginkan bukan hanya janji itu. Aku ingin kau
kembali disisiku. Berada di sampingku. Aku sempat berfikir apa karna janji ini
kau pergi menghilang dariku? Kalau itu benar, dahulu lebih baik kita tak usah
membuat janji itu. Aku tak perlu janji, yang ku inginkan hanya kau disisiku.
Kau yang nyata di sampingku, Minato. “huh,
huaaa!!! Kenapa kau pergi MINATO! Kau sungguh BODOH!” merebahkan diriku seperti
ini. Dan berkata Minato bodoh. Itu sudah rutin ku lakukan. Bahkan setiap aku
menyetuh kasurku ini. Entah, padalahal musim panas masih jauh, kenapa bayangan Minato
masih membekas di pikiranku. Ini berbeda dengan tahun tahun yang lalu. Aku
hanya akan memikirkan Minato dan benar-benar terpuruk dimusim panas. Walaupun
disetiap saat aku selalu memikirkannya. Tapi, tahun tahun kemarin aku hanya
akan terpuruk seperti ini disetiap musim panas. Dan yang kulakukan saat itu
hanya mendatangi makam Minato dan menceritakan semua hal yang kualami dimusim
sebelumnya. Akhir-akhir ini, dan ditahun ini kelas 3 SMA. Aku merasa,
keterpurukan itu semakin membekas disetiap saat di hidupku. Tak disetiap musim
panas lagi. Aku merasakan keterpurukan mendalam dalam diriku. Janji yang ku
buat bersama Minato di musim panas 2 tahun lalu. Selalu terngiang dipikiranku. Mikoto
selalu memberikanku semangat, walau tidak menyembuhkanku dari seluruh
keterpurukanku, Mikoto bisa jadi penyemangat sedikit demi sedikit untukku. Ia
begitu hebat untukku. Terbukti walaupun banyak orang yang mau bersahabat
denganku, aku tetap tak bisa membandingkannya dengan Mikoto yang kukenal.
Cukup
lama aku melamun, ada seseorang yang mengetuk pelan pintu kamarku. “Kushina,
ada temanmu yang datang” ah, itu ibu. “iya ibu, aku akan keluar” dengan sigap,
aku melangkahkan kakiku. Memandang diriku dari pantulan kaca, jepitan yang kupakai
waktu menemui Minato terakhir kali masih ku simpan sampai sekarang. Jepitan itu
masih terurus dan kuat. Aku membereskan rambutku dan menjepitnya. Aku mengelap
sedikit air mata yang sempat mengalir tadi. Dengan tersenyum aku memandang
diriku yang memakai celana pendek dan baju selenganku. Dengan senyum aku
membuka pintu kamar dan turun kelantai bawah.
“Mikoto?
Ada apa kau kesini?” dengan pelan aku menyodorkan teh hangat untuk Mikoto.
Kurasa ia terlihat kawatir saat datang menemuiku. Wajahnya memucat. “em.. Kushina,
aku hanya ingin menanyakan sesuatu” terlihat keraguan dari wajahnya. Aku tahu Mikoto,
kalau seperti ini kurasa ada yang tidak beres. “iya? Tanyakan saja” aku duduk
disampingnya dan memandangnya lembut. Ia membalas tatapanku, dengan ragu ia mulai
berbicara. “kapan, Minato kecelakaan?” aku hanya terkejut mendengarnya. Tak
pernah Mikoto menanyakan hal ini padaku. Apa ada yang tidak beres tentang Minato?
Aku mulai memandangnya serius. Tak ada yang bisa kukatakan, mulutku bagaikan
tak mau biacara. “Ku..Kushina, kau tak apa-apa?” Aku tau Mikoto tak enak
menanyakan ini padaku. Tapi, kurasa kalau Mikoto begitu serius seperti ini,
pasti ada hal penting yang terjadi. “Mi..Minato, kecelakaan pada... musim panas
3 tahun yang lalu” dengan ragu aku menahan air mataku. Menunduk dalam-dalam dan
mencoba untuk tak mengingat kejadian saat itu. Tapi, tak bia dipungkiri aku
tetap tak bisa menahannya. Aku sangat rindu Minato, benar-benar rindu Minato.
Air
mataku jatuh tepat saat Mikoto memberikan sebuah surat di hadapanku. aku
memandang Mikoto dengan jelas. Ia begitu ragu untuk memberikannya. “ini, surat
dari keluarga Namikaze. Aku bertemu dengan ayah Minato saat perjalan datang
kesini” dengan gemetar, aku mengambil surat itu. Dikepalaku penuh dengan tanda
tanya. “ia berniat kerumahmu, tapi ketika melihat aku yang tepat berhenti
dirumahmu, ia mengahmpiriku dan memberikan surat ini. Ia hanya berkata, tolong
beri ini untuk Kushina. Dan tanyakan, kapan Minato kecelakaan. Aku yang tadinya
ingin mengajakmu keluar. Rasanya jadi ingin pulang lagi. Tapi, kurasa ini
begitu penting. Walau aku tak mengerti sama sekali. Kurasa kau harus
menerimanya” sambung Mikoto pelan menggenggam tanganku. Aku memandang surat
putih ditanganku. Apa ini berhubungan dengan Minato? Apa ada sesuatu yang
belumku ketahui tentang Minato waktu itu? entah apa yang membuatku ingin
menangis. Dengan meremas surat itu, aku menangis pelan. Disambut dengan pelukan
hangat dari Mikoto. Kurasa ia mengerti sekali apa yang kurasakan. Rasanya
begitu menyakitkan. Benar-benar menyakitkan.
---
Musim
Panas, datang lagi. Dengan segala aroma dan kebisingan serangga yang setiap
hari terdengar dan terhirup disekelilingku. Seperti nama dan juga ardomanya
yang masih mengelilingiku. Aku tepat berdiri didepan rumah besar. Digerbang
pintu terlihat tulisan nama keluarga yang menepati rumah sepih ini. Aku kenal
betul posisi ini, kenal betul suasana ini, dan kenal betul siapa rumah ini.
Musim panas 3 tahun yang lalu, aku sempat mendatangi rumah ini bersama dengan
putra yang menempati rumah ini. Tak ada perbedaan dirumah ini, hanya ada pohon
sakura yang tumbuh sedikit membesar di halaman rumah. Namikaze. Itulah nama
keluarga yang terpampang di depan pintu pagar tinggi didepanku. Aku, datang
kerumah Minato.
“ekhm,
pe..permisi” suaraku serak. Apa terdengar sampai dalam yah? Tapi, aku sudah
menekan tombol bel tadi. Aku menggenggam erat tas buah yang ku bawa dari rumah.
Ini titipan dari ibuku. “iya, ah nak Kushina. Sialakan masuk” mendengar ucapan
ramah itu aku sedikit terkejut dan segera tersenyum. Ibuya Minato sama seperti
dulu, baik dan ramah. Sifat ini mirip sekali dengan Minato. “permisi” suara
pelanku kalah dengan suara nyaring pintung yang berdecit dirumah Minato. Aroma
ini, aroma yang sangat kurindukan begitu menyengat sekarang. aku melihat
sekeliling ruangan tamu kecil milik keluarga Namikaze. Ini kedua kalinya aku
berkunjung kedalam rumah Minato. Terakhir kalinya aku bersama Minato kedalam
kamarnya untuk mengambil bukuku yang ia pinjam. Posisi bingkai, vas bungan dan
juga sofa dan meja kecil. Masih persis sama seperti waktu itu.
Mataku
kembali terfokus pada foto berbingkai kecil yang tersimpan di meja lampu dekat
sofa yang kududuki. Ini foto Minato saat festival kelas 3 SMP itu kan? Tak
sadar, aku hanya tertawa kecil, melihatnya yang begitu ceria tapi, disampingnya
“Kenapa ada aku?” gumamku sendiri dan tersadar saat ibunya Minato datang dengan
2 gelas sirup segar. Aku mencoba membantunya, ia hanya tersenyum dan duduk
disampingku. “hum, Kushina.. kau sudah menerima suratnya?” aku mengangguk pelan
sebari menaruh sirup yang baru saja kuminum. “i..iya, sudahku terima” ibu Minato
hanya tersenyum sebari melihat kearah bawah. Tapi seketika wajahnya sedikit suram.
“Minato, berpesan pada ibu sudah sangat lama. Tapi, ibu baru bisa menyampaikan
ini sekarang. Maaf yah” aku mengangguk pelan. “Minato, berpesan pada ibu, untuk
memberikan sesuatu yang hanya padamu ia akan memberikannya” aku menatap serius
Ibu Minato. Ia tersenyum sebari berdiri. “kita kekamar Minato yah” aku ikut
berdiri dan mengikuti Ibu Minato dari belakang. Aku melihat kamar Minato yang
bersih tampa barang stau pun. Hanya ada lemari geser yang berisi barang-barang
kecil milik Minato. Ibu Minato mengambil salah satu kardus dan mengabil satu
benda lalu berdiri mengahmpiriku. Ia memberikanku sebuah album foto Kelulusan
SMP Konoha milik Minato. Aku memandangnya penuh tanda tanya. Ibu Minato hanya
tersenyum “ini, kau bawa pulang. Nanti disaat akhir tahun kau datang lagi
kesini yah, isi satu foto yang belum ada di akhir album. Dulu, Minato bilang
hanya kau yang mempunya foto yang terakhir itu” pikiranku, melayang entah
kemana. Foto terakhir? aku tak pernah punya foto kita berdua.
aku
memandang lagi album foto yang ada di meja belajarku. Aku begitu bingung. foto
apa yang pernah kusimpan dengan Minato? Sangat pusing, pikiranku benar-benar
pusing skearang. Apa yang harus kulakukan dengan album foto ini? “huaaa... Minato
kau BODOH! kenapa kau memberikanku Album foto ini? aku tak punya foto disaat
aku dan kau berdua!” lagi-lagi aku berbaring dan mengatakan Minato bodoh. Huh,
dari pada seperti ini lebih baik aku pergi keluar rumah. “Ibu, aku keluar!
Ittekimasu!” “itterashai!”
“eem...
kemana yah?” dengan bingung aku menelusuri jalan kosong di depanku. Aku hanya
melihat kanan kiri. Panas sekali musim panas kali ini. ah, lebih baik aku ke
supermarket saja. Dengan cepat aku berjalan kearah sekolah. Setelah memingat
supermarket yang baru di depan sekolah. Aku segera kesana. Lagi pula, jarak
sekolah dan rumahku tak jauh. Tepat di depan supermarket aku terdiam “disini
kan, aku sempat bertemu Minato” lirihku, aku kembali mengangat kakiku untuk
melangkah masuk ke supermarket. Tampa menoleh kearah lain, tapi ada sesuatu
yang membuatku berhenti berjalan dan berbalik arah. Seketika aroma Minato
tercium olehku. “Mi..Minato”
---
Kushina,
terkejut melihat sosok yang ia rindukan itu tepat di ujung jalan. Sekali lagi
ia mengucek matanya. Ia tak salah lihat kan? Dengan sigap ia berlari mengejar
pemuda berambut kuning cerah yang berjalan pelan menuju arah kanan. Entah
kenapa, bukannya Kushina teriak memanggil yang ada hanya air mata yang
mengalir. Ia berlari mencoba mengejar. Tapi, rasanya pemuda itu tambah menjauh,
Kushina tetap tak menyerah ia berlari kemanapun pemuda itu berjalan. Ia tak
mengerti, mengapa ia tak pernah bisa mencapai sosok itu waplau sekali pun ia
berlari? Bukankah ia akan cepat bertemu kalau posisi ia berlari dan pemuda itu
berjalan? Ini tak masuk akal menurutnya. Tapi, ia hanya menangis dan terus
berlari. Tepat di persimpangan, persimpangan yang begitu familiar di matanya.
Persimpangan SMP Konoha. Tepat pertama kali ia bertemu dengan sosok yang saat
ini benar-benar membuatnyarindu dan terpuruk. Tempat ia berubah karna bertemu Minato
Namikaze. Sosok yang ia cintai dan rindukan itu. Nafasnya tersengal sengal, ia
tertunduk dengan degup jantung cukup kencang. Airmatanya tetap mengalir
walaupun sering kali ia hapus dengan bajunya yang basah. Ia mendongak, sosok
tadi tak terlihat lagi. Sosok Minato, tak terlihat lagi. Apa ini bayangannya
lagi? Apa ini khayalannya lagi? Ia terduduk lemas dengan airmata yang
benar-benar tak bisa berhenti. “Mi..Minato!!!!hiks” isakan kecil itu cukup
membuatnya terpukul. Sangat-sangat terpukul. “Minato, hiks.. aku, rindu
padamu... sangat-sangat merindukanmu” Kushina menghapus air matanya berlahan.
Ia kembali terbangun dan beranjak pulang kearumah. Ia berfikir, untuk saat ini
mungkin ia harus tidur hingga berbulan-bulan.
“Tadaima~”dengan
pelan aku memasuki rumah kecil milikku. Kurasa tak ada yang menjawab salamku.
Aku melirik kearah ruang keluarga. Kurasa terdengar kebisingan disana. Aku yang
merasa penasaran masuk keruang keluarga. Tadinya pengen langsung ke kamar
tapi... “ibu, tadaima~” “oh, Okaeri” “ah, Okaeri Kushina-chan!” tunggu,
ta..tadi suara siapa? Dengan sigap yang tadinya aku melihat lurus kearah ibuku
yang ada didapur mataku berpaling kearah samping tepat samping tangga.
Aa...aku, tak salah lihatkan? “i..ibu..” “iyah? Ada apa nak?” “i..itu!” “ah,
iya kau tak salah lihat” a..apa? kenapa? Ini mimpi atau... Mi..Minato.. kenapa?
Kenapa? Ini, nya..nyatakan? “haha,Kushina-chan! Aku telah berbohong 3 tahun
ini.. maaf yah” seketika, rasanya campur aduk, orang yang ada didepanku mirip
sekali dengan Minato. Suaranya, rambutnya, wajahnya, dan sikapnya. Aku
bermimpi? apa ini Minato sungguhan? “em.. Kushina, maaf yah. Aku akan
ceritakan, kalau aku memang benar kecelakaan, tapi aku tak sampai meninggal.
Aku hanya perlu pengobatan selama 3 tahun di luar negri. aku, yang bilang pada
semua kerabat yang kenal padamu agar memberitahu kau kalau aku sudah tidak ada.
Aku tak ingin kau memikirkanku selama 3 tahun. Dan niatku hanya ingin kau
melupakanku, kalau aku benar-benar tak tertolong waktu itu. Aku akan tenang
jika kau bisa melupakanku. Ternyata, aku salah. Kau memikirkanku begitu lama
walau aku sudah tidak ada. Maafkan aku Kushina” entah, aku yang kaget dari tadi
hanya menganag mendengar penjelas Minato yang ada didepanku. Rasanya ini
mustahil terjadi. Jadi, selama 3 tahun ini. ia pergi dengan kabar yang tidak
benar? aku merasa dibodohi. ‘plak’ “itai! Kenapa kau menamparku Kushina?” entah
aku habis berbuat apa tadi. Aku menampar Minato yang benar-benar kembali
untukku. Kembali disisiku. Aku tak bisa berkata-kata lagi. Aku tak peduli apa
tujuan ia membohongiku. Yang penting sekarang, aku bisa memeluknya, mencium
aromanya dan mendengar tawanya lagi. Ia begitu berharga. Benar-benar berharga.
“Kau Bodoh Minato!” sekejap, aku teringat, dan baru menyadarinya. Foto yang
berada di akhir album itu aku memang tak punya, Minato juga tak mempunyainya.
Tapi hanya hatiku dan hati Minato yang memilikinya.
---
“CUT! Kerja yang bagus
Namikaze-san, Uzumaki-san. Kalian memang pasangan artis yang hebat!” ruang
studio seketika menggema akan suara tepuk tangan dari para kru yang bertugas.
Aku Kushina Uzumaki ikut tersenyum sebari melihat Minato yang ikut tersenyum.
Kami puas atas kerja kami selama setengah tahun ini untuk menyelesaikan drama
ini. Yap! Tadi aku habis saja menyelesaikan adegan terakhir. Memang menyedihkan
juga cerita ini, untung saja ini hanya drama. “Kushina Minato! Kau hebat, nanti
kita pesta besar-besaran ok!” aku tersneyum sebari menghampiri manager kami.
Aku dan Minato satu manajer. Dan kurasa manajer puas dengan akting kita di
drama Natsu ni watashi no shin'yū ini. Ceritanya sangatku suka, aku dapat mudah
menyesuikan diri dengan tokohku yang bernama sama dengan nama asliku. Sosok Kushina
di drama ini begitu terpuruk akan kepergian Minato dari hidupnya. Tapi ternyata
ia salah mendapatkan Info. Aku sulit menyesuaikan diriku pada saat ending. Aku
tak begitu memahami perasaan sosok Kushina di drama ini saat ending. Tapi, aku
menggambarkan sosok Kushina yang sungguh bingung akan perasaanya saja.
“oi Kushina!
cepat, kita akan pesta!” “i..iya!” dengan sigap aku ditarik oleh Minato. Tadi
cukup lama aku melamun. Habisnya cukup lelah juga sehabis menyelesaikan drama
tadi. Tapi, kurasa cukup memuaskan. “hey, Minato kau tak merasa lelah?” “yah
kalau lelah sih iyah... tapi, kalau ada kau aku tak akan lelah hehe” aku
terdiam. Haha, ia bisa saja menggombal. Ya, sudah hampir setahuna ku
menyukainya. Ini bukan karna adanya cinta lokasi. Tapi, aku merasa ada yang
beda saja dnegan sikap Minato setahun belakangan ini. rasanya ia lebih
memperhatikanku dan selalu ada disetiap aku membutuhkan. “em.. Kushina, aku
ingin menanyakan sesuatu padamu” “ya, tanyakan saja..” dengan santai aku
menatap wajahnya. “apa, kau suka padaku?” aku sedikit terkejut mataku bertemu
dengan matanya. Dia melihatku serius, apa ini pernyataan cintanya? Atau ia
hanya memujiku saja. Tapi, apa boleh buat? “a..aku...”
---
“KUSHINA!!!OI!!!
BANGUN!!” “ha..hai!! iya, aku bangun!” dengan segera, aku menghentikan gerakan
air yang sedikit lagi akan membanjiriku. Aku tersadar penuh karna teriakan Minato
tepat didepanku. Eh? Minato? Bukankah tadi... aku melihat sekeliling. “ini,
dikelas?” “iya! Memangnya kenapa?” dengan pelan aku melihat seluruh sudut
kelas. Jadi, syuting tadi hanya mimpi? “mana para kru?” “kru?! Buahahaha kau
bermimpi jadi artis?!” aku hanya memandang Minato aneh. Jadi, selama ini cerita
tadi, dengan adegan syuting tadi hanya mimpi? Heeeh?! “aku, mimpi kita jadi
pasangan di sebuah drama” dengan lugu
aku menjelaskannya pada Minato. Kulihat wajahnya memerah. “ah, sudahlah itu
hanya mimpimu! Sudah ayo kita kekantin!”
dengan pelan ia menarikku. “ba..baiklah” dengan lega aku memandang Minato dari
belakang. Kalau apa yang dicerita, itu benar terjadi. Apa yang harus kulakukan?
Sahabat seperti Minato ini begitu berharga. Apa tadi itu Mimpi yang menipu
untuk membutaku sadar akan apa artinya sahabat yah? Tapi, apa arti dari acara
syuting dan acara pernyataan cinta Minato? Ah, sudahlah! Aku tak tau dan tak
mau tau! Yang pernting sekarang. hidupku masih jauh untuk di jalani.
FIN (^,^)V
BIGBANG - Always
Ohayo! Nami nge post lirik lagu Idol Grup kesukaan Nami~ BIGBANG ^-^ Nami sering meleleh kalo ngeliat semua personilnya. Apa lagi Oppa Daesung~ hehe. Oppa Daesung tuh punya senyuman yang MEMBAHANA dan T.O.P.B.G.T deh~ (hadueh Nami" =.=) yaudah Enjoy~
Bigbang - Always
Oooh, yeahhh~
Calling you on the phone
Whenever you be at home
Ohhh...
(get it)
Geu cheos-nar neo-wa na
Nun-eur tter su-ga eobs-eoss-ji
(se-sang-i meom-chun geos gat-i
Sa-rang-e seo-tun geos gat-i)
Eo-saeg-han pyo-jeong-jo-cha
Mo-deun-ge mam-e deun neo-e gyeot-e
(chin-gu-ga doe-gi-reur ba-rae
Yeon-in-i doe-ju-reur ba-rae)
Nae-ga hog-si-ra-do
Ne son noh-eur-kka bwa du-ryeo-wo ma
Yeah yeah yeah~
Neo-reur ba-ra-bo-neun
Ji-geum i sun-gan-do so-jung-hae nan
(that's why you gotta know, girl)
Geu-daer hyang-han nae ma-eum-eun pa-rae
Ha-neur-cheo-reom neor an-go-pa
Geom-eun bi-ba-ram bur-eo-do i-je-neun geog-jeong-ma
Ohhh~ yeah
Geu-daen eon-je-na nae ma-eum an-e
Na-ui mo-deun-geor da ju-go-pa
Ni-ga him-deur-go ji-chir-ttae kkog an-a-jur-kke
Ah ah ah ah ah ah
Uh bang 'em~verse two
Let's go
Ga-kkeum-eun u-ri-ga da-tu-neun nar-do iss-gess-ji
(nu-gu-na da geu-reoh-deus-i
A-peum-eur ju-go bad-gess-ji)
Haeng-bog-han geu mi-so-ga
Nun-mur-e eor-rug-jyeo sa-ra-jir-ttae
(neo-mu-na manh-eun ir-deur-i
U-ri-reur ga-ro mag-gess-ji)
Nae-ga him-deur-da-go
Mar-han-dae-do geu-daen du-ryeo-wo ma
Yeah yeah yeah~
Neo-ui gyeot-i-ra-myeon
Geu mu-eos-do gyeon-dir-man-hae nan
(that's why you gotta know
Always, girl... yeah~)
Geu-daer hyang-han nae ma-eum-eun pa-rae
Ha-neur-cheo-reom neor an-go-pa
Geom-eun bi-ba-ram bur-eo-do i-je-neun geog-jeong-ma
Ohhh~ yeah
Geu-daen eon-je-na nae ma-eum an-e
Na-ui mo-deun-geor da ju-go-pa
Ni-ga him-deur-go ji-chir-ttae kkog an-a-jur-kke
Ah ah ah ah ah ah
Baby i swear ha-neur-a-rae
U-ri dur-bakk-e ba-neur-gwa sir-gat-ae
Mir-go dang-gi-go a-ung-da-ung-hae
Mid-go a-kki-go sa-rang ga-un-de
Nun-mur-eur dakk-a jur-kke bich-na-neun ne
Nun-e ha-yan mi-so-man ga-deug-ha-ge
Go bak (cuhz are you my love~)
Way back (my one and onlylove~)
Yo man-nam he-eo-jim i-byeor gong-sig
Neo-wa he-yeo-jir si-gan or-ji uh huh
Nu-gu-do mor-ra ha-ji-man nan dar-ra
Yeo-neu-ttae-wa gat-a neon na-man-tta-ra-wa
Mwon-mar-i geu-ri pir-yo-han-ji
Dur-ui sa-rang-i-myeon chung-bun-ha-ji
Jeo pu-reun ba-da
Tteu-geo-un haes-sar-gwa
Nae-pum-e gi-daen neo that's sweet
Geu-daer hyang-han nae ma-eum-eun pa-rae yeahh
Ha-neur-cheo-reom neor an-go-pa (an-go-pa~ yeah)
Geom-eun bi-ba-ram bur-eo-do i-je-neun geog-jeong-ma (anytime)
Ohhh (everytime)
Geu-daen eon-je-na nae ma-eum an-e (no, no)
Na-ui mo-deun-geor da ju-go-pa
Ni-ga him-deur-go ji-chir-ttae kkog an-a-jur-kke
Ah ah ah ah ah ah
Uh bang 'em~
Story By Me : Could I Turn Back?
Epilog
Aku emang
tipe orang yang gampang banget jatuh cinta. Dalam sehari aku bisa aja
suka sama 5 cowok, tapi aku bukan playgirl ya! malahan aku termasuk cewek setia
di mata sahabat-sahabatku, karna aku tak pernah menduakan sahabat-sahabatku.
Tapi, kali ini berbeda. Aku setia banget dengan satu cowok yang pernah ketemu
di Rumah Sakit. Kebetulan aku lagi nungguin ibu beli obat buat nenek. Pertama
liat, aku merasakan hal aneh yang biasa aku rasakan, tapi kali ini juga
berbeda. Aku merasa doki-doki yang ku alami sekarang lebih menusuk kehati, dan
pengen rasanya ku berteriak, loncat-loncat, dan aku rasa aku sudah melayang
entah kemana. Dia lagi keadaan di infus waktu itu, kakinya juga diangkat
sebelah. Aku iri sama susternya, suster itu merangkul dan memegang tangan cowok
itu. Pengen banget aku jadi suster itu. Woaahh... bisa-bisa yang sakit bukan
dia lagi, malah jadi aku yang sakit karna saking sakitnya tertusuk panah cinta YANG SEBENARNYA.
Dan
sekarang, dia ada di depanku. Aku menatapnya penuh arti. Lapangan parkir ini akan
menjadi saksi, tumbuhnya rasa cintaku yang semakin besar padanya dari saat ia
menerimaku jadi pacarnya dan membawaku kepelaminan, bahkan sampai mati pun rasa
itu akan terus berkembang dan bertambah. Aku akan memberi tahu perasaanku
padanya!
Jantungku
tak bisa berhenti berdegup kencang. Ini doki-doki yang sama seperti aku pertama
bertemu dengannya. Aku mengulurkan tanganku, memberikannya sebungkus kecil
coklat tanda aku menyatakan perasaanku kepadanya yang lebih dari teman ini.
“Aku suka
kamu! tolong terima aku jadi pacarmu” suara lantangku membuat ia terkejut. Aku
yang menunduk memohon agar ia menerimaku. Tak tau kenapa, aku yakin banget dia
nerimaku. Dari sikapnya yang baik terhadapku, selalu melindungiku dari apapun,
dan menerima ejekan dari fansnya yang tak setuju kalau ia melindungiku. Aku
yakin banget ia menerimaku makanya aku lakuin ini semua.
Aku
yang udah Blushing dari tadi, rasanya capek banget udah
lebih dari 10 menit aku nunduk dan menunggu jawabannya. Aku masih bisa
merasakan keberadaannya yang terdiam di depanku, secara aku ngeliat sepatunya
yang masih ada di bawah.
“maaf, aku
gak bisa nerima kamu”
JEDAR!!!!
JEDER!!!! BRUKKK!!! BRAK!!! PLENTANGGG!!!! JEGER!!!! DUUAAARRRR!!!!
Bagaikan
pertir menyambar kening dan menghanguskan rambutku. DIA MENOLAKKU! WHAT?! GAK
SALAH?! Percuma dong aku bikin ni coklat dua hari dua malam, melatih mental 3
minggu, dan nunduk lebih dari 10 menit akhirnya membuahkan hasil yang super
busuk!
‘tes’ titik
air yang baru jatuh tadi, membuatku bingung. Emang sekarang hujan ya? dan aku
baru sadar, nafasku sesak. Itu dari lubuk hatiku yang menangis dan keluar
melalui mataku. Aku masih menunduk. Baru kali ini aku nembak cowok dan baru
kali ini juga aku merasakan bagaimana sakitnya di tolak cowok.
“hikss...
ok, thanks ya...” Aku mendongakkan kepalaku agar bisa melihatnya untuk yang
terakhir kali. Mungkin setelah ini dia akan menjauhiku, dia akan membenciku,
dan dia akan.... (dia udah pergi sebelum Kimeru mendongakkan kepalanya)
“huaaaaaa......”
Aku tak bisa nahan air mataku.
“Huahahahahahah!!!!!
Kwkwkwkwkw huaaahahahahaha.... Kimeru... kimeru... huahahahha” siapa itu?
menertawakanku lagi! Aku memandang kearah sekelompok cewek yang ternyata ngupingin
aku dari tadi, dasar ya.
Bikin kesel
ya, ternyata begini ya sikap sahabat kalo ngeliat sahabatnya nangis? Aku
mengalihkan pandanganku ke arah lain dan melipat tanganku menandakan kalo aku
itu marah.
“push...push...push...
jangan marah ah! Kita gak niat nawain kok. Kita ketawa karna melihat kau dengan
gaya feminim. Baru kali ini kita melihat kau nebak cowok, aku kira kau tak
normal”
Akhhh....
Yuushou Saaka dasar kau! Dia memang sahabat yang super jail. Menyebalkan.
“iya... kita
gak niat kok Kimeru-chan. Jadi jangan marah ya!” suara itu biasa membuatku
tersenyum. Sahabatku yang satu ini memang sangat lucu. Zukashi Yariima.
“lagi pula,
masih banyak cowok yang lebih keren dari Shubarashi-san. Iya kan?”
“yap! Betul
itu! Hehehe”
Igaima
Tsuyouna dan Igaima Tsayuuna sahabat kembarku, mereka selalu ceria di mana pun.
Wajah mereka sangat mirip, tapi cuma aku saja yang mengenali perbedaan mereka.
Aku
tersenyum, mereka memang selalu ada,membuatku bertahan di saat diriku down.
Perkenalan:
-Okotta Kimeru-
Umur: 16
Tahun.
Kelas:
1-5 SMA Khaisa Ichiban (kelas 1-5 adalah kelas Arogan berstatus Rendah)
Lahir: 23
Agustus 1996
Zodiak:
Virgo.
Tentang
Kimeru:
Cewek biasa.
Punya kemampuan otak cukup. Berstatus jomblo. Berpenampilan cowok. Kesukaannya ngeliat
sana sini nyari cowok cakep. Dia suka makanan instan seperti mie, jajanan
kecil, dan masih banyak lagi. Suka cowok pendek, putih, pinter, keren, ganteng,
baik, yang penting gak matre. Dia cewek satu-satunya di keluarga Okotta. Sangat
di sayang ayah, ibu, nenek, kakek, om, tante, sepupu, buyut, ibunya buyut,
bapaknya buyut, kakaenya buyut, neneknya buyut, buyutnya buyut, ibunya dari
buyutnya buyut, bapaknya buyut dari buyutnya buyut, neneknya buyut dari buyutya
buyut dan sampai kapanpun takkan bisa selesai nyebutin satu-satu. Pokoknya
Kimeru satu-satunya cewek asli keluarga Okotta. Sepanjang sejarah keluarga
Okotta gak pernah punya anak cewek dan sampe akhirnya ada Kimeru. Semua sayang
pada Kimeru kecuali kakak satu-satunya yang bernama Okotta Tsumori. Dia tak
suka kelakuan Kimeru yang seperti cowok, menurutnya jika Kimeru bersikap
seperti cowok pasti Kimeru cakep dan keren. Secara, Kimeru cukup manis dan
cantik. Makanya itu, kakanya takut tersaingi di keluaraga Okotta keturunan 284
ini. Kimeru ikut ekskul basket. Dia pernah dapet juara 1 tingkat kabupaten
bersama teamnya. Cita-citanya ingin bisa mengobati kelainannya yang gampang
jatuh cinta dan ingin menjadi orang seutuhnya.
-Shubarashi
Saigo-
Umur: 16
Tahun.
Kelas:
1-2 SMA Khaisa Ichiban (kelas 1-2 adalah kelas Beradab berstatus Tinggi)
Lahir: 22
Agustus 1996
Zodiak: Leo
Tentang
Saigo:
Cowok keren, terkenal, cakep, dan baik terhadap perempuan. Punya kemampuan otak
di atas rata-rata. Berstatus Jomblo. Kesukaannya ngumpul bareng sama
temen-temen. Dia paling anti sama sayuran dan susu. Sebab itu tubuhnya di bawah
rata-rata normal cowok di kotanya. Tingginya sepantaran dengan cewek. Suka
cewek baik, biasa, gak terlalu glamor dan gak juga terlalu dekil. Cowok
terpendek di keluarga Shubarashi (walau ada adik kembarnya tapi gak
kembar-kembar banget sih. Mereka cuma beda 4 bulan. Adiknya lebih tinggi dari
nya). Sering di ledek anak Sekolah Dasar. Waktu kecil sering di pakein baju
cewek sama saudara-saudaranya, karna wajahnya yang seperti perempuan saat
tersenyum. Punya kakak 2 cewek dua-duanya dan punya adik kembar cowok. Ibunya
udah meninggal 7 tahun yang lalu. Tinggal dengan ayah, adik, dan
kakak-kakaknya. Mungkin sebab itu dia baik terhadap perempuan. Punya Fans
namanya Saigo-kun Club. Paling suka sama permainan sepak bola. Ikut ekskul
sepak bola dan matematika. Ikut lomba matematika juara 1. Ikut lomba sepak bola
dengan teamnya di tingkat nasional juara 1. Cita-citanya ingin mendapatkan
istri yang setia, baik, dan penurut. Dan ingin menjadi yang terbaik dan di
banggakan.
-Yuushou
Saaka-
Umur: 16
Tahun.
Kelas: 1-5
SMA Khaisa Ichiban (Duduk bersebelahan dengan Kimeru)
Lahir: 29
February 1996
Zodiak:
Pisces.
Tentang
Saaka:
Saaka
(dibaca: Sa-a-ka) sahabat setia Kimeru dari SMP. Cewek branadal, jail, walau
manis. Kemampuan otak cukup. Berstatus berpacaran. Kesukaannya jailin Kimeru
sampe nangis. Paling suka yang namanya Burger. Paling anti sama yang namanya
buah-buahan. Paling di takuti di kelas. Secara kakaknya preman, kebetulah satu
sekolah di SMA Khaisa Ichiban kelas 3-9, itu kelas paling menyeramkan hanya ada
cowok yang menepati kelas itu. Pacarnya bernama Tsukushii Sengi (dibaca:
Sen-gi) gayanya sama aja kayak Saaka brandal abis.
-Zukashi
Yariima-
Umur: 16
Tahun.
Kelas:
1-3 SMA Khaisan Ichiban (kelas 1-3 adalah kelas Normal berstatus Standar)
Lahir: 9
Januari 1996.
Zodiak:
Capricorn.
Tentang
Yariima:
Cewek
lembut, manis, manja dan lucu. Kemampuan otak di atas rata-rata kalau masalah
sejarah, kalau di bidang menghitung paling anti dan paling takut. Ceria,
menyenangkan, banyak juga yang ngejar. Berstatus Jomblo tapi lagi di panah
asmara saat ini. Suka banget sama yag namanya semangka, dan paling benci sama
yang namanya saus yang cabai ataupun yang tomat. Suka anime yang judulnya
Clanad, menurutnya di anime itu romancenya kerasa dan benar-benar menyentuh ia
masih bisa menangis walau film itu sudah ia putar berkali-kali. Cowok yang di
suka adalah seorang kakak kelas anggota OSIS walau bukan ketua, Yariima bilang
dia tetap cool dan tampan. Cowok itu bernama Otanoshi Souh.
- Igaima
Tsuyouna dan Igaima Tsayuuna-
Umur:
Sama-sama 16 Tahun.
Kelas:
1-3 SMA Khaisan Ichiban (Duduk bersebelahan, dua bangku di belakang Yariima)
Lahir: 18
Juni 1996. (Tsuyouna lebih dulu lahir 10 menit sebelum Tsayuuna lahir)
Zodiak:
Gemini.
Semua
tentang Tsuyouna dan Tsayuuna:
Gadis kembar
mempunyai bakat menari. Kemampuan otak bimbang, kadang di atas rata-rata kadang
lebih parah dari bawah rata-rata. Sama-sama berstatus jomblo. Kesukaanya
ngumpulin boneka beruang itu Tsayuuna, kalo Tsuyouna paling suka ngumpulin
stiker idolanya. Pernah jadi anggota OSIS tapi di keluarin gara-gara main mulu
kerjaanya. Paling gak suka kalo di banding-bandingin sama kembarannya Tsayuuna
maupun Tsuyouna sama saja. Menurut mereka, mereka itu kembar dan yang pasti
mereka sama dalam segalah hal. Mereka memegang satu prinsip yaitu, kalau
Tsuyouna di beliin sesuatu kembarannya juga harus di beliin atapun sebaliknya
sama saja. Kalau tidak seperti itu, pasti dua-duannya marah. Walau Tsayuuna di
beliin boneka dan Tsuyouna gak di beliin bukan hanya Tsuyouna yang marah tapi,
Tsayuuna juga marah dan protes. Pokoknya mereka harus sama.
* * *
Aku merasa
sepih walau keadaan kelas memang benar-benar berantakan. Aku merasa janggal,
ada yang bolong di hati ini. Kosong.... gak ada yang bisa di jadiin penambal
kalo bukan selain dia. Aku kembali merenungi nasib merana ini.
“oi...
ngelamun aja... kenapa kau? Galau? Mengerikan... baru kali ini aku melihatmu
galau. Apa dunia ini akan berakhir ya?”
プラーク!!
“ouchhh...
kau ini kenapa sih? diem aja, gak ada gairah, sekelilingmu juga penuh aura
hitam. Kau kenapa? Cerita padaku! Cepatlah kimeruuuu~”
“demo
kinishinai!” ‘berisik sekali kau Saaka. Bisa ku bunuh kau!’ batinku tak melihat
ke arah Saaka yang berada di belakangku. Sudah berapa kali ia menggoyahkan
tubuhku. Kepalaku bisa pusing nanti.
“ayolah...
Kimeruuu~ cerita padaku... kau bisa gila nanti! Diam begitu tampa bergerak sama
sekali membuatku khawatir! Ayolah... Kiremuuuu~”
Huh, seberapa
kekeuatannya? Dia masih saja kuat menggoyah-goyahkan tubuhku. Berisik sekali
dia...
Aku hanya
mengembungkan pipiku dan masih melihat luar jendela kelasku yang berada di
lantai tiga gedung SMA ini. “aku hanya bingung”
“kau
bingung? Mono to konran shite imasu ka?”
“wasurete!
Lagi pula itu gak penting...” aku tak kuat kalau membicarakannya. Aku bisa
nangis nanti.
“ayolah...
aku sahabatmu! Cepat beritahu aku... kalau kau di ancam dengan seseorang, akan
ku temui orang itu dan beri pelajaran terhadapnya! Ayooo... beritahulah aku!!!”
“ya
bagaimana lagi, kau tak bisa diam akan ku beri tahu. Aku bingung apa yang
harusku lakukan kalau bertemu Shubarashi-san?” Ya sebenarnya juga tak penting
aku membingungkan hal ini.
Apa-apaan
sikapnya itu? Dia malah diam tak berbicara melihat luar jendela. Apa yang ia
lihat? Menyebalkan, tadi memaksaku untuk memberi tahunya masalahku dan
sekarang malah tak menghiraukan. Benar-benar ku bunuh kau Yuushou Saaka!
“hey! Kau
dengar aku tidak?! Benar-benar menyebalkan kau ini! oi, Saaka! Yuushou Saaka!”
aku sudah seperti patung. Apa yang ia lihat sih? mengangguku saja. Akan ku
lihat ke bawah...
Aku terdiam
sejenak melihat dengan ditail siapa yang membuat sahabatku ini mencampakan ku?
“ahh... kau
lirik lagi guru Teme itu! Sampai kapan kau mau menduakan Sengi-san?” ocehku
berharap ia tak melihat guru sialan itu. Akh... kau buatku muak Saaka! “oi,
Saaka!”
“sssttt...
kau diam dulu! Aku sedang memastikan Ishida-sensei melambaikan tangannya padaku
atau tidak” Oh Tuhan! Sabarkan aku, panas rasanya hati ini.
“Saa...”
“sstt...
sudah ku bilang, tunggu sebentar! Kau tak dengar? Ah! Yeah! Dia melambaikan
tangannya padaku”
Aku harus
bawa dia ke rumah sakit jiwa. Loncat-loncat gak jelas kayak anak SMP baru jatuh
cinta. Pusing sekali aku melihatnya, aku sedang galau... dia malah
senang-senang. Aku tak habis pikir, apa benar guru Teme itu melambaikan tangan
ke sahabatku yang gila ini?
Aku melihat
ke luar jendela. Memang benar aku melihat guru Teme itu melambaikan tangan,
tapi arah matanya ke kelas sebelah. Aku mengikuti arah matanya dan aku menahan
tawa.
“emmm....
Saaka, maaf aku menggangu saat bahagiamu. Tapi, coba kau lihat sekali lagi dan
meliriklah ke samping kelas” aku menarik tangannya dan menyuruhnya melihat ke
samping. Dia terdiam.
サイレント ~
サイレント ~
サイレント ~
サイレント ~
サイレント ~
. . . .
“Hahahahahaha!!!!”
akhirnya lepas juga tawaku. Akhirnya pembalasanku terbayar Saaka. Dia terdiam
dengan mulut dower 50 cm.
“haha
cup...cup...cup... jangan nangis ya Saaka-chan haha” aku benar-benar puas.
Tapi, kasian juga ngeliat dia diem kayak gini. “aduh, maaf-maaf deh. Bukan
maksudku menertawakanmu. Habisnya aku kesal kau tak mendengarkanku”
“ya...
baiklah, aku juga minta maaf... ini memang karma”
Woaahh...
aku baru melihat wajah galau Saaka memang manis dia.
“Diam!
Diam!” aku menoleh, suara itu sangat ku kenal karna aku membencinya. Aku
mendengus duduk di kursiku. Aku tau, sesaat lagi Saaka akan menggoyah-goyahkan
aku lagi dengan ocehannya yang tak penting itu. Aku yakin hitungan 3 di mulai
dari sekarang.
“satu...
dua... ti...”
“sstttt....
Kimeru, Kimeru-chan! Aku tarik kata-kataku tadi... ini bukan karma tapi
KEADILAN! Hahaha... coba kau lihat... tampan sekali Ishida –sensei”
Benar
dugaanku. Sedang apa sih guru Teme ini datang? Ini bukan jam pelajarannya.
Mebuatku pusing, sahabatku jadi gila karnanya.
“Diam!Diam!”
Aku
tersenyum, bagus deh kalo gak ada yang ngedengerin. Ayo kawan-kawan lebih ricuh
lagi! Biar guru Teme ini pergi.
“kimeru...
aku tak bisa melihatnya *selama ini... aku ingin pingsan” (*selama untuk Waktu)
“saaka-chan,
bisa tidak kau tak menggoyah-goyahkanku. Lagi pula, kau tak ingat dengan
Sengi-san?” aku tak tahan di lakukan seperti ini. Memang apa sih yang membuat
Saaka suka pada guru Teme ini.
“akhh...
sudahlah, aku tak mau membicarakannya lagi! Kare wa rokudenashida”
“hah?
kenapa? Kau bertengkar dengannya?” aku tak tau apa yang terjadi dengan hubungan
mereka. Walau sebenarnya aku pun tak peduli.
“ya...
begitulah, lagi pula aku sudah memutuskannya”
“sokka... ya
udah deh, kalo begitu terserah padamu mau ngejar guru Teme itu!” ocehku. Kalau
sedang galau, aku tak bisa ngurusin orang lain. Ngrusin diri yang sengsara ini
aja udah repot. Tapi, kenapa mata Saaka mengarah padaku. Dengan tatapan
kejamnya itu.
“nani?”
プラーク!!
“ouchh...
ada apa? Kenapa kau menjitakku?” ocehku, terkadang dia juga susah di mengerti
dalam sikapnya.
“sudah ku
beri tau. Kalau kau memanggil Ishida-sensei jangan pakai Teme! Itu penghinaan
tau”
“hai,hai”
Terlihat
sekali sikap feminimnya saat bertemu guru Teme eh maksudnya Ishida-sensei ini.
Seperti Yariima-chan saja. Tapi, kurasa lebih baik Saaka menjadi tomboy karna
wajahnya sama sekali tak mendukung jika ia menjadi manja dan feminim seperti
Yamiira-chan.
“hey!
Mengapa menjambakku?” “kyaaaa~” “sini kau! Sialan!” “huahahaha! Kau sudah gila
ya?!”
Ya, seperti
inilah ke adaan kelas 1-5, paling istimewa. Duduk dan berpangku tangan gini
membuatku ingin tidur. Mataku juga tak bisa di ajak kerjasama. Sekejap lagi,
aku mau menaiki bus menuju mimpi indah....
“oi! Kimeru~
lihat! Cepatlah... kau jangan tidur! Cepat lihat”
“huooaaammm...
ada apa? Kau menggangguku saja dari tadi” aku mengeluh, menyusahkan sekali kau
Saaka-chan. Aku ngantuk.
“hey! Lihat
dulu...”
“apaan sih?
tak usah narik kepa....” ocehanku terhenti tepat di saat seorang pemuda tak
tinggi, tampan, putih, dan keren berdiri di hadapanku sekarang.
Chapter 1
Aku terus
berjalan melewati rerumputan hijau yang tertiup Angin yang terus berhembus
membuat rambut coklatku ini berkibar dengan indahnya. Sejuk sekali susana hari
ini. Aku terus memandangi setiap sudut lapangan rumput luas yang berada di
depanku. Indah sekali, membuatku ingin terus berada disini menikmati keagungan
Tuhan yang menciptakan hal seindah ini.
~
Hal itu
sekarang menerpaku. Rasa sejuk, indah, keren, dan menenangkan. Sekarang ada di
depanku. Oh My god! kau memang hebat bisa menciptakan makhluk seindah ini.
“emmm...
boleh aku duduk di belakangmu?”
Huaaa....
aku meleleh. Suaranya langsung merasuki telinga dan terus berputar di
pikiranku. Lembutnya suaranya. Tapi, wajahnya seperti seseorang yang pernah ku
temui.
“bagaimana?”
tanyanya.
Bodohnya
aku, dia sedang berdiri menungguku untuk menjawab pertanyaanya. Aku sungguh
tega membiarkan cowok setampan dia menunggu. Tapi, apa yang harus ku jawab? Dia
bertanya apa saja aku lupa.Walaupun aku bisa merangkai kata-kata tapi kali ini
berbeda. Bagaikan semua kosa kata yang ku punya pergi melayang entah kemana.
Yang ada hanya kata KEREN!
“bagaimana?”
tanyanya lagi.
Aku
tertegun, semua menatapku aneh. Ah, aku ingat dia bertanya boleh tidak ia duduk
di belakangku. Dan sekarang aku membiarkannya berdiri.
“tak apa-apa
kok! Duduk saja Koutsu-kun. Dia memang biasa seperti itu. Sedikit telmi!”
Syukkurlah,
Saaka menolongku walau dengan iming-imingan mengejek. Sialan.
Aku terseyum
malu melihatnya. “maaf, aku sedikit lelah jadi lagi eror” bagaimana pun aku
harus mengangkat kembali harga diriku. Kalau tidak, cowok tampan ini malah
mencapku sebagai cewek telmi. Ini juga semua salah kau Yuushou! Akan ku balas
kau. Aku menatap tajam Saaka setelah membalas senyuman cowok tadi. Saaka kau
memang selalu membuatku rendah di hadapan yang lain.
~
“sssttt...
Saaka-chan” panggilku, setelah tau buku cetakku tak ada di dalam tasku. Aku
meninggalkannya di meja makan. Ini semua gara-gara Onii-chan, dia memang selalu
membuatku sengsara. Jika saja dia tak mengambil buku cetakku, aku tak akan
bernasip seperti ini.
Mendengar
sautanku Saaka melirik kearahkku dengan satu alis yang terangkat. “Hah?”
“aku lupa
membawa buku cetak. Aku boleh pinjam punyamu tidak?”
Ya, memang
susah jika setiap meja siswa berpisah seperti ini. Membuat acara mennyontek
jadi lebih susah.
“aduh,
maaf... aku sedang memakainya sekarang. Aku tak mau kena marah lagi dengan guru
killer ini”
Yah, dasar
kau Saaka. Tak setia kawan... masa kau sudah menyerah cuma karna pernah di
hukum ngepel kamar mandi pake benang 3 helai? Itu sih gak seberapa ya. Aku
pernah di suruh nyuci matras pake kuas. Kan gila tu guru. Padalah cuma telat 2
jam pelajaran.
“please...
kasihani aku sekali ini saja... yayayayaya”
“maaf... aku
tidak bisa...”
“huh...
baiklah..” sekarang, gak ada yang bisaku lakukan. Yang ada hanya pasrah. Yang
bisa ku lakukan hanya melamun.
Tunggu dulu,
seperti ada yang menusukku dari belakang dengan benda tumpul. Pelan tapi
menusuk. Aku menoleh ke belakang. Mengganggu saja, bisa ku marahi orang di
belakangku ini. “menggang...”
Aku
terbelalak kaget. Aku lupa, di belakang ada murid baru berwajah tampan yang
tadi. Tapi, mengapa dia memanggilku dengan cara ini? oh! Aku lupa, dia kan
belum tau namaku. Aku pun sama.
“ada apa?”
tanyaku.
“tidak ada
apa-apa. Tadi, aku melihatmu sibuk memanggil temanmu. Apa kau ada kesulitan?”
Aku
tertegun... dia memperhatikanku dari tadi. Tapi, aku tak boleh langsung jatuh
cinta padanya. Paling ini cuma cinta semata sama seperti sebelumnya.“ya...
mungkin bisa di bilang begitu. Aku lupa membawa buku cetak”
Huh,
malangnya nasibku ini. Sahabat pun tak memperdulikannya.
“kau boleh
kok meminjam punyaku”
Deg. Gak
salah? aku memandangnya dengan tatapan kaget. Dia bagaikan malaikat penolong.
“ah...
tidak, kau sedang mengerjakan tugasnya kan? aku tak mungkin meminjamnya. Lagi
pula, aku memang sering seperti ini”
Ah! Bodohnya
aku ini. Kenapa tak menerima tawarannya?!
“tidak,
lebih baik kau cepat ambil bukuku ini. Aku dengar guru ini galak dan tidak
segan-segan memberi hukuman. Dari pada kau kena hukuman. Lagi pula aku sudah
selesai. Cepat ini ambil saja”
Woaah...
udah cakep, keren, baek lagi. Sempurnanya cowok ini. Aku ragu untuk mengambil
buku itu. Dia tersenyum sangat manis padaku sih, jadi gugup deh.
“emm...
terima kasih ya” hanya satu itu yang bisa ku katakan.
Ia
mengangguk dengan senyuman yang makin lama makin manis.
~
“oh, namanya
Shubarashi Koutsu-kun”
‘JLEB....’
satu tusuk benda tajam tepat mengenai hatiku. Miris sekali hidupku ini. Mencoba
kabur tapi terhisap lagi. Memang sih, koutsu sangat mirip dengan shubarashi-kun.
Tapi, dia lebih tinggi sedikit. Dan mengapa aku harus tertarik kedalam dunia
keluarga Shubarashi lagi?
“ya...
memang sudahku kira dari pertama ketemu. Wajahnya mirip sekali dengan
shubarashi-kun”
‘Suuuurrr...’
SAAKA!
Kau.... kau.... ku bunuh kau! Kenapa kau menyemprotkanku dengan ES! Aku benci
dengan ES! Dan sekarang es itu berada di seluruh badanku yang basah.
“SAAKA!
Kau!!!!!” ucapku bernada tinggi. Tapi apa?! Dia malah melihat ke atasku tampa
berkedip. Masih dengan pose ia menyemprotkan minuman dinginya kepadaku. Aku
tau, dia pasti memandangi Guru Teme itu!
“oi!
Saaka-chan... kau dengar aku tidak?! Jangan sampai kau mengacuhkanku karna
Ishida-sensei lagi! Ayolah... jangan buatku nekat untuk membunuhmu!”
Nihil~ Dia
memang sudah bosah hidup ya. Menyebalkan sekali dia...
“oi
saaka-chan. Kalau melihat guru yang kau sukai itu jangan seperti ini! aku kan
sahabatmu, dengarkan aku sebentar saja”
Apa? Dia
menggeleng kenapa? Apa yang bukan diliatnya itu Ishida-sensei ya? aku harus mengecheknya.
HUAAA!!!
Shu...shu...barashi-kun kenapa dia ada di sini? Apa yang harus ku lakukan?!
Apa? Apa? Ayo berfikir kimeru!!! Sedang apa dia disini?
“shu...barashi-kun
selamat siang..”
Hah...
kenapa aku ini? kenapa hatiku masih berdegup jika melihatnya seperti ini.
“selamat
siang” ia tersenyum. Ohhh.... aku meleleh kembali, senyumannya masih manis
seperti dulu. Aku terdiam memandangnya dan sedikit tersenyum. Seketika ia
menghilang tepat di saatku sadar, bahwa aku sudah di tolaknya. Aku menggeleng
dengan cepat. Sambil menepukkan pelan dikedua pipiku.
“Kimeru-chan...
sekarang kau sombong dengannya. Ada apa?”
Saaka
membuyarkan lamunanku. Aku menggeleng pelan. “tidak, aku tidak sombong
dengannya. Aku.... cuma tidak tau.. harus berbicara apa dengannya”
“kau ini,
sudahlah... dia memang bukan jodohmu kan? lebih baik, kau coba saja mendekati
cowok lain. Mungkin, kau bisa melupakannya, seperti aku ini” saaka penyemangat
terhebat yang benar-benar ku miliki. Dia hebat. Aku terkekeh kecil melihat tingkahnya
yang bergaya seperti penasehat handal.
“hahaha, aku
tak akan mau seperti kau!”
“loh?
Kenapa? Buktinya aku bisa melupakan Sengi Dobe itu!”
Aku kembali
terkekeh, betapa bencinya ia terhadap pacarnya itu. Lebih tepatnya mantan
pacar. “hai... watashi wa shitte. Demo, aku tak akan mau menyukai guru Teme
sama sepertimu!”
“apa guru
Teme?” ucapnya memicingkan mata kearahku. Membuatku mundur bergeser ke bagian
bangku panjang ini yang lain.
“hai,hai...
gomen... gomen... aku tak akan memanggilnya guru Teme lagi. Mulai sekarang aku
akan memanggilnya Ishida-Teme. Upppsss... maksudku Ishida-sensei” ucapku
menyeringai, aku tau... dia akan marah jika ku tak memanggil guru kesayangannya
itu Ishida-sensei dengan baik.
プラーク!!
“ohh... kau
kenapa? Kenapa aku di jitak? Bukankah aku sudah minta maaf?”
Sakitnya
kepalaku ...... bisa bengkak kepalaku ini. Sakit... Sedangkan Saaka, ia hanya
berdiam diri melihatku tampa ekspresi. Dia tak menjawab pertanyaanku. Aku malah
ikut terdiam. Mungkin di marah padaku. Dari pada salah lagi, lebih baik aku
diam.
“Saaka-chan,
Kimeru-chan!” suara itu membuatku dan saaka menoleh. Melihat sekelompok cewek
manis berlari kecil ke arahku dan saaka. Melihatnya aku tersenyum, mereka
membuat suasana tadi mencair. Saaka tak bisa menyembunyikan rasa senangnya. Ia
tersenyum. Memang jika kita berkumpul walaupun belum melakukan apapun hanya
saling melihat satu sama lain selalu membuat siapapun dari kita
tersenyum melihatnya. Menurutuku itu keajaiban.
“kalian
tega! Meninggalkanku dengan dua pengacau ini!” ocehannya kembali terdengar.
Yariima, dia memang sangat menyenangkan.
“apa? Kita
bukan pengacau! Ya kan Tsayuuna?”
“iya, kami
bukan pengacau. Lagi pula kalau kau tak bertemu kami, kau juga tak akan bertemu
pujaan hatimu”
Mereka
selalu membuatku tertawa. Si kembar ini... selalu menyatukan kami.
“apa?
Maksudmu Souh-senpai?” saaka akhirnya berbicara. Aku merasa lega setelah
mengkhawatirkannya yang marah dan merajuk tak mau bicara. Dan mataku teralih
kearah Yariima, wajahnya memerah. Hahaha manis melihatnya. Tsuyouna dan
Tsayuuna mengangguk. Aku tersenyum. Mereka bahagia, dan jangan sampai bernasip
sama denganku dalam masalah cinta.
“benarkah?
Lalu apa yang kau lakukan Yarima-chan?” aku angkat bicara melihat yariima yang
terkaget sebentar, wajahnya semakin merah.
“ti...tidak,
mereka mengarang! A..aku tak bertemu dengannya” gugup yang sekarang melanda
Yariima yang tak biasa. Ku rasa di berbohong.
“ah... kami
ini sahabatmu, kami tau kau berbohong kan Yariima –chan?”
Aku mendesaknya.
Menganggkat sebelah alisku memandang serius kearah Yariima yang manis terdiam
memainkan jarinya.
Wajahku
memanas, dia... dia... dia.... dia.... ke...kenapa dia disini? Aku melongo
melihat pemandangan di belakang Yariima. Chalcedony biruku menatapnya dalam.
Wajahku terasa semakin panas di kala Sapphire biru lekatnya itu membalas
tatapan ini. Aku menyadarinya walau tak melihat sekeliling sahabat-sahabatku
mereka pasti kebingungan menatapku dan menatap seseorang yang ada di belakang
Yariima.
“hay Okotta-chan(?)”
suara itu membuatku tersadar, aku terkaget sebentar. Aku tersenyum, walau
wajahku terasa semakin panas. “hay” ucapku singkat sembil mengangkat tangan
yang sedari tadi bergetar.
“ekhmmm...”
Aku menoleh
ke arah yang berdehem tadi. Aku rasa berasal dari Saaka, semua pun melihat
Saaka. Saaka hanya mengangkat kedua alisnya. “ada apa? Tenggorokkanku kering,
apa salah aku berdehem?”
“emm... maaf
aku harus segera ke perpustakaan jadi, aku duluan ya” aku kembali terkejut.
Sudah berapa kali aku terkejut hari ini? “sampai bertemu lagi Okotta-chan”
sambungnya.
“ya...
sampai bertemu lagi” ucapku pelan menundukkan wajah setelah ia pergi menghilang
di depan pandanganku.
“heeehhh....
Dia bukannya Subarashi-kun?” tanya Tsuyouna melihat ke arahku dan mengoyah-goyahkan
tubuhku. Aku hanya menggeleng dengan wajah menunduk.
“hah? lalu,
siapa dia? Wajahnya mirip sekali dengan shubarashi-kun”
“em...
dia... murid baru, namanya Shubarashi Koutsu-kun” aku terdiam.
“hah? dia
dari keluarga Shubarashi juga?”
“HEY!
Sudahlah, aku capek mendengar masalah seperti ini! kalian tau kan? aku sedang
melupakan Shubarashi-kun?! Lebih baik kalian mendukungku dengan cara diam”
Akhh... aku
tak bisa menahan amarahku kalau seperti ini. Semoga mereka mengerti. Lebih baik
aku pergi ke kelas setelah tau semua yang berada di kantin melihatku bingung.
Mungkin setelah ini aku akan jadi bahan omongan.
“ki..kimeru!”
“sudahlah”
~
“diam itu
tidak baik”
Aku menoleh,
mendengar suara lembut itu mendekat dan memelukku dari belakang. Panas wajahku
tak bisa di tahan. Aku terdiam membeku merasakan apa yang di lakukannya.
“ya... aku
tau, kau masih menyukai kakakku. Saigo yang di dambakan itu. Tapi, mungkin kau
bisa melupakannya kalau bersamaku”
Aku
tertergun dia bercanda kan? aku menoleh dengan dahi mengerut. Menatapnya
bingung airmata masih saja mengalir di pipiku. Dia hanya tersenyum.
“aku
menyukai gadis yang sama dengan kakakku” Chalcedony biru membulat setelah
mendengar penjelasannya. Bukan.... bukan masalah dia menyukaiku atau tidak.
Tapi, masalah dengan kata gadis yang sama dengan kakaknya. Berarti, selama ini
Shubarashi-kun.....
“berhati-hatilah,
aku bisa membaca pikiranmu” aku kembali menatapnya dengan kebingungan.
“dugaanmu benar, dia menyukaimu” darahku, darahku, darahku menggejolak
mendengarnya. Panas. Mataku semakin panas. Kenapa air mataku mengalir dengar
kabar gembira seperti ini? kenapa perih yang ku rasa? Irisku basah, pandanganku
buram cairan putih ini terus keluar dari mataku. Kenapa aku menangis?
‘buk’ (dipeluk)
“sabar, aku
tau apa yang terjadi sebelumnya. Aku tau alasannya mengapa dia seperti itu.
Tenanglah, aku disini. Aku akan membuatmu melupakannya” suara pelan itu menusuk
ke hati, tapi tak bisa membantukku menahan air mata ini. Kenapa? Kalau Shubarashi-kun
menyukaiku, kenapa dia menolakku? Kenapa dia menakiti hati gadis yang ia suka?
Mengapa?
“mengapa dia
menolakmu? Kau bertanya seperti itu kan?” dia membaca kembali pikiranku. Belum
sempat ku jawab. Dia mendekapku lebih dalam. “menurutku, alasannya sungguh
membosankan. Dia bicara semuanya padaku. Dengan alasan yang sunggguh pasaran”
Chalcedony
biru yang tadi sayu dan basah membesar menatap Saphire biru lekat yang berada
di atasnya dengan tatapan dalam menusuk. Apa maksudnya ‘Pasaran’? dia mencoba
membujukku dengan menghina kakaknya sendiri?
“jika dia
benar-benar laki-laki mungkin sudah dari dulu ia memberi alasan itu padamu.
Tapi, tak ku sangka. Kakak ku memang tak lebih dari ‘Pecundang’”
Dia
membuatku muak. Dia sudah kelewatan batas. Tak berpikir apa yang ia katakan
tadi! walau ku sedang mencoba melupakan Shubarashi-kun karna kejadian waktu
itu, tapi tak semudah itu aku membiarkan Shubarashi-kun diejek olehnya. Tak
peduli ia adik atau siapapun di keluarga Shubarashi. Aku tak akan memaafkannya.
Dorongan kuat dariku membuat ia terdorong cukup jauh, wajah tak berdosa baru ia
pasang. Teme sekali dia! Membuatku muak. Tak taukah aku ini siapa? Tch.
Kemenanga Olimpiade Judo antar sekolah sudah kurebut. Sudah bosan hidup rupanya
dia. (jujur saja, baru kali ini aku bertarung langsung tampa ada kata Lomba)
Ia mendekat
dengan senyuman khasnya. Membuatku tambah mempersiapkan aba-aba untuk
memukulnya. Dia mendekat dan...
Apa? Apa
yang ia lakukan? Mengapa mengelus kepalaku? Dia tersenyum memandangku, membuatku
mengerutkan alis kembali.
“Kalau kau
butuh aku. Aku selalu ada di dalam kelas” ucapnya pelan tersenyum dan berjalan
meninggalkanku yang melongo tak percaya. Apa yang ia lakukan? Seperti teroris
mencurigakan.
“Kimeru-chan~”
aku menoleh setelah melongo cukup lama memandang sekelompok gadis berlari
melangkah ke taman kecil yang ku pijak sekarang. Keajaiban itu pun datang. Aku
tersenyum melihat mereka.
Chapter 2
Duniaku itu
surgaku. Didalamnya terdapat banyak hal yang ku sukai. Sahabat paling terbaik,
guru yang paling menyenangkan, dan keluarga yang paling tersayang. Duniaku
penuh warna dan indah. Bahkan taman terindah di alam semesta ini pun kalah
olehnya. Aku bersyukur, duniaku yang sekarang ini, adalah dunia yang kutempati
sebagai tepat berteduh, berkeluh kesah, dan bersenang-senang. Aku sangat
mensyukuri itu. Duniaku adalah dunia yang penuh ceria.
* * *
“Saaka-chan!
Kau memanggu saja! Aku sedang frustasi!!!” seperti biasa, Saaka memang si
ratu pengganggu. “hahaha, sejak kapan kau frustasi? Hancur sudah dunia ini!”
balasnya sambil tertawa. “hey, dunia ini takkan hancur cuma karnaku bukan?!
Sudahlah, lebih baik kau pergi temui guru Teme itu! Ah... aku hampir lupa.
Bagaimana dengan...” “sssttt.... jangan sebut namanya lagi! Bisa dibunuh aku ini”
balas Saaka dikala aku menyebut nama mantan terbencinya itu. Sudah berapa kali
aku bertanya. Kenapa ia akan dibunuh kalau menyebut nama mantannya itu. Memang
ada salahnya sampai harus di bunuh begitu. “hey, kenapa kau melarangku untuk
memanggil namanya sih? lalu, kenapa kau terus beralasan akan dibunuh?! Repot
sekali hidup mu, apa kau mencoba bermain dibelakangku ya?!” protesku, sebenarnya
tak ada pentingnya juga aku protes. Tapi, rasanya aku harus tau masalah temanku
ini. Begini juga, aku itu setia pada sahabatku. Jangankan dibunuh, menyenggol
sahabatku saja sampai terluka sudah ku bogem habis tersangkanya. “ssttt...
diamlah Kimeru! Bukan maksudku untuk bermain di belakang” ucapnya pelan, untung
saja kelas masih sepih, lagi pula siapa yang mau datang sepagi ini? kalau aku
sih pengen bikin indomie dulu biar gak laper pas belajar nanti. Ini ceritaku,
bagaimana ceritamu? (loh?) “lalu kenapa?” balasku dengan nada yang di perkecil
sedikit, mungkin ini racun yang di keluarkan oleh Saaka, membuatku malah
ikut-ikutan berbisik. “tidak ada apa-apa!” sudah memancing emosi, menganggu
acara semediku, ditambah suara nyaringnya yang bikin kuping pengeng. Kalau dia
itu bukan sahabatku, sudah ku bunuh dia sekarang juga. “tch. Kau benar-benar
membosankan Saaka. Tak frend sama sekali” balasku dengan alur cerita ngambek.
“heeh? Kenapa yang ngambek malah kau? Seharusnya itu aku!” ucapnya membuat
keningku mengeryit. “maksudmu?” tanyaku. Dia memasang wajah kesalnya. Aku benci
wajahnya kalau seperti ini, seperti anak kucing kejepit (*devil laugh*) “kau
fikir saja sendiri!” ucapnya datar. “baiklah, kalau kau marah padaku tampa
sebab seperti ini. Aku pun akan marah padamu tampa sebab juga!” balasku
mengalihkan wajah kearah lain. Tak mengadap kearahnya lagi.
Cukup lama
saling diam, Saaka tiba-tiba berdiri dan menolehku pelan dan sedetik kemudian
terlihat tarikan kecil dari bibirnya. “mau ikut?” tanya-nya normal kembali.
“kemana?” “kantin” “tidak, kau duluan saja aku menyusul” ia pun mengangguk. Dan
bejalan pelan menuju luar kelas. Tepat saat Saaka menghilang dari
hadapanku. Aku baru sadar, sunyi sekali kelas ini. Bosan juga berdiam diri tak
melakukan apapun. Pikirku melayang, entah apa yang ku pikirkan. Aku ingin
sekali keluar. Dengan satu loncatan aku turun dari meja yang ku duduki berjalan
pelan mengikuti alur jalan Saaka tadi, menuju luar kelas.
“shu...shubarahi-kun?”
hey, mengagetkan saja. Mengapa dia datang disaat seperti ini sih? aku tak dapat
menutupi rasa kagetku. “Ohayo Okotta-chan” aku menunduk. Sokka, ia masih
memanggilku Okotta-chan ya? “hey, kau tak apa-apa?” aku kembali tersadar dan
tersenyum kearahnya mencoba menghilangkan rasa tak karuan yang ada di hatiku
ini. Aku merasa perih, dan juga senang. “Ohayo” balasku pelan, walau sudah
ditolak aku tak boleh bersikap dingin padanya. Bisa saja ia berubah pikiran.
“e...emm.. shubarashi-kun kesini ada perlu apa? Mungkin aku bisa bantu”
manfaatkan! Manfaatkan waktu ini Kimeru! Ya, itulah yang tertera di pikiranku
sekarang. “oh tidak ada apa-apa kok, aku sedang mencari Koutsu. Apa dia sudah
datang?” senyumannya tak pernah berubah, suara lembutnya juga tak pernah
berubah. Tapi, itu semua tersita sebentar dengan kata-kata yang di lontarkan
Shubarashi-kun. Ia mencari Koutsu-kun? Bukankah mereka bersaudara? Bukankah
mereka satu atap? Penuh tanda tanya di kepalaku. Aku terdiam memandang
Shubarashi-kun. Apa aku harus bertanya dengannya. Tapi ini bukan masalahku. Oh,
tidak-tidak! Ini juga berkaitan denganku, Shubarashi-kun mencari jawaban
pertanyaannya dariku. Jadi, apa salahnya aku bertanya. “loh? Bukankah, kalian
satu atap?” sedikit bergetar bibirku. Tapi lega juga sudah mengatakannya. Aku
seperti orang bodoh kalau berhadapan dengan Shubarashi-kun. “ya, semenjak ibu
meninggal dia sering tak pulang ke rumah. Dia pernah bilang, ia nge-kost tak
jauh dari sekolah” aku mengangguk. “ohh.. ku rasa dia belum datang, dari tadi
pagi... aku sudah disini dengan Saaka. Dan belum ada lagi yang masuk kelas
sampai sekarang ini. Mungkin, ada hal penting yang harus di bicarakan. Bisa ku
bantu memberitahu ia kalau sudah datang” tawarku. Ia hanya menggeleng dan
tersenyum. “tidak ada apa-apa kok! aku hanya bosan saja di kelas, aku berniat
ingin ke perpus mengajak Koutsu. Ia biasanya suka ke perpus. Ya, mau gimana
lagi Koutsu belum datang. Bagaimana kalau kau saja yang menemaniku,
Okotta-chan?” aku tertegun. Apa? Ia mengajaku ke perpus? Ah, ini kan hal biasa
yang shubarashi-kun lakukan padaku. Tapi, mengapa ia masih seperti dulu walau
sudah menolakku? Aku harus menerimanya atau tidak? Manfaatkan waktu ini Kimeru!
Ya, aku akan menerimanya. “ba...” “tidak, ia akan menemaniku sekarang. Jadi, ia
tidak bisa menemanimu” Hey! Situasi seperti apa ini? adik kakak kembar
memperebutkanku? Tidak! Aku yang kegeeran. Tapi, mengapa Koutsu datang disaat yang
penting begini sih? “oh, baiklah” shubarashi-kun tetap tak mencintaiku. Dengan
jawabannya itu cukup membuatku tertusuk pelan. “baguslah, ayo Kimeru-chan”
Koutsu menarik tanganku. Aku hanya pasrah dan meninggalkan Shubarashi-kun.
“hey!
Bisakah kau pelankan genggamanmu! Sakit tau?!” ocehku, habisnya ia menariku
sekuat tenaga. Ia melepas genggamannya sesaat setelah kami berdua berada di
atap gedung sekolah kami. Aku memandangnya aneh. “hey, kenapa kau diam? Lalu,
ada apa kau mengajakku kesini?” aku terus mengoceh balasannya hanya diam, kan
menyebalkan sekali. “hey! Jawablah pertanya...” “kenapa?” ocehanku tertekan di
tenggorokanku. Apa sih maksudnya? Aku terdiam memandangnya yang membelakangiku.
“kenapa? Kenapa kau masih mengejar kakakku?” aku terkejut sebentar. Ada apa
dengannya sekarang ini? “aku tak me...” “jangan berbohong! Aku tau, kau masih
mencintainya kan?” lagi-lagi ia memotong pembicaraanku. Rasanya tak enak kalau
dipotong seperti ini. “lalu, kenapa?! Kenapa kalau aku masih mencintainya?!”
emosiku terpancing olehnya. Memang ada urusannya dengan dia? ini cintaku, ya
terserahku. “sudahku bilang, dia itu pecundang” kata-kata itu lagi. Tega sekali
dia memandang rendah orang yang jelas-jelas satu darah dengannya. Apa dia tak
meraskan sakitnya? “hey! Kau berfikir tidak? Tampa ada Shubarashi-kun
kemungkinan kau itu...” “tidak ada?” aku kembali tediam. Dia bisa membaca
pikiranku. “Hn, malahan aku berharap tidak dilahirkan sama sekali” “maksudmu
apa? Kau putus asa?!” balasku. Dia terdiam, angin sepoi kali ini sangat dingin.
Mengingat suasana ini masih pagi sekali. “aku tidak putus asa. Hanya saja,
percuma aku ini lahir menjadi adik seorang pecundang besar seperti dia! ia itu
tak lebih dari seorang pemuda yang amat bodoh” “hey! Maksudmu apa? Kau
menjelek-jelekan kakakmu demi merayuku agar satu kesimpulan dengamu?” mulutku
sudah diluar kendali, apa yang barusan tadi ku katakan? Itu masalah besar.
“tidak, aku hanya tidak suka dengan pasangan bodoh seperti kalian” oh, tuhan!
Ia mempersulit pembicaraan ini. Tadi ia menjelekan kakaknya, sekarang ia
menjelekanku? Mau dia apa sih?! “menurutku, gadis yang mengincar seorang pemuda
yang sudah menolaknya itu hanya gadis paling terbodoh” “lalu kenapa?! Aku ini
memang bodoh! Ini hakku untuk mencintai seseorang! kau tak bisa mencegah
hakku!” ia terdiam, mataku perih... apa aku menangis? Hatiku terasa lelah. Aku
fikir lagi, mengapa aku membela seseorang yang sudah menolakku? Aku memang
terlalu bodoh. Mengapa Tuhan menciptakan orang sebodoh diriku? Aku mendongakan
wajahku sebari menghapus air mataku yang sempat mengalir tadi. Tepat setelah
itu, ia berbalik memandangku. Mata sayunya terlihat lelah. Ia tersenyum dan
berjalan kearahku. Aku terkejut, lagi-lagi ia mengelus pelan rambutku. “dan aku
juga punya hak, kau juga tak bisa mencegah hakku” ia berjalan kedalam gedung.
Tak terasa, air mataku mengalir lagi. Cairan putih itu sungguh menyebalkan.
Tuhan! Sabarkan hati ini, kenapa ia mempersulit semuanya? Ini bukan duniaku.
Duniaku indah tak ada goresan sedikitpun. Airmata hampir kering karna aku tak
pernah menangis di dalam duniaku yang dulu. Ini bukan duniaku. “hikss..
hikss..”
* * *
‘tap, tap,
tap, tap...’ (suara sepatu) “huuuh..huuuh.. koutsu, dimana Okkota-chan?” pemuda
tampan itu berbicara dengan bayangan cerminnya. Tidak! Itu adiknya. Dadanya
yang bidang kembang kempis berbeda dengan adiknya yang terlihat tenang
memandang sayu yang ada di depannya. Ia tersenyum seketika dan pergi begitu
seorang yang tak dianggapnya semasekali sebagai kakak itu melihatnya penuh
tanda tanya.
* * *
“hiksss...hikss...
ke..kenapa?! ke..hikhh...kenapa hidupku seperti ini?! aku ini si..siapa?
si..siapa aku ini?! Aaaaaaaaa!!!!” aku, aku tak bisa berdiri lagi. Seseorang,
bantu aku... Tuhan! Kau tak ADIL! Hidupku kenapa berubah seperti ini?! perih!!!
sangat perih!! aku terlalu bodoh untuk mendapatkan cobaan seperti ini! aku
benci diriku sendiri! “hiksss... hiksss...” BAKA!!! Watashi no BAKA!!! BAKA!
BAKA! “AAAAAKKKHHH!!! Hikss..hikhh... tuhan... hikh me...mengapa?! mengapa aku
terlalu BODOH!!! Aaaakk!!! Hikss..” tubuhku, benar-benar tak bisa mendukung.
Lemah, aku ini terlalu lemah. Berlahan tubuhku sedikit demi sedikit
mengilang... tertiup angin. Aku ini sangat menyedihkan!! Sangat meyedihkan. Apa
perlu aku ini harus.... ..... .......... ......... mati ...... ..........
......... .......... ........
* * *
“hey! Jangan
berisik! Kalian menganggu saja” “dia yang duluan!” “hey! Kenapa kau menuduhku?!
Kau yang duluan!” ‘eenngghhh’ suara itu? Itu Tsayuuna dan Tsyouna kan? seperti
biasa mereka bertengkar. “hey stoppp!!!” itu! Itu suara Saaka! “heem...
sudahlah Saaka-chan mereka sering seperti itu kan?” Yariima! Yariima-chan. Ini,
ini benar duniaku. Di kelilingi sahabat terbaik ini dia duniaku. Tapi,
si...siapa itu? Aku melihat pemuda tampan. Sangat tampan. i..itu
shu..shubarashi-kun? Tunggu, siapa yang bersamanya? Mirip sekali dengannya.
Si..siapa itu? “Okkota-chan”/ “Kimeru-chan” (ngomomngnya bersamaan) tangan
mereka... mengarah kepadaku? mereka? Memanggil namaku? Shu-shubarashi-kun
dan... siapa dia? aku tak bisa memandangnya. Aku harus milih siapa? kedua
tangan mereka terlihat lembut. Aku harus milih yang mana? Kanan atau kiri?
“kanan selalu lebih baik,nak” hey, siapa itu? Suara yang sering ku dengar. “loh
ibu? Sedang apa disini?” belum sempat ibu menjawab pertanyaanku, ia pergi
menghilang terbawa angin. “i..ini dimana?” tak ada yang menjawab. Segalanya
putih, loh? Dimana Saaka dan yang lain? Aku sendirian? Ah tidak, masih ada dua
orang pemuda tampan di depanku. Tapi, mengapa aku susah melihat wajah mereka? Hanya
satu yang bisaku lihat. Wajahnya seperti Shubarashi-kun. Tapi, kenapa
Shubarashi-kun setinggi ini? oh ya, kedua tangan mereka. Aku harus milih yang
mana? Kata ibu kanan selalu lebih baik. Tanganku bergetar, aku mencoba meraih
tangan yang berada di kananku. Sesaat setelah itu. “terima kasih, Kimeru-chan”
* * *
“HEEEEEHHHH?????!!!!!”
“Kimeru!
Kimeru! Kau sudah sadar? Syukurlah!” “uhukk...uhukk... sa..saaka, na..nafasku
tersendat! Le..lepaskan pelukanmu!” benar-benar ya, baru saja aku sadar ia sudah
mencekekku seperti ini. “hehe, maaf! Aku kawatir kau tak akan bangun lagi
Kimeru” “sst... Saaka, Kimeru-chan itu belum mati tau!” enak saja, ia mengira
aku mati. Bener tuh kata Yariima-chan. “iya! Yariima-chan bener tuh!” aku
menoleh, si kembar ada disini. Aku tersenyum, ini duniaku. Benar-benar duniaku.
Semoga, kejadian di atap sekolah tadi hanya mimpi. Tapi, tadi itu mimpi atau
bukan ya? mengapa aku memilih tangan Koutsu-kun? akhh... lagi pula aku kan tak
tau. Karna wajah mereka tak terlihat sama sekali. “kimeru-chan! Ki-me-ru-chan!”
“ah! Maaf” aku tersadar kembali memandang keempat sahabatku ini. “Kimeru-chan,
kenapa tadi kau tiba-tiba pingsan di atas gedung?” aku tertegun. “pingsan?
memangnya, aku pingsan ya?” loh mengapa semua memandangku aneh? “dari tadi, kau
belum sadar kalau kau itu habis pingsan?” aku menggeleng mendengar pertanyaan
dari Saaka. Aku memutar otakku....
(Flash back
ON)( di dalam pikiran Kimeru)
“hey!
Maksudmu apa? Kau menjelek-jelekan kakakmu demi merayuku agar satu kesimpulan
dengamu?” (Kimeru) “tidak, aku hanya tidak suka dengan pasangan bodoh seperti
kalian” “menurutku, gadis yang mengincar seorang pemuda yang sudah menolaknya
itu hanya gadis paling terbodoh” “dan aku juga punya hak, kau juga tak bisa
mencegah hakku”(Koutsu) “hiksss...hikss... ke..kenapa?! ke..hikhh...kenapa
hidupku seperti ini?! aku ini si..siapa? si..siapa aku ini?!
Aaaaaaaaa!!!!”(Kimeru)
(Flash back
OFF)
Ah, aku
ingat... itu semua bukan mimpi. “kimeru-chan!” “ah, maafakan aku. Ya... aku
ingat. Aku habis pingsan tadi” sontak panggilan Tsayouna membuatku langsung
terkejut. Aku langsung menutup mulutku agar tak mengucapkan kata yang bahaya.
Aku tak mau mereka terlibat. “Kimeru, ceritakanlah! Apa masalahmu?” aku
memandang Saaka penuh dengan terkejut. Sudah berapa kali aku terkejut hari ini?
aku menunduk. Baru kali ini aku melihat Saaka serius seperti ini. Aku tak bisa
berbohong pada mereka. Aku tak bisa melihat wajah mereka kalau seperti ini.
“Kimeru-chan, ceritakan pada kami” Yariima, aku tak bisa... tak bisa berkata
jujur pada kalian. Mataku perih, hari ini ingin rasanya aku melepas semua
kesedihanku. Aku terus menunduk. “Kimeru! Kenapa kau menangis?! Jangan paksa
dirimu!” “Saaka-chan, sudahlah! Biarkan Kimeru sendiri dulu untuk hari ini”
Saaka, maafkan aku kau boleh bunuh diriku! Aku ini terlalu bodoh. “Kimeru-chan,
tenangkan dirimu. Kami akan pergi. Jaga dirimu baik-baik ya” aku mengangguk.
Mendengar Saaka marah padaku seperti tadi. Membuatku sedikit lega. Karena aku
ini memang pantas untuk di marahi. Yariima memang selalu membuatku tenang dan
mengerti diriku. “Kimeru-chan, aku dan Tsayouna kawatir denganmu. Jadi kami
akan pergi agar kau bisa sedikit tenang. Jaga baik-baik dirimu ya” ingin
rasanya aku memeluk si kembar ini. Tapi apa daya? Tanganku sama sekali tak bisa
digerakan. Aku terlalu lemah. ‘ceklek’ “hikss..hikss... HAAAAKKKHH!!!!” aku tak
bisa menahannya.
* * *
“kau yakin
Yariima-chan? Bila, Kimeru ditinggal seperti ini ia akan baik-baik saja?” kedua
adik kakak kembar itu terlihat kawatir sekali. Mereka sering terlihat gembira.
Tapi kali ini mereka benar-benar seperti orang yang ketakutan. “ya, aku yakin.
Kimeru yang kita kenal itu gadis yang tegar kan? jadi, ia pasti baik-baik saja.
Lebih baik kalian ajak Saaka untuk menenangi dirinya. Dia sepertinya terbawa
emosi” gadis yang seperti anak kecil itu dan tercap sebagai gadis ter ‘kawai’
di sekolah jadi terlihat dewasa kali ini. Ini memang sikap aslinya. “baiklah!”
si kembar itu mencoba mempercayai kimeru dengan sungguh-sungguh. Tak terkecuali
Yariima yang terlihat dewasa kali ini. Ia pun mempercayai Kimeru dengan penuh.
Sangat penuh.
* * *
“hiksss..”
tenang, tenang, tenang, ayolah! Tenang Kimeru! Aku sudah lebih baikkan
sekarang, walau badanku terasa pegal. Aku rasa hari ini hari yang sangaaattt
panjang. Aku terus berpegangan dengan tekatku. Duniaku akan terus indah! Ini
cobaan kecil! YOSH!!! Gannbatte nee!!! Yap. Itu tekatku.
Aku mencoba
mengangkat tubuhku untuk berjalan keluar UKS. Berlahan ku buka pintu dengan
tarikan bibir di wajahku. Aku tersenyum sebari berjalan santai keluar UKS.
Wajahku seketika berubah. Loh? Sepih sekali? Aku berjalan menuju kelas. Mungkin
Saaka dan yang lain berada di sana. Ku pandang jendela besar di sampingku.
Kenapa cuacanya seperti sore hari. Aku melangkah cepat kearah kelas dan kelas
juga sepih. Berarti, aku pingsan dari pagi sampai sore seperti ini? pantas saja
Saaka bilang aku ini tak akan bangun lagi. Aku sudah seperti seseorang yang
mati suri. Ah, baiklah... tak usah di pikirkan. Toh, aku masih sehat sampai
sekarang. Niatku berubah untuk mengambil tasku di kelas. “belum pulang?” aku
terkejut, heeh? Suara siapa itu? “si..siapa kau?!” aku menoleh kanan kiri dan
tepat di samping jendela ada yang duduk sambil menoleh kearah luar jendela.
“hahaha, reaksimu sungguh memalukan” ia tertawa. Tapi, tawanya seperti....
hambar. “tch. Memang apa urusanmu?” aku tau, itu pasti Koutsu. Tak sudi aku
memanggilnya dengan embelan kun. “lalu sedang apa kau.....” “mengambil tasku”
balasku cepat. Belum sempat ia selesai bicara sudah ku potong. Malas sekali aku
berlama-lama disini. Kakiku beranjak menuju luar kelas. ‘bruk... tlekk...
tep’ hey, mengapa ia menarik tanganku. Aku menoleh, “lepaskan tanganku” ucapku
sinis. Tak sudi tanganku di genggam olehnya. ‘buk’ a..aku... di... peluk?
Harum, hangat, nyaman yang ku rasakan. Hey! Kimeru!!! Sadar dia pemuda yang kau
benci! Tapi, mengapa ia memelukku? ‘sreekk, tap’ ada seseorang yang masuk.
“Koutsu, antarkan aku ke per..” suara itu berhenti sebelum katanya selesai.
Ja..jangan bilang....
Chapter 3
Hidup itu
permainan, itu menurutku. Aku tak tau apa yang akan terjadi nanti dan
seterusnya. Yang ku lakukan hanya berusaha, dan terus berusaha. Iringan do’a
juga penting. Karna berusaha tampanya tak akan membuahkan hasil yang terbaik.
Dan, hidup itu selalu berjalan maju. Tapi, kenapa hidupku seperti berjalan
berbalik? Ya, berbalik kearah belakang. aku mencoba pergi kedepan tapi
terperosok lagi ke masa lalu. Tak ada yang bisa ku lakukan. Mungkin aku hanya
bisa bilang ‘Hidup itu benar-benar seperti permainan’ yang berasil itu
‘PEMENANG’ dan yang kalah itu ‘PECUNDANG’.
* * *
Seringai
yang kulihat diujung bibirnya. “lepaskan aku Koutsu-kun!” aku berontak dengan
nada pelan. Tak ada tanggapan hanya dekapan yang tambah mengerat dan sedikit
sakit di lenganku. Aku mencoba menatapnya, semoga ia mengerti ‘aku mohon
lepaskanlah aku sekarang’ apa arti tatapanku ini. “akhh..” aku tak bisa
bertahan, ia mendekapku terlalu kencang. “ku mohon Koutsu” suaraku bertambah
kecil. Mata tajamnya itu tak pernah ku lihat. Seringai itu pun sedikit
membuatku takut. Ini bukan Koutsu... atau ini diri sebenarnya dari seorang
Koutsu? Aku tak tau. Yang kubutuhkan hanya udara sekarang. Nafasku sesak.
“koustu-kun, aku mohon... nafasku sesak. Hukkh!” nafasku, benar-benar habis.
Permohonanku yang terakhir ia pun melepaskan dekapannya dengan mata sayu dan
bibir kakunya yang biasa ku lihat. Akhirnya ia luluh juga. Segera aku menghirup
semua oksigen banyak-banyak. Aku menatapnya bingung dengan sedikit mimik
jengkel. Aku melihat tatapannya mengarah kebelakangku. Aku tau, ia menatap...
detik itu juga aku berbalik.
“shubarashi-kun...”
pelan sekali suaraku hampir tak terdengar sama sekali. Aku ikut menatap
seseorang yang benar-benarku cintai itu. Sampai berapa kali pun aku dibodohi
olehnya, aku tetap akan mencintainya. Senyuman manisnya itu ia perlihatkan
sekarang. Ia tersenyum semanis itu untuk balasan seringai menyeramkan dari
Koutsu? Baiknya ia, aku menatap kearah Koutsu yang masih melihat ‘kakaknya’
dengan tatapan dingin. ‘tep....’ suara sepatu itu bertepatan dengan senyum
kemenangan dari Koutsu walau hanya tarikan kecil di ujung bibirnya aku tahu itu
seringai yang cukup mengerikan. “Tch” aku mendecih, ini memang kebiasaanku. Aku
mengejar Shubarashi-kun yang terus berjalan diiringi langkah sepatunya yang
tenang tapi terdengar cepat. “shu....shubarashi-kun!” sungguh berdegup kencang
jantungku. Nafasku juga tak beraturan karna berlari tadi. Tak ada jawaban
darinya walau aku berhasil membuatnya berhenti berjalan. Aku terus berfikir aku
harus minta maaf apa tidak? Aku tak biasanya seperti ini. Ayolah Kimeru!!!
‘tep..’ lagi-lagi aku mendengar suara sepatu itu. “Saigo-kun!” upss... aku tak
tau! Mulutku lancang begitu saja keluar! Ah, aku membuat kesalahan lagi. Aku
tau ia sedikit kaget, baru kali ini aku memanggilnya dengan nama kecil. Aku
memang terlalu lancang. Maafkan aku... “ma..maaf! aku.. terlalu lancang. Aku
...hanya ingin bicara denganmu” kata terakhir sungguh membuatku tersiksa,
suaraku seperti tertekan ditenggorokkan. Dikepalaku tak ada kata tenang. Berdua
dengan Subarashi-kun dan mengobrol serius dengannya. Apa bisa aku bertahan?
“maaf, aku harus segera pulang sekarang. Hari mulai gelap, lebih baik kau
pulang sebelum malam” suara sepatu itu akhirnya menghilang bersama dengan
Shubarashi-kun yang benar-benar menghilang di depanku. Ia masih memikirkanku
walau aku telah.... menyakitinya? Ah tidak! Memangnya aku siapa Shubrashi-kun?
tak mungkin ia cemburu aku dipeluk oleh adiknya sendiri. Dia kan tak....
mencintaiku. “hikss..hikss...” cengeng sekali diriku ini. Menyedihkan.
* * *
Setiap pagi,
aku terus memandangi loker sepatunya. Hanya 3 loker yang menghalangi bertemunya
loker kami. ‘Shubarashi Saigo’ namanya yang terpapang disitu membuatku tak
menyangka pernah dekat dan akrab dengannya sampai aku.... memberitahukan isi
hatiku ini. Aku mengerti, aku ini memang tak pantas untuk orang sebaik dia.
Tapi, apa aku salah mengharapkan cinta dari shubarashi-kun? ah, sudahlah, lebih
baik aku segera masuk kekelas menemui Saaka, enak saja ia meninggalkanku sampai
larut malam disekolah. Ya... sebari minta maaf karna membuatnya cemas kemarin.
‘ceklek...
duk... brak’ Ah, siapa sih yang menyenggol? Sepatuku jadi jatuh berantakan.
“oh.. maaf...aku tak sengaja” aku tak menghiraukannya aku hanya menunduk dan
mengambil sepatuku. Tapi, orang itu malah mengambilnya duluan. “ah, terima....”
aku terdiam, seringai itu.... “maaf ya..” bukan! Senyuman itu. Ya, aku yakin itu
senyuman bukan seringai menyeramkan yang kulihat kemarin. Ini sungguh mirip
dengan... “HEY! Shubarashi-kun! cepat kesini!” aku menoleh kearah pintu kaca
sekolah kami. Shubarashi-kun baru datang. Dan aku pastikan yang kulihat
tersenyum tadi itu... “hey, kemana dia?” terkejut yang ku lakukan sekarang,
tidak-tidak maksudku benar-benar terkejut. Tadi itu, Koutsu-kun? dan kemana dia
sekarang? Sepatuku! Mana sepatuku? Aku melihat kearah lokerku. Nafas lega ku
hembuskan perlahan. Mataku kembali menari mengelilingi tempat disekelilingku.
Pikiranku tertuju pada, Koutsu-kun.
* * *
‘teet..teet...teet...’
“Kimeru kau mau kemana?!” “aku akan segera kembali! Jangan ikuti aku!” “heeh?
Dasar anak aneh...” maaf Saaka, sekarang aku tak bisa memberitahukanmu, karna
aku pun tak tau mengapa aku melakukan hal ini. Ah bukan, aku melakukannya karna
kesal! Ya, sangat KESAL! “hey, kau melihat Koutsu” “ah, maaf aku tak
melihatnya” “aduh, maaf... apa kau melihat Koutsu?” “tidak..” “kau melihat
Koutsu tidak?” “aku tak melihatnya” “kau tau Koutsu ada dimana?” “aku tidak
tahu” akh!! Gila sudah diriku ini!!! kemana sih anak itu? Sedang dicari tak
ada, giliran tak dicari dia selalu datang. Aku terus berjalan mataku tak
tinggal diam, lihat sana-sini. Kemana si anak itu?! Benar-benar menyusahkan.
‘bukk’ “ohh.. maaf, aku tak lihat” aku menambil buku-buku yang berserakan di
lantai. Aku menabrak seseorang yang membawa buku super banyak. “ah, tidak
apa-apa memangnya kau sedang mencari siapa?” “aku mencari Koutsu, apa kau
melihatnya?” “Koutsu? Maksudmu Shubarashi Koutsu?” “iya...” “ku lihat tadi ia
di perpus” mataku berbinar. Akhirnya kutemukan anak itu! Awas saja dia. “ ah,
terima kasih banyak!” aku membungkukan badanku. Aku sungguh berterima kasih
padanya, aku tak peduli yang lain melihat ku aneh atau apapun semacamnya.
Pokoknya aku sangat berterima kasih pada orang ini. Aku berlari menuju perpus.
Mengapa aku mencarinya seperti ini? padahal kami satu kelas. Dan karna itu ia
tak masuk kedalam kelas sama sekali, makanya aku mencarinya. Aku mencarinya
dari satu rak buku ke rak buku lain dan akhirnya aku menemukannya. “Koutsu!” ia
menoleh aku menghampirinya dengan tergesah-gesah. Rasanya aku ingin memukulnya
sekarang. “ada apa?” santai, jawabanya hari ini sungguh santai. “maksudmu
apa?!” aku sedikit berteriak “sssttt...” aku memandang yang lain. Ya aku
diperhatikan karna berisik. Aku lupa ini perpus tak boleh ada suara sedikitpun.
Aku menarik tangan Koutsu cepat. “hey, ada apa?” ocehnya dari tadi. “sudahlah!
Diam, ikut saja denganku”
* * *
Aku membawanya
ke lokerku, ini masalah besar menurutku. “ada apa, Kimeru-chan?” “Lihat! Kau
yang melakukan ini bukan?! Dari tadi pagi hanya kau yang menyentuh sepatuku!
Tak mungkin aku yang mempunyai sepatu ini melakukan hal yang tak ada pentingnya
sama sekali! Tch, sebenarnya apa sih mau mu?!” aku tak berhenti berbicara,
sudah habis kesabaranku ini. “hey, kau tak memperhatikan sepatumu di dalam jam
pelajaran bukan? Belum tentu aku yang melakukannya. Siapa tau ada yang iseng
keluar kelas dan melakukan hal ini pada sepatumu itu” ok, ku akui alasannya
untuk membela diri memang masuk akal. Tapi, aku kan sudah menguncinya. Dan
kuncinya masih ada di kantongku sekarang ini. “tapi aku sudah mengunci lokerku!
Tidak ada kunci cadangan tau! Hanya orang bodoh yang mau bela-belain buat kunci
duplikat dari kunciku untuk hal senaif ini!” untung saja aku bisa melawan bisa
hancur aku ini karna malu. “huh? hahahaha, kau tak bisa berfikir ya? dijaman
seperti ini orang pintar sekali membobol kunci hanya dengan kawat” aku terdiam.
Ya juga ya... tapi, aku benar-benar tak terima! Sepatuku bolong menganga
seperti ini! lalu, nanti pulang aku harus pakai sepatu sekolah? kalau ketahuan,
kepala sekolah bisa menghukumku. “hey, Kimeru-chan? Kau tak apa-apa? Jangan
melamun, kau membuatku takut” “ah! Oh, maaf... tunggu! Apa katamu?” ada sesuatu
yang menarik perhatianku. Ini baru pertama kali aku mendengar darinya. “kataku
yang mana?” “katamu yang.... ah! Kau takut?” “ti..tidak! aku takut kau
kenapa-napa bukannya aku takut karna hantu” aku tertegun. Gayanya sekarang...
aku baru sadar, dia sungguh bersahabat. Inikah Koutsu yang selalu membuatku
takut, nangis, tertekan? tapi, kenapa sekarang ia sungguh.... menyenangkan.
Loh, tunggu mengapa disini terasa sangat panas ya? huaa, engap sekali disini.
Tubuhku memanas. “Kimeru-chan? Kau sakit? Wajahmu memerah” benar dugaanku.
“hah?! ah, ti..tidak kok! aku tidak sakit... me..memangnya wajahku me..merah?”
aku kenapa?! Aku...ma...lu? “oh, syukurlah, kukira kau sakit. Aku bisa
pinjamkan sepatuku, nanti kau kerumahku saja akan kubereskan sepatumu itu”
Koutsu, apa ini sungguhan? Kau seperti kakakmu. “sungguh, kau mirip sekali
dengan kakakmu” Huwaaaa!!! Aku keceplosan. Aduh, dia dengar tidak ya? aku harus
menjelaskannya seperti apa? “ko..koutsu” “emm? Ada apa kimeru-chan?” “ah,
tidak...” “eemm.. baiklah, lebih baik kita kekelas jam pelajaran akan dimulai
sebentar lagi, atau kita mau bolos kali ini?” “hah? tidak! Aku tidak mau
bolos..” “hahahha, bercanda kok” Koutsu yang seperti ini sungguh membuatku
nyaman... ini membuatku merasakan keanehan yang berbeda sekali dengan rasa yang
kurasakan kemarin saat melihatnya. Huaaa!!!! Tidak! Tidak!! Aku tidak boleh
menyukainya!!!
* * *
(1 Minggu
kemudian)
Berkali-kali ku tetapkan, ini bukan tawaran tapi pemaksaan. “akhh... dingin
sekali hari ini...huhhmmm” sore ini, aku harus membantu Tsayouna dan Tsayuuna
membuat kue untuk ibu mereka yang berulang tahun. Tapi, terpaksa ku batalakan
karna paksaan dari Koutsu. Sudah ku bilang berapa kali, sepatuku bisa ku
bereskan sendiri. Tapi apa? Di telfonku ada sekitar 40 panggilan tak
terjawab dan 90 pesan Email darinya. Memori Hpku bisa hancur karna
perbuatannya. Dia terus mengingatkanku datang ke rumahnya. Tapi, ada satu hal
yang membuatku bingung setengah mati. Aku harus datang ke rumahnya yang bersama
Subarashi-kun atau ke apartemen miliknya?! Berkali-kali ku telfon dia, tapi
hanya panggilan tak dijawab saja yang keluar. Menyebalkan sekali dia. Tapi, aku
juga sih yang salah... dia sudah menawarkanku dari minggu kemarin tapi aku baru
bisa sekarang. “haah... seharusnya dari rumah aku tidak keras kepala untuk
datang ke ‘tempat tinggal’ Koustu yang membingungkan ini!” aku mengeratkan
sedikit lagi syal yang ku pakai, ini minggu terakhir musim panas. Rasanya aku
tak mau sama sekali meninggalkan musim ini. Karna di musim inilah aku merasa
kuat. Kejadian aneh yang tak sama sekali ‘monoton’ di hidupku ini memberikan
warna baru di hariku.
“huaaa.... dingin sekali, ini gara-gara Onee-chan! Coba saja ia tak memakai
syal tebalku aku tak kedinginan seperti ini” untung saja sepih, aku duduk di
taman kosong yang tak jauh dari sekolahku. Duduk dan merenung itu yang ku
lakukan. Ya, kalau aku jalan juga mau kemana? “huhhmmm... dinginnn...” tunggu,
syal? Hey syalku kemana?! Aku melihat sekelilingku. Dimana syalku?! “hey!
Jangan terlalu panik. Pakai syalku saja, hari ini dingin sekali. Kau mau sakit
cuma karna syalmu tipis seperti ini?” aku tak tau... tapi, tampa syal pun
kurasa tubuhku memanas. Dan rasa dingin itu hilang seketika. “Okotta-chan? Kau
masih kedinginan? Apa perlu kau memakai jaketku?” aku tersadar, mungkin wajahku
memerah. Kalau wajahu tak merah berarti aku ini tidak normal. Siapa yang tak
grogi jika seseorang yang ia suka memberikan sesuatu untuk menolongnya.
“shubarashi-kun?” “huhhmm... aku lelah mendengarmu memanggilku
shu-ba-ra-shi-kun. Itu terlalu panjang, panggil saja aku dengan nama kecil”
kurasa jantungku ini sudah copot. Apa katanya? Nama kecil tapi, bukankah ia
marah kalau aku memanggilnya dengan nama kecil? “ta..tapi...” “tidak, aku tidak
marah waktu itu. Aku sedang lelah, jadi seidkit dingin. Aku bahagia kok kau
panggil saat itu. Kurasa kau benar-benar seperti adik kandungku” senyuman itu,
jangan berikan padaku. Itu membuatku sakit. Adik kandung ya? baiklah, sekarang
aku sedikit lega sudah tau apa alasan kau menolakku. “baiklah, Shu..ah
Sa..saigo-kun” lega, dagdigdug, kecewa, senang, sedih dan apapun itu
semacamnya. Sungguh, aku tak bisa menafsirkan rasa yang sekarang kurasakan.
Tuhan tolong aku. Kenapa semua jadi seperti ini?
“emm... boleh aku memanggilmu dengan nama kecil?” lagi-lagi ku terkejut,
“e..emmhh baiklah” “Kimeru-chan, memangnya sedang menunggu siapa disini?” “aku,
bukan menunggu... tapi, aku bingung aku ingin datang kerumah Koutsu...” “ah...
akan kuantar, kebetulan sekali aku juga ingin memberikan titipan ayah padanya”
aku berani bersumpah, aku sungguh tak bisa mengatakan apapun. “Kimeru-chan?”
“ah, ba..baiklah”
(Kimeru: “Nami,
pleaseee.... skip aja ya, aku gak tau harus ngobrol apa sama Saigo-kun...
yayayaya...” Nami (julukan baru buat Author): “heeeh? Baiklah, aku tau
posisimu.... aku juga merasakannya. Aduh kok jadi curhat)
* * *
(sesuai
permintaan Tout di atas, maksudnya Tokoh Utama diatas kita langsung skip ke
apartemen Koutsu aja ya)
Huh, akhirnya nyampe juga... aku tak tau harus bicara apa sama Saigo-kun. Aduh
kok jadi panas lagi ya disini? Hehehe, rasanya bahagia deh kalo manggil
Shubarashi-kun dengan nama kecilnya. Sekarang aku berada di depan pintu
apartemen kecil milik Koutsu, kata Saigo-kun sih ini tempatnya.
‘ting...tong...’ “permisi! Koutsu!!!!” teriakku didepan kamarnya. Hahaha aku
rasa tetangga yang lain kaget mendengar teriakanku, Saigo-kun saja sampai
menjauh dariku. “ya, tunggu sebentar! kau jangan berteriak seperti itu.
Tetanggaku nanti marah-marah!” heeh? Bukanya disambut ramah malah mengomeliku,
lama sekali ia membuka pintunya. “Koutsu! Cepat buka pintunya... dingin tau!!!”
“baiklah, pintunya terkunci... sabar sebentar” suaranya bisa ku dengar tapi
wajah dan wujudnya tidak bisa ku lihat, pintunya masih menghalangiku. Tapi,
tunggu dulu... kenapa aku bisa sedekat ini dengan Koutsu? Ya, walau aku lebih
suka dia seperti ini. Ini terjadi semenjak dia menyenggolku di loker minggu
kemarin. Huh, hari ini benar-benar menyiksa. Dingin. “uhukk..uhukk..”aku
menoleh, aku lupa... Saigo-kun memberikan syalnya untukku. Dia pasti
kedinginan. Aku memang menyusahkan. “Saigo-kun, kau bisa ambil lagi syalmu. Kau
kedinginan kan?” aku menjulurkan syal yang kupakai. Ia menggeleng “tidak
usah, kau pakai saja... aku tidak kedinginan kok” heeh? Dia masih saja menolak.
“hem... sudahlah, kau pakai lagi syalmu, aku sudah lebih baik dari yang tadi.
lagi pula masih ada syalku yang satunya lagi” aku memaksanya walau ia tetap
menggeleng. Posisi ini membuatku ingin rasanya melayang ke langit ketujuh
menari-mari dengan paus akrobatik dan melewati rasi bintang yang super indah.
Aku mengaitkan syalnya dilehernya membuat jarak wajah kami sangat dekat.
“akhirnya, kau datang ju...” kurasa.... jatungku dan nadiku akan berheti
sekarang. Wa..wajahku, tidak merah kan? “ah, o..oh.. maaf. Ya, aku baru bisa
datang hari ini. kau yang terus memaksaku” aku tersadar, Koutsu melihatnya ya?
dia pasti kaget sekali. Terlihat dari wajahnya super kaget melihat kakaknya. “kakak?”
pelan sungguh pelan. Wajah ceria Koutsu detik itu juga menghilang. Aku yang
melihat mereka jadi ikut tegang. “hay! Bagaimana kabarmu Koutsu?” suara lembut
itu kudengar dari Saigo-kun, suara itu sangat bersahabat. Tapi, Koutsu malah
terdiam, ayolah jawab Koustu! “hey, Koutsu... kami kedinginan! Kami masuk
ya...” dari pada lama-lama diluar kedinginan lebih baik aku menarik Saigo-kun
dan masuk kedalam apartemen Koutsu. Aku duduk di meja kecil yang berbalut kain
tebal menjuntai kelantai. Aku memasukan kakiku ke dalam kain itu. Sungguh
hangat. “Koutsu, kau benar bisa memperbaiki sepatuku? Aku sudah bilang aku bisa
perbaiki sendiri” aku mencoba mencairkan suasana. “Koustu itu, sudah belajar
dengan kakek cara memperbaiki sepatu. Ia ahlinya dalam hal jahit menjahit”
Saigo-kun membalas ucapanku. Aku tersenyum. “wah? Hotouni? Aku tak pernah
menyangka cowok seangkuh Koutsu bisa menjahit” “Tch” apaan itu? Balasan yang
benar-benar tidak enak didengar. Kakaknya sudah membelanya tapi apa? Dia malah
membalasnya dengan kata seperti itu. Lagi pula itukan kebiasaanku. “hey,hey!
Itu kebiasaanku jangan ikut-ikutan ya!” Saigo-kun tertawa melihatku, ku rasa
Koutsu juga tertawa walau ia membelakangi kami berdua karna sibuk membuat
minuman hangat. Aku tahu itu, karna aku yakin ia sebenarnya senang karna
kedatangan kami berdua.
Kami meminum teh hangat bikinan Koutsu aku benar-benar kaget, teh bikinannya
sungguh enak. “huaaa... hangaatt..” balasku pelan, mereka berdua tersenyum. Aku
melihat mereka penuh dengan kebahagiaan. Aku suka melihat mereka berdua sedamai
ini. Tak ada kata cangguh diantara mereka. Aku yakin, mereka pasti bisa bahagia
walau dengan keluarga yang tidak lengkap. “hey, kalian pernah dengar lelucon
ini tidak?” keduanya menoleh, menoleh kearahku tepatnya. “apa?” “lelucon? Aku
tak suka lelucon” hey? Mereka berdua memang berbeda ya... “ah, aku tak peduli
kau suka atau tidak. Lagi pula kalau sekali pun kalian berdua membencinya, aku
tetap akan ceritakan” “sudah kubilang kau itu keras kepala” “hey! Koutsu,
suaramu sekecil itu bisa kudengar tau! Sudahlah diam aku mau cerita” “sudahlah,
jangan bertengkar. Cepat Kimeru-chan ceritakanlah” “baiklah... kan ada pepatah
bilang tak ada kayu akar pun jadi, nah kalau akar tak ada apa dong yang di
pakai?” “aku menyerah” “aku tak peduli” “Tch, sudah ku bilang diam kau Koustu!”
“lalu apa dong Kimeru-chan?” “kayu dong!” “loh kok kayu?” “kayu?” “ya, kan aku
tak bilang kayu itu tidak ada. Aku bilangnya ‘kalau akar tak ada apa yang
dipakai?’ ya pasti kayu dong, tak ada kayu aja akar pun jadi, masa akar tak ada
kayu pun tidak jadi? Ya kan?!” aku melongo sendiri. Mereka tidak tertawa, aku
gagal ya? “tidak lucu ya? hehehe” “gak kok, cukup lucu menurutku” aku terdiam,
apa? Koutsu bilang itu? Apa tadi aku salah dengar... itu benar suara Koutsu
kan? “huuh... ya sudah, aku kebelakang dulu ya... Koustu kamar kecil dimana?”
“disana” “baiklah..”
* * *
Hari mulai sore kurasa aku harus pulang sekarang, lagi pula udara tadi sudah
lebih hangat. Koutsu masih sibuk dengan sepatuku. Aku melihatnya serius,
sungguh baru kali ini aku melihatnya seserius ini melakukan hal yang bahkan tak
ada untungnya untuk dia sendiri. “Koutsu, aku sudah taruh titipan dari ayah di
kamarmu. Aku pulang ya” Saigo beranjak pulang dari rumah Koutsu, tak ada
tanggapan dari Koustu dia masih sibuk dengan sepatuku. “Koustu! Kakakmu mau
pulang! Jawab apa saja. kau tak sopan!” aku menyenggolnya pelan. Ia mendongak
dan melihat jam dinding yang menunjukan pukul 04.30 sore. “kenapa kau tak
tinggal lebih lama?” aku tersenyum bersamaan dengan Saigo-kun yang tersenyum.
Koutsu menunduk mencoba menyibukan dirinya dengan sepatuku. “tidak, aku harus
segera pulang. Aku berharap kau sering-sering datang kerumah ya” tak ada
tanggapan. Aku menyenggol Koutsu apakah perlu aku menegurnya setiap ia bicara
dengan Saigo-kun? “Koustu” “i..iya, akan kuusahakan” “baiklah, sampai jumpa
Koutsu Kimeru-chan” aku tersenyum lebar dan mengantarkan Saigo-kun keluar
rumah. Ya, aku sudah berjanji pada Koustu untuk tidak pulang sampai seputuku selesai
diperbaiki. “Sampai jumpa besok!!” aku sedikit berteriak dari atas, ya kamar
Koutsu ada di lantai 3. Aku bisa melihat jelas Saigo-kun melambaikan tangan
untukku. Rasa bahagia itu pun muncul tapi, aku merasa aku cinta pada kakakku
yang baik itu.
Aku masuk kembali sebari melihat Koutsu yang masih sibuk dengan sepatuku.
“Koutsu, sudahlah... kau istirahat dulu. Bisa ku selesaikan sisanya” aku duduk
didepannya. Ia mendongak melihat wajahku yang cukup dekat denganya. “kau masih
mencintainya?” aku terdiam, sedetik setelah itu aku tersenyum “iya... aku masih
mencintainya” ia menunduk kembali. “aku belum menyelesaikan ucapanku, jangan
langsung menunduk saja” dia kembali menoleh kearahku. “aku, mencintainya
sebagai kakakku sendiri” dia mengeryitkan keningnya. “lalu, aku ini kau anggap
siapa?” aku kembali tersenyum. Kenapa disini serasa sangat engap dan memanas.
“aku menganggapmu sebagai adik manisku” seketika kulihat jelas pipinya yang
dihiasi semburat merah. Ia cepat-cepat menunduk. Aku tertawa kecil. “tidak
sopan kau menunduk disaat ‘kakakmu’ berbicara, tatap wajahnya” aku menggodainya
dengan tekanan dikata ‘Kakakmu’. ‘sringt....bruk..tep..’ aku terkejut, sungguh
benar-benar terkejut, lembut sekali pelukannya. “ko..koutsu?” ia tetap
mendekapku, sangat erat takut kehilanganku. Aku balas pelukannya. Baru kali ini
aku membalasnya, karna ini sungguh berbeda, pelukannya kali ini sangat nyaman.
Benar-benar nyaman...
Chapter 4
Disetiap kejadian pasti ada akhirnya, aku tahu itu karna aku yakin ceritaku
saat ini juga pasti ada akhirnya. Berakhiran sedih atau senangnya aku tak tau
pasti, tapi... banyak yang bilang disetiap kejadian yang menyedihkan pasti
berakhiran sangat indah. Tapi, apa ceritaku juga seperti itu? Bukankah ceritaku
selalu berbeda ya? Dengan yang lainnya? Sebab itu aku tak yakin kalau ceritaku
berakhiran dengan indah. Tapi, Tuhan pasti sudah merencanakan hal yang
lebih lebih lebih lebih lebih baik dan indah padaku nanti, itu pasti
bukan-bukan tapi, SANGAT PASTI!
* * *
Bolak balik, dari ujung kamar ke ujung kamar yang lain. Itu yang ku lakukan
sekarang. Kau tahu, dari tadi yang kugenggam hanya handphone, Bukan! Aku bukan
menunggu telefon tapi bingung. Ya, bingung aku harus menelfonnya atau tidak?
Dari tadi malam aku memikirkannya. Aku pun tak tau apa yang sedang terjadi
padaku. “akhh!!! Telfon tidak ya?! Ayolah!!!” aku mengacak-acak rambutku.
Rasanya aku ingin sekali.....
‘Nee kikoe masu ka~ sora wa hateshinaku aoku sunde ite~’
Aku
tertegun, mataku berbinar nada panggilan yang masuk, membuatku sungguh....
“WAAAH!!! Akhirnya!” ‘pick’ tampa basa basi ku angkat telfon itu.
“mo..mosshi-mosshi” nafasku tak beraturan, sungguh bahagianya~ eh? Tunggu,
Bahagia? Apa? Bahagia? A..aku bahagia? “mosshi-
mosshi
Kimeru-chan!” suara ceria itu sungguh membuatku iri. Aku tak bisa berkata
apa-apa, sungguh benar-benar tak bisa. Tapi, aku tak mau menutup telfon
darinya. Aku mau berlama-lama dengannya. Biarkan! Lupakan soal ‘pulsa’ aku tak
peduli itu. Aku ingin berdiam diri mendengar nafasnya dan tawanya itu,
sungguh... aku tak bisa menahan kebahagiaan ini. STOOOOOOPP!!! Aku buru-buru
menggeleng “TIDAK! Tidak! tidak! Tidak! Tidak! Tidak!” “Halo? Kimeru-chan? Kau
tak apa-apa?” aku tersadar, “ah, tidak! Aku tak apa-apa... ada apa Koutsu?”
“oh, syukurlah... kau mau ikut denganku ke festifal?”
“fe..festifal? festifal apa?” “ku dengar itu festifal soup, kurasa disana
menyenangkan. Sebab itu aku mengajakmu, bagaimana kau mau ikut?” *blush* oh
tidak! Wajahku memanas... pikiranku melayang entah kemana. Dipikiranku hanya,
berdua bersama Koutsu di festi.... aku menggeleng cepat, tidak boleh! Aku tak
suka Koutsu! “bagaimana?” “a,ah...ya, baiklah” “OK! Kita bertemu di depan
sekolah ya! Sampai jumpa!” “i..iya... sampai jumpa” ‘buukk..’ (Nami: heeh? Kimeru!!
Kau pingsan?! Hey bangun!!!)
* * *
Hawa minggu
ini sangat dingin. Ini lebih dingin dari minggu kemarin. Keadaan seperti ini
membuat orang-orang enggan keluar rumah, bahkan hanya sekedar membeli minum
mereka sama sekali tak meninggalkan jaket tebal dan syal hangat. Seorang
gadis mungil masih saja berdiri menyender ke pagar tinggi dibelakangnya. Salju
belum turun dari kemarin, sebenarnya salju diperkirakan akan turun 3 hari
yang lalu, tapi ternyata dewi fortuna masih berpihak pada gadis ini kalau salju
sudah datang ia akan mati kedinginan disini. Entah apa yang ia tunggu, ia masih
berdiri dengan berkali-kali ia usapkan kedua tangannya.
“Kimeru-chan!
Maaf aku terlambat, aku harus mengantar pesanan ayah tadi. Maaf ya..” gadis itu
tersenyum semeringah, semburat merah dipipinya membuat penampilanya saat ini
sangat imut. Jaket tebal berwarna biru laut dan syal tebal berwarna senada
menandakan suasana hatinya saat ini, tenang... sangat tenang. “tidak apa-apa
kok, kenapa kau berlari? Sepatumu bisa bolong kalau berlari seperti itu.
Bisa-bisa aku yang repot, karna aku yang membuatmu buru-buru. Nanti aku yang
malah menanggung beban membetulkan sepatumu” pemuda disampingnya,
benar-benar imut dan tampan, bahkan bisa dibilang cantik. Jaket dan syal
berwarna hijau gelap itu membuat penampilannya terbilang keren dan manis.
Sungguh membuat semua perempuan terpanah olehnya. Tingginya tak lebih dari
gadis di sampingnya. Mungkin hanya beda 3 cm setelahnya. “hahaha, tidak akan
Kimeru-chan, ini sepatu mahal... tak mungkin bolong cuma karna aku berlari. Kau
sudah menunggu lama?” “tidak, mungkin bisa dibilang cukup lama hehehe” senyuman
manis itu selalu dan selalu membuat Koutsu, ya pemuda itu Koutsu kalian pasti
sudah menebaknya. Selalu membuatnya senang dan hangat. Menurutnya gadis yang di
panggil Kimeru itu sangatlah manis dan sempurna. Ia benar-benar mencitai gadis
itu. Bahkan sebelum ia dekat dengan gadis itu. “ah, baiklah kita berangkat
sekarang ya, dingin sekali hari ini” dengan kesadaran penuh Koutsu mengulurkan(?)
tangannya kearah Kimeru. Sentakan terkejut sedikit membuat Kimeru mengeryitkan
kening. Tersenyum, yang Koutsu lakukan hanya tersenyum. “sudahlah, ayo kita
berangkat” Koutsu menarik tangannya. “h..hey!!! koustu!! lebih pelan
sedikit!!!”
* * *
“huwaaa!!!
Keren!” Kimeru berteriak kegirangan ia sangat senang dengan aroma soup ini.
Sungguh menenangkan menurutnya. Koutsu sendiri hanya tersenyum melihat tingkah
Kimeru. Tiba-tiba hidung Kimeru mengendus seperti anjing. Ia mengenal aroma
ini. “Howaaahhh KARE!!!” ia menunjuk kearah salah satu penjual yang menjual
Kare. Ia sangat-sangat menyukai Kare. Di keluarganya tak ada yang bisa membuat
Kare, sebab itu ia sangat menyukai Kare yang hanya bisa ia makan di saat
tetangga memberikan atau kantin menyediakan. Matanya yang berkilau, wajahnya
yang cerah dan senyum semeringah terlukis diwajah Kimeru. Dengan muka melas ia
berkata “ Koutsu, aku mau Kare...” Koutsu menoleh kearah Kimeru sebari
memberikan senyuman yang sungguh memabukan itu. “baiklah, asal kau menciumku
dulu” seketika wajah Kimeru memanas dan memerah. Mulut Kimeru terbuka ingin
mengatakan sesuatu. “sudahlah! Becanda. Ayo kita beli Karenya nanti habis lagi”
Koutsu memotong(?) ia membuat lukisan wajah Kimeru jengkel dan itu amat lucu
untuk Koutsu, ia menarik Kimeru dengan sangat lembut.
“pak, saya pesan 2 porsi ya” dengan cerianya Kimeru mengulurkan uang 20 ribuan
di tangannya. “maaf dek, Karenya hanya tersisa 1 porsi” lagi-lagi benar-benar
jengkel wajah Kimeru. “yasudah saya pesan 1 porsi aja” Kimeru detik itu juga
menatap kearah Koutsu. Koutsu yang santai saja mengambil 1 Porsi Kare
yang diberi penjual. “saya tambah Karenya saja ya. Mungkin cukup untuk dimakan
berdua dengan pacarmu” wajah kimeru seketika memerah bersamaan dengan Koutsu.
Penjual itu melirik kearah tangan mereka. Detik itu juga tangan mereka berdua
lepas. “a..ah kami bu...” “ya, pak terimakasih banyak” Kimeru terkejut ia
dirangkul erat oleh Koutsu, Koutsu yang pandai sekali menghilangkan rona merah
dipipinya berbeda jauh dengan Kimeru yang sedari tadi tidak bisa menghilangkan
rona merah itu. “ko..koutsu” “hmn?” ti..tidak,aku mau pulang sekarang. Dingin
sekali hari ini” “baiklah, akanku antar. Ini Kare permintaanmu kan?” “i..iya,
arigato nee” “hai”
* * *
Sungguh, tuhan!
Tolonglah... pipiku tak bisa lepas dari rona merah! Wajahku terus memanas.
Huaaaa... Koutsu!!!! Kau membuatku PANAS!!! Aku sedang berjalan berdampingan,
ya bisa dibilang seperti itu. Ia tepat disampingku. Yang kulakukan hanya makan
Kare yang masih ada. Kurasa kelezatan Kare seketika hilang cuma karna aura
disini. “Kimeru-chan” aku menoleh, terkejut...aku benar-benar terkejut. Tunggu
sebentar, ko..koutsu mengapa dia mendekat? Hey, ia benar-benar mendekat.
“ko..koutsu” “ah, maaf ada sisa Kare di pipimu. Hehehe” heeh? Ku kira dia
akan.... HUAAA!!!! Berhenti berfikiran aneh KIMERU!
Akhirnya sampai di tempat kami bertemu tadi. Hari makin gelap, hawanya juga
makin dingin tapi, wajahku tak kunjung dingin... masih panas seperti tadi.
Apalagi disaat Koutsu... huaaa!!! “em.. baiklah, sampai jumpa besok” ucapku
pelan. Sekarang benar-benar perih? Atau kecewa? Atau sakit? Atau sedih? Aku tak
tau pasti. Rasanya aku tak... rela berpisah dengannya. Ah tidak-tidak! Aku
tidak boleh menyukainya!!! “ya, sampai jumpa besok, kimeru-chan” senyuman itu
membuatku sungguh sakit. Pikiranku mulai berjalan tapi hanya ada beberapa kata
yaitu berbalik badan melangkah pulang dan sakit. Baru selangkah aku mendengar
namaku dipanggil, aku menoleh walau aku tau itu pasti Koutsu. Dan....
* * *
“tadaima...”
Kimeru berjalan kaku kedalam rumah entah apa yang habis ia lihat, ia terus
memandang lurus dan memegangi bibirnya. ‘duk..duk..duk’ “okawari... eeeh? Kau
kenapa kimeru?” Tsumori kakanya, juga heran ada apa dengan adiknya ini?
“aku tak apa-apa Onii....” ‘buk’ “eh? Kimeru??? kau tak apa-apa?”
* * *
“akhh...”
“eh, tunggu... kau belum pulih, tidur saja dulu” akh, benar juga... aku belum,
eh? Pulih? “Onii-chan, aku kenapa?” “kau pingsan” ‘tuk’ aku memukulnya. “eh?
Kenapa kau memukulku?” “bersikaplah seperti biasanya!” aku tau, ia pasti
menginginkan sesuatu dariku. Makanya ia perhatian seperti ini. “aku sudah
seperti biasanya... memang apa yang berbeda dariku?” “apa yang kau mau dariku
kali ini Onii-chan?” tapi, kulihat wajahnya... –errr- kawatir? “apa maksudmu?!
Huh... aku kawatir, bukan inginkan sesuatu darimu! Yang berbeda disini itu kau!
Kenapa kau pulang seperti orang kesurupan? Diam sambil memegangi bibir?” aku
terkejut. Eh? jadi, itu semua.... “HEEEEHHH???????” “sstttt! Kau ini, berteriak
malam-malam seperti ini. Untung saja ayah dan ibu pergi. Memangnya kenapa? Kau
habis diapakan oleh Koutsu?” ‘tuk’ aku menjitaknya. Memang, kakakku ini sedikit
mesum. “a..aku tidak diapa-apakan olehnya!” wajahku memanas. Oh akan ada masalah
rupanya. “sungguh? Aku tak percaya” “ya...yasudah! kalau kau tak percaya pada
adikmu ini!” Onii-chan malah melihatku seperti orang lain saja, penuh
kecurigaan. “emm... ya sudah aku mau sitirahat! Cepat keluar sana!” lanjutku,
mungkin wajahku benar-benar memerah. Eh? tunggu, reaksi apa itu? Menyeringai?
Tch. ada yang tidak beres. Kalau Onii-chan sudah seperti ini, aku pasti dapat
masalah lagi. “apa?! Kau jangan berpikiran yang aneh dulu! Aku tidak
diapa-apakan oleh Koutsu!” aku menjelaskan. Kurasa aku sudah berkata
sejujurnya, ya... mungkin ada sesuatu yang tak mungkin kuberitahu pada kakakku
yang mesum ini. “tidak... aku tak berfikir begitu, tapi.... ada sesuatu yang
mengganjal. Apa yang kau sembunyikan dari kakakmu ini?” aku terkejut, ah...
benar dugaanku. “ti..tidak! sunggguh! Percayalah padaku! Aku tak menyembunyikan
sesuatu”
“oh, baiklah
kalau kau tak mau memberitahuku. Aku akan menelphone Okaa-san dan Otou-san
kalau kau sudah berciuman dengan Koutsu”
“NANIIIII??????!!!!!!”
*pingsan lagi -_-“*
* * *
Huh,
syukurlah Onii-chan bisa diajak kompromi. Tapi, “Huaaaa lapar!!!! Hikss” yap,
uang sakuku selama 1 minggu harus diparuk olehnya. Ya mau gimana lagi. Kalau
tak begitu aku sudah dimarahi abis-abisan oleh kedua orangtuaku kalau tau putri
satu-satunya dari keluarga Okotta sudah berciuman dengan.... huaaaa!!! Kimeru
jangan pikirkan hal itu lagi. Sekarang, aku seharusnya memikirkan bagaimana
caranya aku bisa bertahan selama seminggu tampa uang saku?! “Kimeru” “eh?
Saaka! Kau mengagetkanku saja” aku menjauh sedikit dari Saaka yang tiba-tiba
saja ada di sampingku. Dan jujur saja aku takut wajahnya. Ia kenapa sih
memandangku tajam sekali. “sa..saaka? a..ada apa? kau melihatku seperti itu?”
aku terkejut lagi, ia mendekat dadakan. Dasar Yuushou Saaka. “kau menjauhi
Koutsu ya? Ada apa?” eh? tunggu, bagaimana ia tahu? Ya, memang aku menjauhi
Koutsu dari tadi pagi. Karna aku... aku... aku tak tau harus ngomong apa saat
dengannya. Yang ada hanya rasa malu dan pikiranku terus berbalik ke... yah,
kalian tau. Tapi, aku merasa bersalah juga sih menjauhinya dadakan sepert ini.
Aku hanya bisa berharap agar Koutsu mengerti. “Oi Kimeru!!!! kau dengarkan aku
tidak?!” “eh? i..iya Saaka?” “huh, kau ini... kenapa kau menjauhi Koutsu?”
“a...eemm... a..aku tak bisa mengatakannya padamu Saaka” pelan sekali suarku.
Tak tau karna panas malu atau karna aku lapar. “kenapa? Ayola Kimeru! aku tak
akan memaafkanmu kalau kau menyembunyikan satu masalah saja padaku. Cepat
jelaskan padaku Kimeru-chan!” kalau seperti ini, aku tak bisa menolak.
Menurutku kalau bertengkar dengan sahabat sendiri lebih menyakitkan dari pada
ciuman pertamaku yang hilang. Eh? kenapa aku berfikir ke... AAKHHH LUPAKANLAH
KIMERU!!!! “huh, baiklah. Kemarin ia mengajakku ke festifal.....”
~
“heeeh? Dia
merebut ci..ciummhhpppp” aku membekap mulutnya. “Sttt... jangan terlalu
berlebihan Saaka” aduh, gawat juga kalau bercerita padanya. Aku melirik kanan
kiri. Semua yang ada dikelas melihat kearahku. “hehehe...” menyengir saja yang
kulakukan. ‘krriuuukkk’ *eh?* aku terdiam. Dasar, perut sialan. Eh? kenapa
semua melirikku? Sambil tertawa lagi. Apa, suara dari perutku terlalu kencang
ya? Ini lebih memalukan daripada kepeleset jatuh ke got (aku pernah
merasakannya QAQ) “hmbbb......buahahahahah!!!! Kimeru... bilang padaku kalau
kau lapar!!! Huahahahahaha....” ‘tuk’ saat itu juga tawanya terhenti, aku
mengembungkan pipiku. “tch. bagaimana aku tidak lapar! Uang jajanku diambil
Bakaonii-chan!” ku pikir lagi nasibku sungguh buruk hari ini. “eh? kok bisa?
Biasanya soal uang jajan kau pelit sekali” “kau mau mengejekku atau apasih?”
“hehehe, tidak-tidak! Aku tidak mengejekmu. Tapi, aku mau bertanya soal yang
tadi. Kok bisa sih kau...” “kalau mau kujelaskan kita kekantin saja” potongku,
ya kalian pasti tau apa yang aku inginkan dari Saaka. “huh, baiklah-baiklah
jangan pesan terlalu banyak, nanti uang jajanku habis lagi” “hehehe,
arigatou-nee Saaka-chan!” “huh, kau itu giliran ada maunya, manis sekali
padaku” aku tersenyum, Tuhan... terima kasih kau telah memberikan sahabat
terbaik sepertinya.
*Tsayuuna:
huh, sekarang kita jarang tampil ya Tsuyouna?
Tsuyouna: iyah, Nami pilih kasih (sambil nangis di pundak Tsayuuna)
Nami: gak kok, aku lagi fokus aja sama pemeran utama, jadi maaf ya... (sambil
ngembungin pipi *tanda bersalah*)
Yariima: iya, kalian jangan salah sangka dulu dong.
Nami: woaaahhh Yariima, kau baik sekali (nyiumin sepattu Yariima)
Yariima: heeh?Nami, sudahlah... lagi pula aku datang hanya untuk menghibur
pembaca.
Nami: eh iya yah... readers maaf ya kalo ceritanya agak gak nyambung di tambah
cerita yang nambah ngebosenin. Nami akan usahain kalo gak episode ini episode
depan ceritanya akan tamat. Jadi jangan pada nangis karna nunggu tamat
ceritanya kapan. Semoga aja cerita aneh ini cepat terselesaikan. Ok! Doakan
ya... ^,^*
(yang tadi
lupakan saja ya)
“Onii-chan! Payungku mana?” pagi ini, sangat-sangat dingin... salju sudah
datang dari 2 hari yang lalu, tepat saat Koutsu menciumku (tutup wajah
rapat-rapat) akh, sudahlah! Tsuyouna Tsayuuna Yariima juga sudah tau kejadian
saat itu. Aku pun bingung bagaimana bisa dia melakukan hal itu? Dan sekarang
aku tak tau, apa yang harus ku lakukan. Aku berfikir aku memang bodoh. Kenapa
aku menjauhi Koutsu, dia pasti marah padaku. Aku memang super bodoh! Tapi, akhh
aku tak peduli. “Onii-chan!!!! Mana payungku?!!!” “heeeh? Iya-iyah! Ini, kau
berisik sekali” “tch. sudahlah... aku mau berangkat. Ittekimasu!” “itterashai!”
Huaaa... benar-benar dingin! Walau cerah tetap saja dingin sekali. Tepat disaat
aku menaruh sepatuku di loker. Seseorang yang sangat ku –eemmm- rindukan...
“ohayou Kimeru-chan” ‘deg’ eh? aku kenapa?? Rasanya ingin lari saja dari sini.
“ko..koutsu, Ohayou” tenggorokanku terasa tercekik. Aku langsung berlari menjauhinya,
aku berbuat salah lagi. Sampai kapan aku begini terus? Yang pasti aku tak tau
itu.
* * *
“hey, Kimeru~ tch, kau masih saja menjauhi Koutsu?” Saaka aku mohon berhetilah
menyebutkan namanya. “sudah ku bilang, aku tak menjauhinya” “heeh? Jangan
berbohong, kalau kau menjauhinya seperti ini. Kau pasti suka padanya, iyakan?!”
hah? yang benar saja.... aku tak suka Koutsu. Hey? Kenapa aku ini ayolah!
jantungku tiba-tiba ingin meledak. “ti..tidak! aku tak menyukainya” “jangan
bohong” “tidak Saaka, aku tak menyukainya” aku merasa sedikit muna sekarang.
“coba aku akan uji kau, jawab yang jujur ok!” spontan aku langsung
mengangguk. Oh perasaanku tak enak. “kau deg-degkan sekarang iya kan?!” aku
terdiam, hey bagaimana dia bisa tau? “lalu, saat tanganmu di sentuh olehnya kau
kaget dan wajahmu memanas kan?” aku masih terdiam, Saaka seperti paranormal
saja. “lalu, kau selalu menunggu telphonenya kan?” “STOOP!!! Saaka, a..aku
tidak merasakan itu semua! Ka..kau salah!” akh sungguh, kali ini aku harus
berbohong padanya. Ini benar-benar pertama kalinya aku berbohong pada Saaka.
“sungguh? Oh, baiklah... kalau uji terakhir ini kau tak kunjung merasakannya,
aku akan percaya padamu kalau kau tak suka Koutsu” aku menatap Saaka dengan
sayu. Oh mohon jangan yang terlalu berat Saaka. Aku tak bisa mengatakannya
padamu. Kalau aku menyukai..... “lihat saja dulu Kimeru, nanti kau akan tau apa
ujian yang terakhir” aku terdiam. Ini akibatnya kalau aku berbohong.
“Ohayou minna-san!” aku menoleh bersamaan dengan Saaka. Ah itu Koutsu, dia
terlihat gembira. Tak sadar aku tersenyum sendiri. Eh? Baka Kimeru! “ah, itu
dia Koutsu... aku ingin tau Kimeru apa reaksimu setelah ini” apa maksudnya?
Saaka kau mengujiku apa lagi? Ingin rasanya aku menangis. Saaka berjalan
memunggungiku berjalan kearah Koutsu yang berada di depan barisanku, ia memang
duduk di depanku dan sekarang aku duduk di bangku terakhir. Aku bingung, Saaka
jangan membuatku gila! Aku memandangnya penuh harap. “Koutsu” ia sengaja
mengencangkan suaranya. Tapi, kenapa wajahnya jadi seperti malu-malu? Aku tau
ia sedikit melirik kearahku. “iya Yuushou-chan?” “a...aku... suka padamu, kau
mau jadi pacarku?”
Apa ini sungguhan? Apa aku bermimpi? Pernya...taan
cinta....
Chapter 5
Tuhan, apa
rasa perih itu jawaban dari rasa cintaku? Maksudku, apa aku mencintai cowok
yang sudah menyakitiku berkali-kali? Tapi, kenapa rasa perih ini sungguh
menyakitkan? Melebihi rasa sakit yang ia berikan padaku. Pikiranku, Logikaku,
dan Perasaanku tak mau kerja sama. Kenapa aku hanya bisa berputar-putar di satu
lingkaran yang sama? Banyak sekali pertanyaanku. Aku terlalu lemah. Lemah
melawan kenyataanku sendiri. Tapi, aku tetap percaya. Tuhan akan berikan yang
terindah nanti. Mungkin bukan sekaranglah waktu yang tepat. Yang pasti
Tuhan akan selalu menepati janjinya.
* * *
Aku percaya, sangat percaya dengan yang ku lihat sekarang. Tapi, hatiku melihat
dengan keadaan buram. Sangat-sangat buram. Ikuti hatimu, ikutilah... hati takkan
pernah salah. Benarkah? Hati takkan salah ya? Lalu, aku berfikir dengan logika
sekarang. Aku tau ini akal-akalan Saaka, tapi kenapa hatiku ibaratkan tidak tau
sama sekali. Dan merasa ini sungguhan, ada satu pertanyaan disudut hati yang
sulit ku pecahkan. Apa Koutsu akan menerimanya?
‘degh’
Benda bening ini sungguh merepotkan! Keluar di saat tidak tepat. Aku sangat
benci benda bening ini. Hey! Jangan terus memaksaku untuk bungkam. Hatiku
terus berkata seperti itu. Meyesakkan sangat menyesakkan! Sesekali egoislah dengan kenyataanmu, mengalah bukan cara
yang tepat sekarang. Sampai kapan kau mau bungkam?! Kau tak mau kan,
kehilangan lagi?!“hiks.hiks....”
‘srek’ ‘duk’
‘BUUKK’
Entah apa yang ada di kepalaku sekarang. Aku seperti diatur dengan sesuatu. Ini bukan aku. Semua memandangku
aneh, sungguh... kalau ada yang bertanya padaku aku ini kenapa, aku takkan bisa
menjawabnya. Aku yang ini seperti terasuki iblis egois dalam arti baik. Aku tak
bisa mengendalikan pikiranku. Aku menggeser mejaku dan memukulnya cukup keras,
hatiku berteriak saat itu. Ia benar-benar marah dan berontak. Ia menang dalam
pertengkarannya dengan Pikiran dan Logikaku. Hatiku, benar-benar menghantam
semua kenyataan. Aku baru menyadari, hatiku sungguh Egois.
* * *
Kimeru, gadis manis itu seperti harimau sekarang. Menyeramkan. Tapi, didasar
hatinya ketakukan sedang berkuasa. Ia sangat takut, memikirkan dan membayangkan
apa yang akan terjadi kalau ia tak egois kali ini. Air matanya tak bisa
berhenti. Ia menunduk, kalau tangannya tidak menahannya di meja, mungkin ia
sudah jatuh sedari tadi. Kakinya bergetar hebat, seakan ia lupa bagaimana cara
berdiri. Tubuhnya bergetar, menahan tangisan yang yang mendorongnya untuk
berteriak sekarang. Berlahan ia mendongakkan wajahnya dengan tangan menutupi
mulutnya. Ia berfikir jangan sampai Koutsu melihatnya. Jangan pernah sampai. Ia
berlajan menuju luar kelas, yang pasti ia harus melewati Koutsu dan Saaka yang
berdiri di depan kelas. Jelas di wajah Koutsu kebingungan dan kekawatiran.
Mungin ia masih shock dengan ‘pernyataan’ Saaka.
“maaf, aku
ketoilet dulu”
Kalimat itu
yang hanya bisa Kimeru katakan, ia setengah berlari keluar kelas. Senyuman
terlukis di wajah Saaka, ia pelopor semua kejadian ini. Mungkin ia berfikir tak
apalah kejam sedikit, demi kebaikan Kimeru. (Nami akui Saaka memang
sangat-sangat kejam! *Saaka: apa katamu?!* heeh?! Gomenne... :D)
Saaka
memukul pundak Koutsu, ia terkikih pelan. “tenanglah! Aku tak serius, lupakan
saja hal itu. Aku hanya menguji Kimeru” Koutsu benar-benar bingung
sekarang. Jadi semua hanya sandiwara? Itulah yang ada di pikiran Koutsu. “ah,
baiklah. Aku sempat kaget tadi. Tapi...” “aku mengerti Kimeru, sesekali ia
harus ku tegaskan seperti ini, sikapnya yang selalu mengalah membuatku muak” cengiran
Saaka membuat setengah hati Koustu tenang akan keadaan Kimeru. Tapi ia tak
begitu yakin, apa Kimeru akan baik-baik saja. “huh, baiklah... aku kekantin
dulu, kau boleh duduk sekarang” sambung Saaka, disambut dengan anggukan ragu
Koutsu yang mulai berjalan ke mejanya. Tapi ia berhenti seketika menyadari
lengannya di tarik paksa oleh Saaka. “ah, maaf... aku terlalu kasar. Ada satu
yang lupa ku sampaikan” Koutsu dibuat bingung lagi. “apa?” “kurasa masih ada
kesempatan buatmu untuk mendapatkan sahabatku yang satu itu! Hehehe” eh? Koutsu
benar tak mengerti. Menurutnya bahasa Saaka terlalu berlibet-libet (?) “huh?
Maksudmu apa Yuushou-chan?” “hem, panggil saja aku Saaka! Maksudku Kimeru itu
suka padamu! Jangan pernah menyerah, kurasa ia membuka hati padamu, BAKA!
Hahahaahha” Tawa Saaka meledak bersamaan dengan Koutsu yang blusing berat,
lebih parahnya lagi dia sedikit mimisan. Mungkin beberapa detik lagi ia akan
pingsan. Lalu Saaka? Ia berjalan santai masih dengan tawanya yang mirip sekali
dengan tokoh jahat di Anime. (Nami: tuhkan! Apa kata Nami, Saaka itu kejam! |
Saaka: *bawa kampak*| Nami: *pingsan ditempat*)
* * *
Sejak saat itu, Kimeru benar-benar lari dari kenyataan. Ia tak memandang
Koutsu sama sekali. Ada saja alasan yang di buat olehnya kalau bertemu dengan
Koutsu. Koutsu juga manusia, sebenarnya ia kesal dengan Kimeru. Menjauhinya
tiba-tiba, itu benar-benar tidak masu akal. Bahkan sebelum Saaka menguji
Kimeru, Kimeru sudah menjauhi Koutsu habis-habisan. Dari tempat duduk Kimeru
yang berpindah jauh dari belakang Koutsu, sampai menjauhi barang-barang milik
cowok itu. Betapa sabarnya Koutsu menahan kelakuan yang dibuat oleh Kimeru
selama 2 minggu ini. Koutsu mengerti, mungkin Kimeru marah padanya karna
mengambil ciuman pertama Kimeru. Tapi, jangankan Kimeru. Koutsu yang
melakukannya pun sama. Itu ciuman pertamanya. Hal ini yang membuat Koutsu tidak
Konsen di Klub maupun di kelas.
“Koutsu, bagaimana Pacarmu?” Moriyama Hyunjo teman klubnya Koutsu ini, bermulut
ember jadi jangan heran kalau ia sering blak-blakkan (panggil saja Hyunjo-kun).
Koutsu menoleh, “hah? Pacarku?” balas Koutsu tak mengerti “iya, si
Okotta-chan!” samar-samar pipi Koutsu memererah. Segera ia menutup setengah
wajahnya. “hahaha, pipimu merah! Kau lucu sekali Koutsu!
HahahahahAwawawawawaw!!! Hentikan koutsu kakiku sakit!” Hyunjo meringis,
kakinya diinjak kencang oleh Koutsu. “tidak, aku bukan pacarnya” balas Koutsu
santai, tapi tak bisa dipungkiri matanya menggambarkan kesedihan. “heh? Kau tak
jadi...” “aku ditolak secara tidak langsung” Hyunjo sedikit terkejut. Ia salah
menafsirkan keadaan sekarang. Detik itu juga wajahnya sangat melas. “ ah,
maaf... aku salah menafsir, memangnya ia menerima cowok lain?” “bukan
urusanmu Baka!” Koutsu memukul pelan kepala temannya itu. Ia berjalan santai
menuju kelas.
* * *
Aku tau, aku tak pantas buatnya. Aku memang terlalu bodoh dan pengecut. Aku tak
pernah berfikir dulu sebelum berbuat sesuatu. Berbeda dengan tipenya. Cowok
keren, tampan, baik, pintar, dan segala kesempurnaan ada, itu tipenya. Dan aku
benci mengatakan ini. Tipenya cocok sekali dengan kakakku.
Dijauhinya seperti ini membuatku benar-benar merasa bersalah. Aku baru tersadar
dari mimpiku yang terlalu indah dulu. Pergi berdua, menggenggam tangannya,
memandangi senyumannya, dan semuanya. Aku terlalu yakin ia bisa jadi milikku,
tapi kenyataan berkata lain. Lawanku terlalu berat. Benar-benar berat.
Menurutnya aku hanya seseorang yang sangat mengganggu. Tapi berbeda dengan
kakaku yang dilihatnya sangat sempurna.
Aku berjalan pelan menuju kelas, hari mulai gelap. Aku harus cepat-cepat
pulang. Karna ada tambahan di klub aku harus pulang sore setiap hari diminggu
ini. Walau aku tak mendengaran sama sekali pengarahan ketua. Pikiranku sibuk
mengatur berkas-berkas yang berisi namanya. Okotta Kimeru. Sesampai di kelas
aku mengambil tasku, aku memandang ke arah meja ujung di dekat jendela, itu
mejanya. Baru kusadari betapa jauh mejaku dari mejanya. Aku tak pernah
menyangka dulu ia duduk dibelakang mejaku. Terlalu lama ku berdiri
mematung disana. Aku menoleh memandang matahari terbenam dari jendela. Ada
sosok yang membuatku terpanah. “Kimeru?”
* * *
Aku mengerti sekarang. Ini bukan cinta. Aku hanya mengidolakannya. Aku ingin
menangis sekarang. Aku mengerti mengapa ia menolakku, benar apa yang di katakan
Koutsu. Alasannya sangat pasaran. Dengan wajah tersipu perempuan itu
menggandeng tangan Saigo erat. Aku tau ia bersekolah di SMA yang berbeda. Ia
menuntun Saigo kedalam mobilnya. Aku melihat kedua orang tua mereka. Saigo
menolakku karna, dijodohkan.
“hikss...hikss...” aku sudah berjanji tidak akan menangis! Tapi, kali ini aku
kalah. Aku tak bisa melawannya. Dia yang selama ini membuatku berdegup kencang,
membuatku tak henti memandanginya, membuatku tak berhenti menyebut namanya
sekarang berhasil membuatku sangat-sangat terpukul. Sangat-sangat tidak terima.
Ia egosi! Kalau seperti ini jadinya. Ia seharusnya memberikan alasan mengapa ia
menolakku dulu. Walau aku percaya, sekarang aku bisa menyimpan rasa suka itu.
Tapi, aku tak bisa menghilangkannya sama sekali. aku memang benar-benar lemah!
“Kimeru” aku menoleh, suara itu. “koutsu” aku memeluknya aku benar-benar tak
bisa berbuat apapun. Aku ingin meluapkan tangisku sekarang. Koutsu memang
selalu datang di saat yang benar-benar tepat. Ia bagaikan kesatria penolong.
Tangannya kurasakan mengelus pelan rambutku. Kenyaman ini tak bisa dipungkiri.
Aku tak mengerti untuk hal ini. Aku selalu terpaku pada masalahku sendiri. Aku
terlalu terpaku pada pikiranku yang selalu menganggapku sendiri. Sebenarnya aku
tak sendiri. Ada seseorang yang selalu melihatku, menjagaku, menolongku. Ia
selalu ada di sisiku. Dan itu nyata. Tapi, kenapa aku mengelak. Dari awal aku
memang bodoh.
Aku menyadarinya sekarang. Seseorang yang ku cintai bukan dari caranya
memperlakukanku dengan baik. Tapi, arti dari caranya memperlakukan ku.
Maksudku, bagaimana pun caranya ia memperlakukanku, ia akan menunjukkan rasa
cintanya dengan caranya. Mungkin mulai sekarang aku harus belajar mengerti
caranya orang yang ku cintai. Shubarashi Koutsu. Ah, aku melupakan sesuatu. Aku
pastikan jawaban dari judul di atas adalah Aku Takkan Boleh Berbalik Kebelakang
dan Aku Takkan Pernah Melakukannya.
FIN
Waaah,,
akhirnya selesai juga! Yeay, ariigatou atas likenya. Dan maaf endingnya gak
banget. Ariigatou! Nami kasih Last Strorynya ya! cuma cerpen kecil kok. Heppy
Reading! :D
Last Story
(Apa Boleh Aku Berbalik Arah Kebelakang?)
Hari ini sungguh membosankan! Bukankah ini hari ulang tahunku?! Kenapa semua
bersikap seperti biasanya? Mana kue ulang tahun dan kejutannya? Ini, salam saja
tak ada sama sekali untukku! Kejam, masa tak ada yang ingat ulang tahuku?
“huaaaa!!!!” walaupun aku berteriak seperti itu, semua tak akan
menghiraukannya. Mereka kenapa sih? Termasuk Saaka, Tsayuuna, Tsuyouna, dan
Yariima. Mereka menyebut dirinya sahabatku. Tapi kenapa ulang tahunku tak ada
yang ingat? Koutsu juga, dia bilang dia sayang padaku. Tapi kenapa ia
menjauhiku sejak kemarin? Oh ya, aku lupa. Aku sudah jadi –err- kekasih
Koutsu dari 1 tahun yang lalu. Bahagia sekali punya pacar sepertinya.
Tapi, sekarang tak ada terkecualian! Semuanya Jahat padaku!!!
Aku berjalan gontai, menuju ruang musik yang kebetulan tak dipakai sama sekali.
Kalian mau tau apa yang akan ku lakukan? Aku akan menangis di sana
sepuas-puasnya! Ku tutup tirai hitam di sana, aku mengunci pintu dan ku matikan
listrik. Aku duduk sambil memeluk kakiku. “HUAAAA!!!!! Semuanya kejam padaku!!!
Sejak dua hari yang lalu mereka menjauhiku! Memangnya ada apa sih?! Hikss..
hiksss” aku menangis tersedu-sedu sungguh kejam mereka semua. Memangnya aku
salah apa? Sampai semua menganggapku tidak ada?
Aku membenamkan wajahku, suasananya sangat dingin. Jujur saja di sini sangat
seram. Tapi, aku memakasanya agar aku bisa menangis sepuasnya. ‘sreekk’
‘duk’ ‘prangg’ aku mendongak, suara apa tadi? Seketika bulu kudukku berdiri
bergantian. Aku memandang seluruh ruangan gelap ini. ‘sreek’ aku berfikiran
yang aneh-aneh lagi. Segera aku menggeleng cepat. Tak mungkin ada setan di
siang hari begini. Aku berdiri dan berjalan pelan, berniat ingin menyalakan
lampu. Kakiku merinding. ‘duk’ aku terbelalak kaget “KYAAAAA!!!!” aku berteriak
disaat kulihat ada bayangan hitam didepanku. Oh tidak mati sudah diriku,
maafkan aku teman-teman, maafkan aku Koutsu, aku tak bisa menemuimu lagi
setelah ini. Itulah yang ada di pikiranku. Rasanya aku ingin mati sekarang. Aku
berjalan mundur, sampai sadar aku telah terpojok di tembok. Aku melihat sebuah
tangan seperti menggenggam pisau sedang mengangkat ibaratkan ingin menusukku.
Dan saat itu juga “Happy Birthday!!!!” aku terkejut. Eh? Koutsu? Di..dia,
mengingat ulang tahunku? Aku tersenyum sebari memukul pelan Koutsu, ia memang
pacar yang paling baik. Tapi, tak lama aku kembali terdiam. “loh kok diem?”
Koutsu menyadari itu. “eh? kau sendirian saja?” aku bingung karna, ini sama
saja kejutan kan? Tapi kenapa cuma ada Koutsu? Apa jangan-jangan semua
teman-temanku benar-benar tak ingat ulang tahunku? Rasanya aku ingin menangis
lagi. “hikss..” “eh? Kimeru? Kau tak apa-apa? Kenapa kau menangis?” Koutsu
terlihat kawatir. Ia mendongakan wajahku dan menghapus air mata yang mengalir
dipipiku. “seharusnya kau senang, ini hari ulang tahunmu kime...” aku ikut
terdiam di saat Koutsu melihatku dengan pipi yang memerah. Nafas kami
bersentuhan. Jarak ku dan dirinya sangat dekat. Aku sudah berfikir yang
tidak-tidak sekarang. Aku sadar jarak kami sekarang sudah benar-benar
dekat, tak tau karna hukum alam atau bukan (?) aku hanya bisa menutup mataku.
‘puk’ aku, mencium bau amis di wajahku. Aku mengerti sekarang. Aku membuka
mataku. “HAPPY BIRTHDAY!!!! Hahahahaha” aku tersenyum kecut. Melihat Saaka,
Tayuuna, Tsuyouna dan Yariima menertawakanku habis-habisan. Koutsu tertawa
kecil sebari membersihkan sedikit telur di wajahku. Aku mengelak. Aku
memandangnya tajam, menurutku lebih baik tak usah di bersihkan kalau dia juga
yang melakukannya padaku! Koutsu hanya bengong dengan sikapku. Aku tak bisa
menahan tawa. “hahahaha, koutsu maaf” semua yang ada di sana tertawa bersama.
Aku bahagia, sangat bahagia, suasana seperti ini jarang ku temukan. Aku tak
akan melupakannya. Rasanya aku harus bersyukur mempunyai teman seperti mereka.
Dan aku pun bersyukur telah mendapatkan kekasih impianku yang terbaik. Koutsu,
tolong jaga aku dan aku sangat-sangat mencintaimu.
* * *
Buku tebal
bertuliskan ALBUM KELULUSAN SMA KHAISA ICHIBAN itu ditutup berlahan oleh gadis
manis yang sedari tadi tak bisa menahan senyumannya, melihat betapa bahagianya
hari-hari di SMA ini. Sebenarnya ia sangat- sangat tidak rela meninggalkan
sekolah yang penuh Kenangan ini. Dari menangis, tertawa, dan marah ada di
sekolah ini. Ia bisa mendapatkan begitu banyak pengalaman. Dari sahabat,
guru-guru istimewa, sampai kekasih, Ia temukan disini. Ia bertekat takkan
melupakan kenangan ini sampai kapanpun. Karna ia percaya, tampa masa lalu ia
tak akan bisa seperti sekarang. “Kimeru-chan! Ayo, kita harus berfoto bersama
yang lain!” “ah iya, Koutsu-kun! Aku akan segera kesana!”
~Fin~
Langganan:
Postingan (Atom)