Naruto Fiction by
Nakamura Nanami
(夏に私の親友)
“Natsu ni watashi no shin'yū”
“Sahabatku dimusim panas”
Rate : T
Pairing : MinaKushi
Genre : Romance, Drama, Angst, and
Slice of Life.
Warning :
OOC, gaje, abal,
death of chara , berantakan, bahasa entahlah sepertinya (sangat) baku, misstypo
merajalela, nyambung kemana-mana, pokoknya Fanfic ini absurd abis -_-
Disclaimer :
Naruto udah JELAS
bukan milik Nami, tapi milik Masashi Kishimoto-sensei. Nami cuma punya cerita
gaje dan menggilakan ini. Dan ini cerita murni, original, dan terpercaya (?)
dari kepala Nami sendiri. Mau Copas? Dilindes pake road roller kagamine twins
aja dulu~
~
~
~
~
Musim panas dua tahun yang lalu , diriku amat sempurna. Musim panas dua tahun yang lalu, hidupku amat
indah. Dan musim panas dua tahun yang lalu, perasaanku mulai terbentuk. Itu
semua karna adanya kau di hidupku, karna adanya kau di pikiranku, dan karna
adanya kau di sampingku. Aroma musim panas waktu itu, membuatku terpuruk,
membuatku tak ingin bertemu musim itu lagi. Suara derik serangga waktu itu,
membuatku tak ingin berjalan maju maupun mundur. Kau yang selalu mengubah
semuanya, kau yang selalu membuatku berubah. Aku sempat berfikir, apa mungkin
aku akan berubah tampa kau disisiku. Mungkin, aku takkan bisa bergerak sama
sekali, jika itu terjadi.
~
Musim Panas, 2 tahun yang lalu
Aku
kembali, kembali ke musim dimana aku tak bisa menerima sesuatu yang pasti. Aku
ingat musim panas waktu itu, aroma musim panas waktu itu, dan suara serangga
musim panas waktu itu. Begitu jelas di telingaku, dan begitu menyengat
dihidungku. Musim panas yang tadinya ku benci, berubah menjadi musim panas yang
ku rindukan. Sangat ku rindukan. Itu semua karna kau, yang datang pada musim
panas waktu itu. Dipersimpangan jalan itu, aku tau kau yang begitu indah
dimataku. Kau yang begitu bersinar dimataku. Dan kau yang begitu jauh dari
mataku. Aku tau itu semua, tapi yang kurasa waktu itu hanya bahagia.
Sangat-sangat bahagia.
~
“ano...
gomen, jika kau mencari SMP Konoha kau bisa jalan kearah sana” saat itu, aku
begitu lugu. Dipikiranku hanya ingin membantu semua orang dan ingin dekat
dengan mereka. Tapi, entah saat itu aku baru saja kelas 2 SMP. Penampilanku
juga terlihat sangat-sangat aneh. Rambut merahku yang selalu ku benci ku
biarkan memanjang tergerai menutupi hampir seluruh wajahku. Aku berfikir
mungkin karna rambut merahku ini, aku dijauhi oleh yang lain. Ya, aku sudah
dijauhi dari kelas 1 SMP. Kata mereka aku terlihat begitu mistis. Dan banyak
anggapan yang tak benar menyebar keseluruh penjuru sekolah. Aku tak bisa
berbuat apa-apa. Dan sampai saat dia datang.
“ah,
kau juga siswi SMP Konoha kan? Bagaimana kalau kita jalan bersama sampai sana?”
itu kalimat pertama yang ia ucapkan, entah seperti angin sejuk menurutku.
Seketika aroma musim panas begitu tercium disekelilingku. Ia seperti membawa
kesejukan untukku. Aku memandangnya dengan terkejut. Itu pertama kalinya ada
yang mengajakku untuk berjalan bersama, entah sudah berapa lama aku tak menemukan
kejadian seperti itu. Mungkin saat itu
wajahku sedikit aneh. Tapi, aku yang melihatnya, malah bertambah terkejut
setelah melihat ia yang ikut terkejut dengan rona merah dipipinya. Saat itu,
angin pelan berhembus diantara aku dengannya. Dan membuat kami sadar akan apa
yang telah terjadi. Dengan cepat aku mengangguk setuju dengan apa yang ia
tawarkan tadi. “hehe, baiklah~” sambutnya dengan semangat, aku berjalan
melangkah berdampingan dengannya. Aku terus menunduk, rasanya suasana seperti
ini sangat kaku. Diam-diam aku meliriknya sebentar, dengan wajah cerianya dan
tangan yang ia simpan dibelakang kepalanya dan juga rambut kuning cerah
miliknya. Ia begitu berbeda jauh dariku. Ia terlihat begitu senang dengan
kehidupannya sedangkan aku, aku hanya bisa menikmati hidupku yang suram ini.
Bahkan aku ingin sekali berhenti hidup dan kembali hidup dengan wujud yang
baru. Aku tak mau dilahirkan seperti ini.
Entah,
apa yang membuatku begitu tak sadar sekian menit, dan aku tersadar saat ia
berada tepat di depanku dengan wajah yang cukup dekat dengan wajahku yang
tertutup. Aku terkejut dengan sedikit menjauh mundur darinya. Ia hanya tertawa
kecil. “kau lucu.... emm..” ia sedikit mendekat kearah jaitan nama diseragamku.
“Kushina Uzumaki. Nama yang bagus. Namaku Minato Namikaze” lanjutnya sebari
mengulurkan tangannya. Aku terkejut kembali, dengan gerakan cepat aku menyambut
uluran tangannya dan melepasnya beberapa detik kemudian. Mungkin wajahku
memanas waktu itu, dengan sigap aku kembali berjalan dengan wajah tertunduk. Ia
menghampiriku dan menarik tanganku sebentar. Aku terdiam, tiba-tiba saja ia
sudah berada di depanku. “cepat bukan? hehe” aku tak bisa berfikir lagi, sejak
aku bertemu dengannya aku sering terkejut karna ulahnya yang dadakan seperti
itu. Aku hanya kembali tertunduk dan itu membuat wajahku benar-benar tak
terlihat, tertutup oleh rambut merahku. “hey, Kushina rambutmu indah.. dan
lebih indah lagi jika kau rapihkan sedikit di bagian ini” entah apa yang
membuatku terpaku saat itu, seketika hatiku bergerak dengan detak jantung yang
benar-benar tak beraturan. Rasanya aku ingin tertawa bebas dan sepuasnya. Tapi
apa? yang ku lakukan hanya diam, membiarkannya menyentuh bagian tubuhku yang
benar-benar tak ku suka. Ia menyingkirkan rambutku dengan lembut dan juga
memberikanku kata-kata yang tak pernah ku dengar sebelumnya. Ia orang pertama
yang memuji rambutku. Orang pertama yang membuatku begitu hidup dan mencintai
sesuatu yang kurang dariku. Dan kau Minato Namikaze, kaulah orang pertama itu.
~
Aroma musim panas saat itu,
sejuknya angin pada musim panas saat itu, tak pernah akan ku lupakan. Walau pun
hanya sedetik. Walau pun hanya sekejap mata. Aku tak pernah ingin melupakannya.
Bertemu dengannya, membuatku hidup dan tak ingin hilang dari dunia. Ia yang
membuatku menyukai musim panas yang ku benci dan ia juga yang membuatku
menyukai rambut merahku yang selama ini membuatku terpuruk dan kawatir. Ia terlihat
seperti cahaya bagiku. Mulai detik itu, aku tak penah mau pergi dari kenyataan.
Berlahan aku mulai menyukai hidupku. Mulai menikmati hidupku, bersamaan dengan rasa
ku yang mulai tumbuh. Rasa, entah seperti rasa yang sangat susah di tebak. Dan
ku rasa aku tak bisa menahannya saat itu. Pemikiranku yang belum dewasa,
membuatku begitu terpuruk dan terlalu terburu-buru. Tapi, saat Minato
dihadapanku, aku begitu cepat mengerti bagaimana aku harus bersabar dan
berfikir dewasa. Tepat di Festifal SMP Konoha. Semester pertama kelas 3 SMP.
~
“heeh? Minato bertengkar?” “iya,
ku dengar dari kelas 3B. Ia tiba-tiba saja memukul salah satu siswa yang
memakai kostum mirip paranormal” “apa? paranormal? Apa semua karna Kushina itu
yah?” “sepertinya begitu, lihat saja setelah Minato dekat dengannya. Minato
sedikit berbeda” “iya,iya.. aku setuju padamu apa ia memakai ramuan untuk
Minato ya?” dengan cepat, Aku menggeser mejaku keras dan membuat sekelompok
gadis yang membicarakan Minato tadi sedikit tersentak. Aku menunduk dan
berjalan keluar. Tak ada yang berani menghentikanku. Dipikiranku, apa karna aku lagi Minato dapat masalah?? Dan
itu membuatku ingin rasanya menangis. Ternyata, selama ini aku egois. Tak
memikirkan hidup Minato yang berbeda karna kedatanganku. Aku hanya memikirkan
diriku sendiri yang bahagia karna ia ada di hidupku. Aku benar-benar merasa
bersalah waktu itu.
Aku terdiam melihat kelas 3B
dengan dekorasi festifal cafe milik mereka. Aku memandang lurus kearah pintu
yang tertutup rapat. Orang yang berbaris untuk menunggu giliran masuk kedalam
cafe hanya menyingkir dan membiarkanku menyesak ke barisan depan. Aku mengerti
mungkin dengan wajahku yang menyeramkan ini membuat mereka takut. Bagaimana
tidak, rambutku begitu berantakan dan dengan wajahku yang banjir akan air mata
membuatku dikelilingi hawa gelap. Wajar saja mereka menjauh dariku. Sebelum
masuk aku membereskan sedikit rambutku dan membersihkan mataku yang sembab.
Dengan ragu, aku membuka pintu didepanku, dan membuat semua orang yang ada
didalam sana terdiam. Aku melihat, adegan yang sunggu membuatku sakit. Wajahnya
yang begitu kudambakan. Wajahnya yang begitu bersih. Sekarang terlihat begitu entahlah
aku tak mengerti. Posisinya, mengangkat kerah seorang siswa berpakaian
paranormal dengan rambut merah yang cukup panjang. Aku tau, ia memakai kostum
yang sering ku dengar. Tapi, aku tak mengubris itu sama sekali. Aku hanya
memandang Minato yang masih enggan melepas tangannya dari kerah siswa
didepannya. Ia terlihat sangat marah. Entah, aku begitu ingin marah sekarang.
Aku tak habis pikir, apa ini karna ia membelaku lagi? Memang, sebelumnya ia
pernah membelaku. Tapi tak pernah terjadi hal seperti ini. Ia selalu bersikap
tenang, walau pun lawan biacaranya selalu membuat amarah memuncak. Ia begitu
dewasa. Berbeda jauh dengan Minato yang kulihat sekarang.
‘Plak’ sekejap, semua mata
tertuju padaku. Ya aku tau, aku begitu nekat bukan? Aku menampar Minato cukup
keras. Dan membuatnya melepas genggamannya pada kerah siswa itu. ia memandangku
bingung. Detik itu juga, aku menangis. Air mataku mengalir pelan dengan sedikit
isakan yang hampir tak terdengar aku hanya bisa diam dan menuduk. “hiks, kau...
Minato, kenapa kau seperti ini? ini bukan Minato yang ku kenal. Minato yang ku
kenal, adalah Minato yang tenang. Tak pernah seperti ini.. hiks” aku tak bisa
berhenti untuk menangis. Rasanya aku ingin teriak. “ku..kushina, kenapa kau..”
ia berlahan menyentuh lenganku. Dengan cepat aku menangkisnya. “Kau bukan Minato
yang ku kenal. Aku tau Minato, yang
selalu dewasa, yang selalu baik, yang selalu hiks tenang. AKU TAK KENAL MINATO
YANG SEPERTI INI!” dengan teriakan terakhirku itu. Semua sedikit mundur dari
posisiku. Aku setengah berlari keluar kelas tak bisa ku pungkiri. Aku
sangat-sangat kesal dan juga sangat kecewa dengan diriku sendiri. Aku begitu
bodoh.
~
Sejak kejadian itu, seminggu
berturut-turut aku dan Minato tak pernah berkomunikasi. Hidupku kembali seperti
dulu. Kembali suram. Aku lewati terakhir musim semi itu. Dengan penuh
kebingungan. Aku tak tau harus bagaimana, apa ini yang akan terjadi jika Minato
pergi? Semenjak bertemu dengannya, aku tau apa tujuanku untuk hidup, aku mulai
mempunyai cita-cita. Dan cita-cita itupun hanya bisa terwujud karna ada
dirinya. Tapi, dengan keadaan seperti ini apa aku bisa menggapai cita-citaku.
Cita-citaku sederhana, aku hanya ingin dia melihat. Melihat dimana aku akan
mendapatkan sahabat tampa bantuannya. Hanya itu, yang ku cita-citakan hanya itu
. Aku ingin ia melihatnya. Dan akhirnya, saat itu aku bertemu lagi dengan Musim
yang pernah membuatku bahagia. Musim yang selalu ku nantikan. Musim Panas pun
datang dengan kejadian yang tak pernah ku duga. Tepat di persimpangan tempat
kami bertemu.
~
Aku berjalan malas, dengan
penampilanku yang biasa aku menenteng tas jijnjing biru milikku. Aku mendongak,
melihat awan cerah menginjak hari pertama musim panas. Aroma ini, sama seperti
aroma disaat aku bertemu dengannya. Bertemu dengan Minato Namikaze.
Angin berhembus pelan melewatiku.
Tepat di persimpangan, aku melihat sesosok pemuda berambut kuning cerah yang
sedang berdiri membelakangiku. Ia terlihat sedang menikmati panasnya hawa saat
ini. Dengan tangan yang ia simpan dibelakang kepala. Ia terus mendongak dengan
tas yang ia taruh di samping. Aku tau itu siapa. Tapi, apa yang harus kulakukan
sekarang? Menyapanya? Oh mungkin tidak. Atau melewatinya saja? Tapi, kalau
seperti itu. Apa ia akan tersinggung? Mungkin, aku harus melewatinya saja.
Saat itu, aku memang bodoh tak
berfikir apa yang akan terjadi nanti jika aku hanya berpura-pura tak kenal
padanya. Tapi, kenyataan berbeda. Tepat saat aku melewatinya. Tanganku
tiba-tiba saja digenggam olehnya. Sangat erat. Aku terdiam, walau tak
memandangnya sama sekali. Aku tetap membelakanginya. Selang beberapa detik, tak
ada sepatah katapun yang keluar dari mulut kami. Sampai akhirnya aku tersadar
dengan keadaan terkejut. Ia tiba-tiba memeluku dari belakang. Dan berbalik
mendekapku sangat erat. “Kushina, maafkan aku. Aku tau saat itu aku tak bisa
menahan lagi diriku. Saat itu, memang bukan aku yang kau kenal. Tapi,
percayalah aku selalu berusaha untuk tetap jadi diriku yang kau kenal. Aku
ingin jadi apa yang kau mau. Aku tak memikirkan hal yang lain. Aku tak peduli
yang lain. Yang ku pikirkan hanyalah kau. Hanya kau Kushina” aku percaya,
sangat percaya. Saat itu, untuk pertama kalinya aku melihatya menangis. Ia
mendekapku begitu erat sangat-sangat erat. Aku hanya diam, membiarkannya
mendekapku begitu lama. Yang ku bisa lakukan hanyalah itu. Semua yang diucapkan
Minato, itu semua memang keinginanku. Tapi, apa itu tidak terlalu egois? Aku
sama saja mengekangnya. Tapi, bukankah dia baik-baik saja dengan hal ini? aku
tak bisa berfikir saat itu. sampai akhirnya aku tersadar akan rasa yang tumbuh
dihatiku. Aku tau, aku memang susah untuk menyadarinya. Tapi, aku yakin mungkin
ini yang dinamakan rasa suka. Aku sangat menyukai Minato.
Dua hari setelahnya, aku mendapat
email dari Minato. Ia mengajakku untuk bertamasya ke taman kecil di ujung kota.
Ku dengar taman itu begitu indah. Akhirnya dengan cepat aku menyetujuinya. Dan saat
itu aku lebih dulu berada di tempat yang kami janjikan. Aku sudah berjanji pada
diri sendiri. Aku akan membuat Minato terkejut setelah melihat penampilanku
yang berbeda. Rambut merahku ku jepit pinggir agar membuat wajahku terlihat.
Dengan dres putih kebanggaan milikku dan jiuga tas selempang berwarna biru muda.
Selang beberapa menit. Aku melihat rambut jabrik berwarna kuning cerah itu. Itu
pasti Minato. Ia terlihat terburu-buru menghampiriku. “huh, maaf Kushina. Aku
telat” aku melihatnya yang begitu kelelahan. Dengan sigap aku memberinya
sebotol air mineral “terima kasih” ia yang menunduk akhirnya mendongakkan
kepalanya dan melihat kearahku yang sedang tersenyum. Dengan cepat aku melihat
ke arah lain. Sedangkan Minato ia hanya berdiam diri melihatku tampa berkedip.
Entahlah aku tak tau apa yang dipikirkan Minato saat itu.
Tak lama, akhirnya kami putuskan
untuk berjalan mengelilingi taman saja. Kami sedikit berbincang-bincang. Walau
tak begitu masuk akal. Tapi, ada sesuatu yang selalu ku ingat waktu itu.
“Kushina, kau cantik hari ini” saat itu aku hanya tertawa kecil “sungguh,
sebenarnya aku hanya iseng saja menata rambutmu waktu itu. Tapi ternyata kau
benar-benar melakukannya” aku terdiam. Sekarang malah aku yang tak bisa berkata
apa-apa. Jadi, dulu itu ia hanya iseng saja? “tapi, benar.. kau memang cantik
seperti dugaanku. Eto... Kushina” aku menoleh, melihat wajahya yang terlihat
murung. Entah apa yang ia kawatirkan. “aku ingin membuat janji padamu” aku
mengerutkan kening pelan. “janji seperti apa?” jawabku. Walau mungkin sedikit
gemetar. “aku ingin kau berjanji padaku jika aku pergi, kau akan tetap
melangkah kan?” aku terdiam. Detik berikutnya aku hanya tersenyum kecil. “ya,
aku akan tetap melangkah” kulihat Minato tersenyum. “dan, disaat aku kembali
kau akan mengenalkanku dengan sahabat barumu kan?” ia kembali bertanya. “tentu,
aku akan mengenalkannya padamu” rasanya aku ingin tertawa waktu itu. Kami
seperti anak kecil yang sedang membuat janji. “em.. kau juga boleh meminta apa
saja dariku” sambungnya pelan dan mungkin aku sedikit melihat rona merah di
pipinya. Aku mengangguk “baiklah, aku hanya ingin. Kau berjanji tidak akan
pernah meninggalkanku” ucapku singkat. Minato mengangguk paham. Ia begitu
semangat. “Baiklah, aku tak akan pernah meninggalkanmu sedetik pun” aku
terkekeh kecil.
~
Aku tak
mengerti, mengapa dunia ini begitu kejam. Kenapa dunia ini begitu tak
mengizinkanku untuk bahagia. Aku tak mengerti dunia ini. Dunia ini sungguh
rumit. Musim Panas waktu itu adalah musim panas yang terakhir untukku dan
Minato. Esoknya aku mendengar kabar yang benar-benar tak bisa ku terima. Ia
melanggar janjinya. Ia pergi meninggalkanku. Meninggalkan semua aroma musim
panas yang kucintai waktu itu. Kenapa Minato setega ini meninggalkanku? Jadi,
kata-kata “jika aku pergi” saat itu. Kau begitu memikirkannya? Mengapa aku
sebodoh ini? aku menganggap itu adalah janji dua anak kecil yang tak tau
apa-apa. Kenapa semua begini?
Dan sampai sekarang, berselang lima tahun ini.
Aku tak bisa dengan mudah menerima semuanya. Kecelakaan musim panas itu membawa
aroma Minato kearahku. Membuatku ingin menangis dan pergi menemuinya. Tapi, aku
tak bisa berbuat apa-apa. Yang ku lakukan sama dengan disaat aku di peluk erat
olehnya waktu itu. Aku sungguh tak mengerti. Aku terus berfikir, aku akan terus
berjalan. Aku akan terus menepati janjiku padanya. Walaupun ia tak bisa menepati
janjinya padaku. Tapi, aku akan terus berjalan, aku akan dapatkan sahabat. Aku
akan menemukannya dan mengenalkannya padamu saat kau kembali nanti.
~
Musim
panas, musim yang paling ku cintai. Musim yang paling kurindu. Musim yang
paling ku sayangi. Hari ini aku akan berkunjung ke rumah Minato. Minato
Namikaze. Di persimpangan SMP Konoha. Di taman kecil yang tak jauh dari sana. Aku
terduduk menatap kuburan satu-satunya yang berada di sana. Tak bernama, tapi
aku tau siapa pemiliknya. Tak terasa 7 tahun berlalu, setelah kejadian yang
sungguh membuatku terpuruk. Tapi, membuahkan hasil yang baik seperti sekarang.
Hari ini, di hari pertama Musim panas tahun ini. Aku akan menunjukan sesuatu
yang harus ku beritahu pada Minato. Ini tentang janji 2 tahun yang lalu.
“nee~
Minato, sekarang aku berkujung padamu. Sudah 2 tahun terlewati. Aku bisa
berubah kan seperti sekarang?” pelan sangat pelan suaraku. Rasanya aku ingin
menangis lagi. Tapi aku sudah berjanji pada diriku sendiri bahwa aku tidak akan
menangis lagi. “huh, kau tau Minato? Aku merindukanmu” entah sepertinya aku
akan melanggar janjiku sendiri. Air mataku tak bisa tertahan. Dengan pelan aku
mengelus tanah yang berada di hadapanku sekarang. “ano... mi..minato, aku,
menepati janjiku kan? Hiks” “aku, sudah
berjalan maju kan? Hiks, disaat kau pergi aku akan tetap maju kan? Hiks”
sambungku lagi, aku benar-benar tak bisa berhenti menangis. “ li..lihatlah
Mi..minato~ hiks, aku... sudah bisa maju sekarang~ hiks, oh ya.. a...aku ingin
menagih janjimu sekarang” entahlah, mungkin aku tak bisa lagi berhenti
berbicara sekarang. “kenapa... kau... meninggalkanku? Hiks.. kau, akan kembali
kan?” aku tak bisa membayangkannya. Betapa malangnya nasibku. Sungguh, Minato
kau segalanya. ‘tiinnn!!’ seketika aku menoleh, segera aku menghapus air
mataku. Dan melihat kearah belakang. “Oi!!! Kushina??? Kau sedang apa?” aku
tersenyum. Itu Mikoto Uchiha. Oh ya, aku jadi teringat akan satu janjiku yang
belum ku beri tahu pada Minato. “aku tidak sedang apa-apa!!! Tunggu sebentar
yah~ aku akan segera ke sana!” aku tersenyum. Dan aku pun kembali melihat tanah
yang ada di depanku. “nee~ Minato, aku sudah tepati janjiku kan? Lihatlah, itu
Mikoto Uchiha. Dia sahabatku di SMA orangnya sangat ramah. Hehe.. ia juga sudah
punya pacar namanya Fugaku. Orangnya tampan loh! Tapi, kurasa lebih tampanan
kau Minato” pelan, suarauku mulai memelan. Aku tau, pasti bahagia jika Minato
masih bisa berada di sampingku. Tapi, aku mengerti Minato akan selalu ada
dihatiku. “Oi! Kushina, cepatlah!” dengan cepat aku kembali menatap kuburan
didepanku. Aku pun tersenyum “baiklah, Minato... aku sudah menepati janjiku.
Kau juga harus menepati janjimu yah... datanglah kembali, aku akan kenalkan
seluruh sahabatku dan aku akan kenalkan mereka siapa kau Minato.. nee~
sayonara” aku tahu, semua takkan ada yang abadi. Aku tau itu, tapi aku tak tau
apa mungkin Minato akan kembali. Tapi, aku percaya sekalipun Minato takkan
kembali, Minato pasti akan abadi di hatiku. Bersama dengan tumbuhnya rasaku
untuknya.
Kau sahabatku di musim panas yang paling terbaik, Minato.
Dan aku sangat menyayangimu. Selamat Tinggal.
(To Be Continued...)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar