(みなと-くん)
“Minato-kun”
“Minato-kun”
Sekuel Dari “Sahabatku Dimusim Panas”
Rate : T
Pairing : MinaKushi
Genre : Romance
Warning :
OOC, gaje, abal, death of chara , berantakan, garing walaupun gak ada comedynya, merusak mata dan telinga (?), bahasa entahlah sepertinya (sangat) baku, misstypo merajalela, nyambung kemana-mana, pokoknya Fanfic ini absurd abis -_-
Disclaimer :
Naruto udah JELAS bukan milik Nami, tapi milik Masashi Kishimoto-sensei. Nami cuma punya cerita gaje dan menggilakan ini. Dan ini cerita murni, original, dan terpercaya (?) dari kepala Nami sendiri. Mau Copas? Dilindes pake road roller kagamine twins aja dulu~
-
-
-
-
“Minato, Minato, Minato” “..shina” “..Kushina” “oi!! Kushina!!!”
dengan setengah sadar, gadis berambut merah itu mendongak dengan cairan
dimulutnya yang membekas di meja. “i..iya” kesadarannya segera penuh setelah
melihat guru berkaca mata dengan rambut botak tengah melihatnya sangat garang.
“kenapa kau tertidur saat belajar?!” mata kejam guru itu tak lepas dari
pandangan gadis yang ada di depannya. Gadis itu hanya membersihkan bekas cairan
dimulutnya, dan sesegera mungkin menjawab pertanyaan guru tadi. “aku... hanya
lelah” setelah kata-kata itu keluar ia kembali meneruskan mimpinya yang sempat
tertunda. Guru tadi mengangkat penggaris di tangannya dan berniat akan memuluk
kepala gadis itu, tapi keberuntungan sudah dicapai lebih dulu oleh gadis itu.
Bel istirahat berbunyi, bersamaan dengan berakhirnya jam pelajaran guru
tersebut. Dengan sigap gadis itu mendongak dan menggeser mejanya, lalu melewati
guru yang hendak memukulnya tadi.
Huh, memang hanya gadis itu yang
bisa membuat guru kepayangan, dan takkan ada yang bisa melawannya. Kushina
Uzumaki, si Habanero Berdarah.
---
“oi, Kushina. Kurasa namamu
akan terpampang di ruang guru lagi” gadis disampingnya berparas cantik dan juga
manis, rambut panjang hitamnya begitu indah walau tak sepanjang dan tak seindah
milik Kushina. Tapi, terbilang cukup bisa membuat para lelaki menggilainya. Mikoto
Uchiha. Ia sahabat terdekat Kushina selama masuk SMA. Ia juga yang membuat Kushina
seperti sekarang. Maksdunya, bukan membuat Kushina jadi segalak sekarang. Tapi,
membuat Kushina merubah penampilannya seperti sekarang.
Dulu,
memang saat-saat perih bagi Kushina. Ia tak begitu mengerti hidup, saat itu. ia
tak begitu sadar akan semua yang ia miliki. Tapi, karna ada seseorang yang
tiba-tiba saja datang merubah hidupnya. Ia berubah seperti sekarang. Entah, apa
perubahan ini baik atau tidak untuk Kushina. Ia hanya berfikir, Ini nyaman untukku jadi apa salahnya? Haha, memang hanya Kushina yang seperti itu.
Tapi, ia juga sering berfikir. Apa
kenyamanan ini bisa juga membuat nyaman dirinya disana? Itulah, dibalik
keceriaan dan kegarangannya. Diujung hatinya terbesit masalah yang sepele yang
bahkan tak masuk akal. Tapi, menurutnya itu sangat penting. Karna ini menyangkut hati dan perjanjian
antara aku dan dia. Perjanjian yang kita buat musim panas 3 tahun yang lalu.
Dan sebuah ikatan yang kita bangun musim panas 3 tahun yang lalu. Perjanjian
antara Aku dan Minato-kun.
---
“Kushina,
kau menyebut nama Minato lagi. Apa kau mau terus seperti itu?” “entah, aku tak
tau.. aku tak pernah bisa berhenti menyebutnya dikala aku tidur” Mikoto, kau
tau? aku juga ingin sedikit beristirahat untuk menenangkan pikiranku tampa Minato.
Tapi, namanya dan wajahnya tak pernah hilang dari pikiranku walau ia tak pernah
menepati janjinya untuk kembali. Tapi, tak tau mengapa hatiku selalu percaya
kalau nanti ia akan kembali menemuiku dan melindungiku lagi. “huh, aku tak
pernah melihat seseorang yang begitu mencintai seseorang sampai sepertimu ini”
aku menatap Mikoto tajam. Entah aku tak mengerti mengapa aku begitu marah
setelah mendengar ucapan Mikoto tadi. Mikoto yang tersadar dengan sigap
mengatakan maaf padaku. “oahaha... gomen~ aku bukannya membuatmu marah. Aku
hanya takut kau kenapa-napa. Walau aku bukan teman kecilmu. Tapi aku juga
mengerti apa yang kau rasakan. Memang sulit untuk melupakan seseorang yang
sudah membuat hidupmu berbalik seperti ini” aku memalingkan pandanganku kearah
makanan kering didepanku. “Huaaaaaaaaaa” dengan gerakan cepat aku memakan
hampir seluruh makanan itu dengan ganasnya. Aku tau,disekellilingku hanya memandangku
takut dan cepat-cepat menghindar. Mikoto hanya menganga lebar melihat
tingkahku. “kenapa? Aku hanya lapar” balasku pelan disambut dengan gelengan Mikoto.
“kau ini~”
---
“bagian
yang ini berfungsi sebagai pelarut, dengan %&^&$&^@$^$!^%#@^%!...”
penjelasan itu begitu memusingkan bagi Kushina yang berada duduk paling
belakang. Ini memang tempat duduk favoritnya. Dengan bebasnya ia mengunyah
permen karet dengan suara decakan yang cukup kencang. Matanya tertuju fokus
pada jam tangan merah miliknya. “ayolah, cepat~” desisan kecil terdengar dari
mulutnya. Ia begitu tak sabar ingin cepat-cepat pulang. Inilah kebiasan sang
Habanero Berdarah. Selalu menunggu jam pelajaran selesai dan pergi pulang.
Ajaibnya, dengan kebiasaannya seperti ini nilai tiap pelajarannya tak pernah
turun. Nilai sempurna selalu ia dapatkan. Jadi tak heran, banyak guru yang tak
bisa apa-apa menghadapi Kushina. Ia bagaikan manusia bersifat menyebalkan
dengan otak emas (?)
Seketika,
guru terpaku bersamaan dengan sorak para siswa yang bersorak kegirangan. Bel surga telah berbunyi! Itulah,
julukan bel pulang untuk para siswa. Semua berdesakan keluar kelas, mereka
berhamburan kekelas lain hanya untuk sekedar menemui sahabat, gebetan, dan
pacar yang berbeda kelas. Dan diantara semua siswa tersebut, hanya Kushina yang
berjalan santai kearah gerbang sekolah. Konoha Gakuen. Tulisan itu terpampang
jelas di atas gerbang SMA terkenal ini. huruf yang terbuat dari emas 24 karat
itu terlihat mengkilau terkena sinar matahari sore. Baru satu langkah Kushina
melewati gerbang sekolah. Seketika matanya membulat seperti menemukan sesuatu
yang begitu berharga. “se..sejak kapan? HEEEH?! Sejak kapan Supermarket ada di
depan sekolah?!” (misi numpang lewat, Nami kemana yah? *udah di mutilasi terus
dibuang ke jurang) dengan cepat ia melangkah kearah supermarket di sebrang
sekolah. Tepat berada di depan pintu ‘kriiuk’ ia menyengir. Ternyata perutnya
sudah tidak bisa diajak kompromi. Makanan kecil yang tadi siang ia lahap tak
cukup membuat perutnya penuh. Ia masuk ke supermarket yang baru saja dibuka
hari itu. Wajahnya bersinar karna dihari pembukaan seperti ini banyak produk
yang murah. Dengan segera ia membeli cemilan dan juga ramen kesukaannya. Sepertinya
ia begitu puas sampai-sampai wajah cerahnya tetap bersinar di kala ia keluar
dari supermarket tersebut. “Oi!!! Kushina!! kau meninggalkanku!” sedikit
terkejut, Kushina melihat kearah Mikoto yang baru saja keluar dari gerbang
sekolah. Ia melambaikan tangannya. Tepat saat ia melangkah lebih jauh dari
supermarket angin sepoi lembut melewatinya. Ia berhenti sejenak dengan wajah
terkejut. “aroma ini” tangannya melambat turun dengan tatapan kosong
melihat kearah bawah. Tepat disaat Kushina memandang sepatunya. Sepasangan
sepatu pemuda melewatinya dengan bayangan rambut jabrik berantakan. Seketika ia mendongak dengan cepat. Rambut
kuning cerah tiba-tiba saja terlintas melewati Kushina. “oi, Kushina kau
tak...” “Minato” suara Mikoto terhenti setelah mendenar sahabatnya kembali
memanggil nama itu. Kushina mendongak “Ta..tadi, Mi.. Minato!!” Mikoto terejut.
Kushina menatapnya, seakan ingin membuatnya percaya kalau yang ia katakan itu
benar. Mata Kushina penuh dengan air mata, ia melihat Mikoto penuh keyakinan. “ta..tadi
benar Minato! Ra..rambut kuningnya” “selamat datang, tuan” dengan cepat setelah
mendengar perkataan pelayan supermarket itu, Kushina melihat kearah belakang.
“Mina..” katanya terputus. Ia melihat keseluruh supermarket. Seluruh sudut yang
ada di sekelilingnya sudah ia sapu dengan tatapan cepatnya. Tapi, tak ada sama
sekali sosok yang ia cari. “di..dimana? dimana, Minato?!” pelan, suara Kushina
memelan bersamaan dengan Mikoto yang menyentuh lembut pundak Kushina. Detik itu
juga, Kushina kembali mengeluarkan air matanya. “apa? tadi hanya bayanganku saja? Minato”
---
Apa yang kulihat waktu itu.
Dan apa yang ku rasakan waktu itu. Sama seperti musim panas 3 tahun yang lalu.
Begitu nyaman dipikiranku. Minato, apa itu benar-benar kau? Atau itu hanya
bayanganku saja? Aku tak tau, mengapa aku tak pernah bisa merelakan janji yang
kita buat waktu itu. Yang ku inginkan bukan hanya janji itu. Aku ingin kau
kembali disisiku. Berada di sampingku. Aku sempat berfikir apa karna janji ini
kau pergi menghilang dariku? Kalau itu benar, dahulu lebih baik kita tak usah
membuat janji itu. Aku tak perlu janji, yang ku inginkan hanya kau disisiku.
Kau yang nyata di sampingku, Minato. “huh,
huaaa!!! Kenapa kau pergi MINATO! Kau sungguh BODOH!” merebahkan diriku seperti
ini. Dan berkata Minato bodoh. Itu sudah rutin ku lakukan. Bahkan setiap aku
menyetuh kasurku ini. Entah, padalahal musim panas masih jauh, kenapa bayangan Minato
masih membekas di pikiranku. Ini berbeda dengan tahun tahun yang lalu. Aku
hanya akan memikirkan Minato dan benar-benar terpuruk dimusim panas. Walaupun
disetiap saat aku selalu memikirkannya. Tapi, tahun tahun kemarin aku hanya
akan terpuruk seperti ini disetiap musim panas. Dan yang kulakukan saat itu
hanya mendatangi makam Minato dan menceritakan semua hal yang kualami dimusim
sebelumnya. Akhir-akhir ini, dan ditahun ini kelas 3 SMA. Aku merasa,
keterpurukan itu semakin membekas disetiap saat di hidupku. Tak disetiap musim
panas lagi. Aku merasakan keterpurukan mendalam dalam diriku. Janji yang ku
buat bersama Minato di musim panas 2 tahun lalu. Selalu terngiang dipikiranku. Mikoto
selalu memberikanku semangat, walau tidak menyembuhkanku dari seluruh
keterpurukanku, Mikoto bisa jadi penyemangat sedikit demi sedikit untukku. Ia
begitu hebat untukku. Terbukti walaupun banyak orang yang mau bersahabat
denganku, aku tetap tak bisa membandingkannya dengan Mikoto yang kukenal.
Cukup
lama aku melamun, ada seseorang yang mengetuk pelan pintu kamarku. “Kushina,
ada temanmu yang datang” ah, itu ibu. “iya ibu, aku akan keluar” dengan sigap,
aku melangkahkan kakiku. Memandang diriku dari pantulan kaca, jepitan yang kupakai
waktu menemui Minato terakhir kali masih ku simpan sampai sekarang. Jepitan itu
masih terurus dan kuat. Aku membereskan rambutku dan menjepitnya. Aku mengelap
sedikit air mata yang sempat mengalir tadi. Dengan tersenyum aku memandang
diriku yang memakai celana pendek dan baju selenganku. Dengan senyum aku
membuka pintu kamar dan turun kelantai bawah.
“Mikoto?
Ada apa kau kesini?” dengan pelan aku menyodorkan teh hangat untuk Mikoto.
Kurasa ia terlihat kawatir saat datang menemuiku. Wajahnya memucat. “em.. Kushina,
aku hanya ingin menanyakan sesuatu” terlihat keraguan dari wajahnya. Aku tahu Mikoto,
kalau seperti ini kurasa ada yang tidak beres. “iya? Tanyakan saja” aku duduk
disampingnya dan memandangnya lembut. Ia membalas tatapanku, dengan ragu ia mulai
berbicara. “kapan, Minato kecelakaan?” aku hanya terkejut mendengarnya. Tak
pernah Mikoto menanyakan hal ini padaku. Apa ada yang tidak beres tentang Minato?
Aku mulai memandangnya serius. Tak ada yang bisa kukatakan, mulutku bagaikan
tak mau biacara. “Ku..Kushina, kau tak apa-apa?” Aku tau Mikoto tak enak
menanyakan ini padaku. Tapi, kurasa kalau Mikoto begitu serius seperti ini,
pasti ada hal penting yang terjadi. “Mi..Minato, kecelakaan pada... musim panas
3 tahun yang lalu” dengan ragu aku menahan air mataku. Menunduk dalam-dalam dan
mencoba untuk tak mengingat kejadian saat itu. Tapi, tak bia dipungkiri aku
tetap tak bisa menahannya. Aku sangat rindu Minato, benar-benar rindu Minato.
Air
mataku jatuh tepat saat Mikoto memberikan sebuah surat di hadapanku. aku
memandang Mikoto dengan jelas. Ia begitu ragu untuk memberikannya. “ini, surat
dari keluarga Namikaze. Aku bertemu dengan ayah Minato saat perjalan datang
kesini” dengan gemetar, aku mengambil surat itu. Dikepalaku penuh dengan tanda
tanya. “ia berniat kerumahmu, tapi ketika melihat aku yang tepat berhenti
dirumahmu, ia mengahmpiriku dan memberikan surat ini. Ia hanya berkata, tolong
beri ini untuk Kushina. Dan tanyakan, kapan Minato kecelakaan. Aku yang tadinya
ingin mengajakmu keluar. Rasanya jadi ingin pulang lagi. Tapi, kurasa ini
begitu penting. Walau aku tak mengerti sama sekali. Kurasa kau harus
menerimanya” sambung Mikoto pelan menggenggam tanganku. Aku memandang surat
putih ditanganku. Apa ini berhubungan dengan Minato? Apa ada sesuatu yang
belumku ketahui tentang Minato waktu itu? entah apa yang membuatku ingin
menangis. Dengan meremas surat itu, aku menangis pelan. Disambut dengan pelukan
hangat dari Mikoto. Kurasa ia mengerti sekali apa yang kurasakan. Rasanya
begitu menyakitkan. Benar-benar menyakitkan.
---
Musim
Panas, datang lagi. Dengan segala aroma dan kebisingan serangga yang setiap
hari terdengar dan terhirup disekelilingku. Seperti nama dan juga ardomanya
yang masih mengelilingiku. Aku tepat berdiri didepan rumah besar. Digerbang
pintu terlihat tulisan nama keluarga yang menepati rumah sepih ini. Aku kenal
betul posisi ini, kenal betul suasana ini, dan kenal betul siapa rumah ini.
Musim panas 3 tahun yang lalu, aku sempat mendatangi rumah ini bersama dengan
putra yang menempati rumah ini. Tak ada perbedaan dirumah ini, hanya ada pohon
sakura yang tumbuh sedikit membesar di halaman rumah. Namikaze. Itulah nama
keluarga yang terpampang di depan pintu pagar tinggi didepanku. Aku, datang
kerumah Minato.
“ekhm,
pe..permisi” suaraku serak. Apa terdengar sampai dalam yah? Tapi, aku sudah
menekan tombol bel tadi. Aku menggenggam erat tas buah yang ku bawa dari rumah.
Ini titipan dari ibuku. “iya, ah nak Kushina. Sialakan masuk” mendengar ucapan
ramah itu aku sedikit terkejut dan segera tersenyum. Ibuya Minato sama seperti
dulu, baik dan ramah. Sifat ini mirip sekali dengan Minato. “permisi” suara
pelanku kalah dengan suara nyaring pintung yang berdecit dirumah Minato. Aroma
ini, aroma yang sangat kurindukan begitu menyengat sekarang. aku melihat
sekeliling ruangan tamu kecil milik keluarga Namikaze. Ini kedua kalinya aku
berkunjung kedalam rumah Minato. Terakhir kalinya aku bersama Minato kedalam
kamarnya untuk mengambil bukuku yang ia pinjam. Posisi bingkai, vas bungan dan
juga sofa dan meja kecil. Masih persis sama seperti waktu itu.
Mataku
kembali terfokus pada foto berbingkai kecil yang tersimpan di meja lampu dekat
sofa yang kududuki. Ini foto Minato saat festival kelas 3 SMP itu kan? Tak
sadar, aku hanya tertawa kecil, melihatnya yang begitu ceria tapi, disampingnya
“Kenapa ada aku?” gumamku sendiri dan tersadar saat ibunya Minato datang dengan
2 gelas sirup segar. Aku mencoba membantunya, ia hanya tersenyum dan duduk
disampingku. “hum, Kushina.. kau sudah menerima suratnya?” aku mengangguk pelan
sebari menaruh sirup yang baru saja kuminum. “i..iya, sudahku terima” ibu Minato
hanya tersenyum sebari melihat kearah bawah. Tapi seketika wajahnya sedikit suram.
“Minato, berpesan pada ibu sudah sangat lama. Tapi, ibu baru bisa menyampaikan
ini sekarang. Maaf yah” aku mengangguk pelan. “Minato, berpesan pada ibu, untuk
memberikan sesuatu yang hanya padamu ia akan memberikannya” aku menatap serius
Ibu Minato. Ia tersenyum sebari berdiri. “kita kekamar Minato yah” aku ikut
berdiri dan mengikuti Ibu Minato dari belakang. Aku melihat kamar Minato yang
bersih tampa barang stau pun. Hanya ada lemari geser yang berisi barang-barang
kecil milik Minato. Ibu Minato mengambil salah satu kardus dan mengabil satu
benda lalu berdiri mengahmpiriku. Ia memberikanku sebuah album foto Kelulusan
SMP Konoha milik Minato. Aku memandangnya penuh tanda tanya. Ibu Minato hanya
tersenyum “ini, kau bawa pulang. Nanti disaat akhir tahun kau datang lagi
kesini yah, isi satu foto yang belum ada di akhir album. Dulu, Minato bilang
hanya kau yang mempunya foto yang terakhir itu” pikiranku, melayang entah
kemana. Foto terakhir? aku tak pernah punya foto kita berdua.
aku
memandang lagi album foto yang ada di meja belajarku. Aku begitu bingung. foto
apa yang pernah kusimpan dengan Minato? Sangat pusing, pikiranku benar-benar
pusing skearang. Apa yang harus kulakukan dengan album foto ini? “huaaa... Minato
kau BODOH! kenapa kau memberikanku Album foto ini? aku tak punya foto disaat
aku dan kau berdua!” lagi-lagi aku berbaring dan mengatakan Minato bodoh. Huh,
dari pada seperti ini lebih baik aku pergi keluar rumah. “Ibu, aku keluar!
Ittekimasu!” “itterashai!”
“eem...
kemana yah?” dengan bingung aku menelusuri jalan kosong di depanku. Aku hanya
melihat kanan kiri. Panas sekali musim panas kali ini. ah, lebih baik aku ke
supermarket saja. Dengan cepat aku berjalan kearah sekolah. Setelah memingat
supermarket yang baru di depan sekolah. Aku segera kesana. Lagi pula, jarak
sekolah dan rumahku tak jauh. Tepat di depan supermarket aku terdiam “disini
kan, aku sempat bertemu Minato” lirihku, aku kembali mengangat kakiku untuk
melangkah masuk ke supermarket. Tampa menoleh kearah lain, tapi ada sesuatu
yang membuatku berhenti berjalan dan berbalik arah. Seketika aroma Minato
tercium olehku. “Mi..Minato”
---
Kushina,
terkejut melihat sosok yang ia rindukan itu tepat di ujung jalan. Sekali lagi
ia mengucek matanya. Ia tak salah lihat kan? Dengan sigap ia berlari mengejar
pemuda berambut kuning cerah yang berjalan pelan menuju arah kanan. Entah
kenapa, bukannya Kushina teriak memanggil yang ada hanya air mata yang
mengalir. Ia berlari mencoba mengejar. Tapi, rasanya pemuda itu tambah menjauh,
Kushina tetap tak menyerah ia berlari kemanapun pemuda itu berjalan. Ia tak
mengerti, mengapa ia tak pernah bisa mencapai sosok itu waplau sekali pun ia
berlari? Bukankah ia akan cepat bertemu kalau posisi ia berlari dan pemuda itu
berjalan? Ini tak masuk akal menurutnya. Tapi, ia hanya menangis dan terus
berlari. Tepat di persimpangan, persimpangan yang begitu familiar di matanya.
Persimpangan SMP Konoha. Tepat pertama kali ia bertemu dengan sosok yang saat
ini benar-benar membuatnyarindu dan terpuruk. Tempat ia berubah karna bertemu Minato
Namikaze. Sosok yang ia cintai dan rindukan itu. Nafasnya tersengal sengal, ia
tertunduk dengan degup jantung cukup kencang. Airmatanya tetap mengalir
walaupun sering kali ia hapus dengan bajunya yang basah. Ia mendongak, sosok
tadi tak terlihat lagi. Sosok Minato, tak terlihat lagi. Apa ini bayangannya
lagi? Apa ini khayalannya lagi? Ia terduduk lemas dengan airmata yang
benar-benar tak bisa berhenti. “Mi..Minato!!!!hiks” isakan kecil itu cukup
membuatnya terpukul. Sangat-sangat terpukul. “Minato, hiks.. aku, rindu
padamu... sangat-sangat merindukanmu” Kushina menghapus air matanya berlahan.
Ia kembali terbangun dan beranjak pulang kearumah. Ia berfikir, untuk saat ini
mungkin ia harus tidur hingga berbulan-bulan.
“Tadaima~”dengan
pelan aku memasuki rumah kecil milikku. Kurasa tak ada yang menjawab salamku.
Aku melirik kearah ruang keluarga. Kurasa terdengar kebisingan disana. Aku yang
merasa penasaran masuk keruang keluarga. Tadinya pengen langsung ke kamar
tapi... “ibu, tadaima~” “oh, Okaeri” “ah, Okaeri Kushina-chan!” tunggu,
ta..tadi suara siapa? Dengan sigap yang tadinya aku melihat lurus kearah ibuku
yang ada didapur mataku berpaling kearah samping tepat samping tangga.
Aa...aku, tak salah lihatkan? “i..ibu..” “iyah? Ada apa nak?” “i..itu!” “ah,
iya kau tak salah lihat” a..apa? kenapa? Ini mimpi atau... Mi..Minato.. kenapa?
Kenapa? Ini, nya..nyatakan? “haha,Kushina-chan! Aku telah berbohong 3 tahun
ini.. maaf yah” seketika, rasanya campur aduk, orang yang ada didepanku mirip
sekali dengan Minato. Suaranya, rambutnya, wajahnya, dan sikapnya. Aku
bermimpi? apa ini Minato sungguhan? “em.. Kushina, maaf yah. Aku akan
ceritakan, kalau aku memang benar kecelakaan, tapi aku tak sampai meninggal.
Aku hanya perlu pengobatan selama 3 tahun di luar negri. aku, yang bilang pada
semua kerabat yang kenal padamu agar memberitahu kau kalau aku sudah tidak ada.
Aku tak ingin kau memikirkanku selama 3 tahun. Dan niatku hanya ingin kau
melupakanku, kalau aku benar-benar tak tertolong waktu itu. Aku akan tenang
jika kau bisa melupakanku. Ternyata, aku salah. Kau memikirkanku begitu lama
walau aku sudah tidak ada. Maafkan aku Kushina” entah, aku yang kaget dari tadi
hanya menganag mendengar penjelas Minato yang ada didepanku. Rasanya ini
mustahil terjadi. Jadi, selama 3 tahun ini. ia pergi dengan kabar yang tidak
benar? aku merasa dibodohi. ‘plak’ “itai! Kenapa kau menamparku Kushina?” entah
aku habis berbuat apa tadi. Aku menampar Minato yang benar-benar kembali
untukku. Kembali disisiku. Aku tak bisa berkata-kata lagi. Aku tak peduli apa
tujuan ia membohongiku. Yang penting sekarang, aku bisa memeluknya, mencium
aromanya dan mendengar tawanya lagi. Ia begitu berharga. Benar-benar berharga.
“Kau Bodoh Minato!” sekejap, aku teringat, dan baru menyadarinya. Foto yang
berada di akhir album itu aku memang tak punya, Minato juga tak mempunyainya.
Tapi hanya hatiku dan hati Minato yang memilikinya.
---
“CUT! Kerja yang bagus
Namikaze-san, Uzumaki-san. Kalian memang pasangan artis yang hebat!” ruang
studio seketika menggema akan suara tepuk tangan dari para kru yang bertugas.
Aku Kushina Uzumaki ikut tersenyum sebari melihat Minato yang ikut tersenyum.
Kami puas atas kerja kami selama setengah tahun ini untuk menyelesaikan drama
ini. Yap! Tadi aku habis saja menyelesaikan adegan terakhir. Memang menyedihkan
juga cerita ini, untung saja ini hanya drama. “Kushina Minato! Kau hebat, nanti
kita pesta besar-besaran ok!” aku tersneyum sebari menghampiri manager kami.
Aku dan Minato satu manajer. Dan kurasa manajer puas dengan akting kita di
drama Natsu ni watashi no shin'yū ini. Ceritanya sangatku suka, aku dapat mudah
menyesuikan diri dengan tokohku yang bernama sama dengan nama asliku. Sosok Kushina
di drama ini begitu terpuruk akan kepergian Minato dari hidupnya. Tapi ternyata
ia salah mendapatkan Info. Aku sulit menyesuaikan diriku pada saat ending. Aku
tak begitu memahami perasaan sosok Kushina di drama ini saat ending. Tapi, aku
menggambarkan sosok Kushina yang sungguh bingung akan perasaanya saja.
“oi Kushina!
cepat, kita akan pesta!” “i..iya!” dengan sigap aku ditarik oleh Minato. Tadi
cukup lama aku melamun. Habisnya cukup lelah juga sehabis menyelesaikan drama
tadi. Tapi, kurasa cukup memuaskan. “hey, Minato kau tak merasa lelah?” “yah
kalau lelah sih iyah... tapi, kalau ada kau aku tak akan lelah hehe” aku
terdiam. Haha, ia bisa saja menggombal. Ya, sudah hampir setahuna ku
menyukainya. Ini bukan karna adanya cinta lokasi. Tapi, aku merasa ada yang
beda saja dnegan sikap Minato setahun belakangan ini. rasanya ia lebih
memperhatikanku dan selalu ada disetiap aku membutuhkan. “em.. Kushina, aku
ingin menanyakan sesuatu padamu” “ya, tanyakan saja..” dengan santai aku
menatap wajahnya. “apa, kau suka padaku?” aku sedikit terkejut mataku bertemu
dengan matanya. Dia melihatku serius, apa ini pernyataan cintanya? Atau ia
hanya memujiku saja. Tapi, apa boleh buat? “a..aku...”
---
“KUSHINA!!!OI!!!
BANGUN!!” “ha..hai!! iya, aku bangun!” dengan segera, aku menghentikan gerakan
air yang sedikit lagi akan membanjiriku. Aku tersadar penuh karna teriakan Minato
tepat didepanku. Eh? Minato? Bukankah tadi... aku melihat sekeliling. “ini,
dikelas?” “iya! Memangnya kenapa?” dengan pelan aku melihat seluruh sudut
kelas. Jadi, syuting tadi hanya mimpi? “mana para kru?” “kru?! Buahahaha kau
bermimpi jadi artis?!” aku hanya memandang Minato aneh. Jadi, selama ini cerita
tadi, dengan adegan syuting tadi hanya mimpi? Heeeh?! “aku, mimpi kita jadi
pasangan di sebuah drama” dengan lugu
aku menjelaskannya pada Minato. Kulihat wajahnya memerah. “ah, sudahlah itu
hanya mimpimu! Sudah ayo kita kekantin!”
dengan pelan ia menarikku. “ba..baiklah” dengan lega aku memandang Minato dari
belakang. Kalau apa yang dicerita, itu benar terjadi. Apa yang harus kulakukan?
Sahabat seperti Minato ini begitu berharga. Apa tadi itu Mimpi yang menipu
untuk membutaku sadar akan apa artinya sahabat yah? Tapi, apa arti dari acara
syuting dan acara pernyataan cinta Minato? Ah, sudahlah! Aku tak tau dan tak
mau tau! Yang pernting sekarang. hidupku masih jauh untuk di jalani.
FIN (^,^)V
Makasih kaka~
BalasHapusSudah buat saya menangis *hiks*
Kalo typo nya suh banyak tapi saya tetep suka~