Sabtu, 16 Maret 2013

Fanfiction Naruto : Natsu ni watashi no shin'yū

Naruto Fiction by Nakamura Nanami



(夏に私の親友)
“Natsu ni watashi no shin'yū”
“Sahabatku dimusim panas”

Rate : T
Pairing : MinaKushi
Genre : Romance, Drama, Angst, and Slice of Life.
Warning :
OOC, gaje, abal, death of chara , berantakan, bahasa entahlah sepertinya (sangat) baku, misstypo merajalela, nyambung kemana-mana, pokoknya Fanfic ini absurd abis -_-

Disclaimer :
Naruto udah JELAS bukan milik Nami, tapi milik Masashi Kishimoto-sensei. Nami cuma punya cerita gaje dan menggilakan ini. Dan ini cerita murni, original, dan terpercaya (?) dari kepala Nami sendiri. Mau Copas? Dilindes pake road roller kagamine twins aja dulu~

~
~
~
~
               Musim panas dua tahun yang lalu , diriku amat sempurna.  Musim panas dua tahun yang lalu, hidupku amat indah. Dan musim panas dua tahun yang lalu, perasaanku mulai terbentuk. Itu semua karna adanya kau di hidupku, karna adanya kau di pikiranku, dan karna adanya kau di sampingku. Aroma musim panas waktu itu, membuatku terpuruk, membuatku tak ingin bertemu musim itu lagi. Suara derik serangga waktu itu, membuatku tak ingin berjalan maju maupun mundur. Kau yang selalu mengubah semuanya, kau yang selalu membuatku berubah. Aku sempat berfikir, apa mungkin aku akan berubah tampa kau disisiku. Mungkin, aku takkan bisa bergerak sama sekali, jika itu terjadi.

~
Musim Panas, 2 tahun yang lalu
               
                Aku kembali, kembali ke musim dimana aku tak bisa menerima sesuatu yang pasti. Aku ingat musim panas waktu itu, aroma musim panas waktu itu, dan suara serangga musim panas waktu itu. Begitu jelas di telingaku, dan begitu menyengat dihidungku. Musim panas yang tadinya ku benci, berubah menjadi musim panas yang ku rindukan. Sangat ku rindukan. Itu semua karna kau, yang datang pada musim panas waktu itu. Dipersimpangan jalan itu, aku tau kau yang begitu indah dimataku. Kau yang begitu bersinar dimataku. Dan kau yang begitu jauh dari mataku. Aku tau itu semua, tapi yang kurasa waktu itu hanya bahagia. Sangat-sangat bahagia.

~

                “ano... gomen, jika kau mencari SMP Konoha kau bisa jalan kearah sana” saat itu, aku begitu lugu. Dipikiranku hanya ingin membantu semua orang dan ingin dekat dengan mereka. Tapi, entah saat itu aku baru saja kelas 2 SMP. Penampilanku juga terlihat sangat-sangat aneh. Rambut merahku yang selalu ku benci ku biarkan memanjang tergerai menutupi hampir seluruh wajahku. Aku berfikir mungkin karna rambut merahku ini, aku dijauhi oleh yang lain. Ya, aku sudah dijauhi dari kelas 1 SMP. Kata mereka aku terlihat begitu mistis. Dan banyak anggapan yang tak benar menyebar keseluruh penjuru sekolah. Aku tak bisa berbuat apa-apa. Dan sampai saat dia datang.

                “ah, kau juga siswi SMP Konoha kan? Bagaimana kalau kita jalan bersama sampai sana?” itu kalimat pertama yang ia ucapkan, entah seperti angin sejuk menurutku. Seketika aroma musim panas begitu tercium disekelilingku. Ia seperti membawa kesejukan untukku. Aku memandangnya dengan terkejut. Itu pertama kalinya ada yang mengajakku untuk berjalan bersama, entah sudah berapa lama aku tak menemukan kejadian seperti itu.  Mungkin saat itu wajahku sedikit aneh. Tapi, aku yang melihatnya, malah bertambah terkejut setelah melihat ia yang ikut terkejut dengan rona merah dipipinya. Saat itu, angin pelan berhembus diantara aku dengannya. Dan membuat kami sadar akan apa yang telah terjadi. Dengan cepat aku mengangguk setuju dengan apa yang ia tawarkan tadi. “hehe, baiklah~” sambutnya dengan semangat, aku berjalan melangkah berdampingan dengannya. Aku terus menunduk, rasanya suasana seperti ini sangat kaku. Diam-diam aku meliriknya sebentar, dengan wajah cerianya dan tangan yang ia simpan dibelakang kepalanya dan juga rambut kuning cerah miliknya. Ia begitu berbeda jauh dariku. Ia terlihat begitu senang dengan kehidupannya sedangkan aku, aku hanya bisa menikmati hidupku yang suram ini. Bahkan aku ingin sekali berhenti hidup dan kembali hidup dengan wujud yang baru. Aku tak mau dilahirkan seperti ini.

                Entah, apa yang membuatku begitu tak sadar sekian menit, dan aku tersadar saat ia berada tepat di depanku dengan wajah yang cukup dekat dengan wajahku yang tertutup. Aku terkejut dengan sedikit menjauh mundur darinya. Ia hanya tertawa kecil. “kau lucu.... emm..” ia sedikit mendekat kearah jaitan nama diseragamku. “Kushina Uzumaki. Nama yang bagus. Namaku Minato Namikaze” lanjutnya sebari mengulurkan tangannya. Aku terkejut kembali, dengan gerakan cepat aku menyambut uluran tangannya dan melepasnya beberapa detik kemudian. Mungkin wajahku memanas waktu itu, dengan sigap aku kembali berjalan dengan wajah tertunduk. Ia menghampiriku dan menarik tanganku sebentar. Aku terdiam, tiba-tiba saja ia sudah berada di depanku. “cepat bukan? hehe” aku tak bisa berfikir lagi, sejak aku bertemu dengannya aku sering terkejut karna ulahnya yang dadakan seperti itu. Aku hanya kembali tertunduk dan itu membuat wajahku benar-benar tak terlihat, tertutup oleh rambut merahku. “hey, Kushina rambutmu indah.. dan lebih indah lagi jika kau rapihkan sedikit di bagian ini” entah apa yang membuatku terpaku saat itu, seketika hatiku bergerak dengan detak jantung yang benar-benar tak beraturan. Rasanya aku ingin tertawa bebas dan sepuasnya. Tapi apa? yang ku lakukan hanya diam, membiarkannya menyentuh bagian tubuhku yang benar-benar tak ku suka. Ia menyingkirkan rambutku dengan lembut dan juga memberikanku kata-kata yang tak pernah ku dengar sebelumnya. Ia orang pertama yang memuji rambutku. Orang pertama yang membuatku begitu hidup dan mencintai sesuatu yang kurang dariku. Dan kau Minato Namikaze, kaulah orang pertama itu.

~

Aroma musim panas saat itu, sejuknya angin pada musim panas saat itu, tak pernah akan ku lupakan. Walau pun hanya sedetik. Walau pun hanya sekejap mata. Aku tak pernah ingin melupakannya. Bertemu dengannya, membuatku hidup dan tak ingin hilang dari dunia. Ia yang membuatku menyukai musim panas yang ku benci dan ia juga yang membuatku menyukai rambut merahku yang selama ini membuatku terpuruk dan kawatir. Ia terlihat seperti cahaya bagiku. Mulai detik itu, aku tak penah mau pergi dari kenyataan. Berlahan aku mulai menyukai hidupku. Mulai menikmati hidupku, bersamaan dengan rasa ku yang mulai tumbuh. Rasa, entah seperti rasa yang sangat susah di tebak. Dan ku rasa aku tak bisa menahannya saat itu. Pemikiranku yang belum dewasa, membuatku begitu terpuruk dan terlalu terburu-buru. Tapi, saat Minato dihadapanku, aku begitu cepat mengerti bagaimana aku harus bersabar dan berfikir dewasa. Tepat di Festifal SMP Konoha. Semester pertama kelas 3 SMP.

~

“heeh? Minato bertengkar?” “iya, ku dengar dari kelas 3B. Ia tiba-tiba saja memukul salah satu siswa yang memakai kostum mirip paranormal” “apa? paranormal? Apa semua karna Kushina itu yah?” “sepertinya begitu, lihat saja setelah Minato dekat dengannya. Minato sedikit berbeda” “iya,iya.. aku setuju padamu apa ia memakai ramuan untuk Minato ya?” dengan cepat, Aku menggeser mejaku keras dan membuat sekelompok gadis yang membicarakan Minato tadi sedikit tersentak. Aku menunduk dan berjalan keluar. Tak ada yang berani menghentikanku. Dipikiranku, apa karna aku lagi Minato dapat masalah?? Dan itu membuatku ingin rasanya menangis. Ternyata, selama ini aku egois. Tak memikirkan hidup Minato yang berbeda karna kedatanganku. Aku hanya memikirkan diriku sendiri yang bahagia karna ia ada di hidupku. Aku benar-benar merasa bersalah waktu itu.

Aku terdiam melihat kelas 3B dengan dekorasi festifal cafe milik mereka. Aku memandang lurus kearah pintu yang tertutup rapat. Orang yang berbaris untuk menunggu giliran masuk kedalam cafe hanya menyingkir dan membiarkanku menyesak ke barisan depan. Aku mengerti mungkin dengan wajahku yang menyeramkan ini membuat mereka takut. Bagaimana tidak, rambutku begitu berantakan dan dengan wajahku yang banjir akan air mata membuatku dikelilingi hawa gelap. Wajar saja mereka menjauh dariku. Sebelum masuk aku membereskan sedikit rambutku dan membersihkan mataku yang sembab. Dengan ragu, aku membuka pintu didepanku, dan membuat semua orang yang ada didalam sana terdiam. Aku melihat, adegan yang sunggu membuatku sakit. Wajahnya yang begitu kudambakan. Wajahnya yang begitu bersih. Sekarang terlihat begitu entahlah aku tak mengerti. Posisinya, mengangkat kerah seorang siswa berpakaian paranormal dengan rambut merah yang cukup panjang. Aku tau, ia memakai kostum yang sering ku dengar. Tapi, aku tak mengubris itu sama sekali. Aku hanya memandang Minato yang masih enggan melepas tangannya dari kerah siswa didepannya. Ia terlihat sangat marah. Entah, aku begitu ingin marah sekarang. Aku tak habis pikir, apa ini karna ia membelaku lagi? Memang, sebelumnya ia pernah membelaku. Tapi tak pernah terjadi hal seperti ini. Ia selalu bersikap tenang, walau pun lawan biacaranya selalu membuat amarah memuncak. Ia begitu dewasa. Berbeda jauh dengan Minato yang kulihat sekarang.

‘Plak’ sekejap, semua mata tertuju padaku. Ya aku tau, aku begitu nekat bukan? Aku menampar Minato cukup keras. Dan membuatnya melepas genggamannya pada kerah siswa itu. ia memandangku bingung. Detik itu juga, aku menangis. Air mataku mengalir pelan dengan sedikit isakan yang hampir tak terdengar aku hanya bisa diam dan menuduk. “hiks, kau... Minato, kenapa kau seperti ini? ini bukan Minato yang ku kenal. Minato yang ku kenal, adalah Minato yang tenang. Tak pernah seperti ini.. hiks” aku tak bisa berhenti untuk menangis. Rasanya aku ingin teriak. “ku..kushina, kenapa kau..” ia berlahan menyentuh lenganku. Dengan cepat aku menangkisnya. “Kau bukan Minato yang ku kenal. Aku tau Minato,  yang selalu dewasa, yang selalu baik, yang selalu hiks tenang. AKU TAK KENAL MINATO YANG SEPERTI INI!” dengan teriakan terakhirku itu. Semua sedikit mundur dari posisiku. Aku setengah berlari keluar kelas tak bisa ku pungkiri. Aku sangat-sangat kesal dan juga sangat kecewa dengan diriku sendiri. Aku begitu bodoh.

~

Sejak kejadian itu, seminggu berturut-turut aku dan Minato tak pernah berkomunikasi. Hidupku kembali seperti dulu. Kembali suram. Aku lewati terakhir musim semi itu. Dengan penuh kebingungan. Aku tak tau harus bagaimana, apa ini yang akan terjadi jika Minato pergi? Semenjak bertemu dengannya, aku tau apa tujuanku untuk hidup, aku mulai mempunyai cita-cita. Dan cita-cita itupun hanya bisa terwujud karna ada dirinya. Tapi, dengan keadaan seperti ini apa aku bisa menggapai cita-citaku. Cita-citaku sederhana, aku hanya ingin dia melihat. Melihat dimana aku akan mendapatkan sahabat tampa bantuannya. Hanya itu, yang ku cita-citakan hanya itu . Aku ingin ia melihatnya. Dan akhirnya, saat itu aku bertemu lagi dengan Musim yang pernah membuatku bahagia. Musim yang selalu ku nantikan. Musim Panas pun datang dengan kejadian yang tak pernah ku duga. Tepat di persimpangan tempat kami bertemu.

~

Aku berjalan malas, dengan penampilanku yang biasa aku menenteng tas jijnjing biru milikku. Aku mendongak, melihat awan cerah menginjak hari pertama musim panas. Aroma ini, sama seperti aroma disaat aku bertemu dengannya. Bertemu dengan Minato Namikaze. 

Angin berhembus pelan melewatiku. Tepat di persimpangan, aku melihat sesosok pemuda berambut kuning cerah yang sedang berdiri membelakangiku. Ia terlihat sedang menikmati panasnya hawa saat ini. Dengan tangan yang ia simpan dibelakang kepala. Ia terus mendongak dengan tas yang ia taruh di samping. Aku tau itu siapa. Tapi, apa yang harus kulakukan sekarang? Menyapanya? Oh mungkin tidak. Atau melewatinya saja? Tapi, kalau seperti itu. Apa ia akan tersinggung? Mungkin, aku harus melewatinya saja.

Saat itu, aku memang bodoh tak berfikir apa yang akan terjadi nanti jika aku hanya berpura-pura tak kenal padanya. Tapi, kenyataan berbeda. Tepat saat aku melewatinya. Tanganku tiba-tiba saja digenggam olehnya. Sangat erat. Aku terdiam, walau tak memandangnya sama sekali. Aku tetap membelakanginya. Selang beberapa detik, tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut kami. Sampai akhirnya aku tersadar dengan keadaan terkejut. Ia tiba-tiba memeluku dari belakang. Dan berbalik mendekapku sangat erat. “Kushina, maafkan aku. Aku tau saat itu aku tak bisa menahan lagi diriku. Saat itu, memang bukan aku yang kau kenal. Tapi, percayalah aku selalu berusaha untuk tetap jadi diriku yang kau kenal. Aku ingin jadi apa yang kau mau. Aku tak memikirkan hal yang lain. Aku tak peduli yang lain. Yang ku pikirkan hanyalah kau. Hanya kau Kushina” aku percaya, sangat percaya. Saat itu, untuk pertama kalinya aku melihatya menangis. Ia mendekapku begitu erat sangat-sangat erat. Aku hanya diam, membiarkannya mendekapku begitu lama. Yang ku bisa lakukan hanyalah itu. Semua yang diucapkan Minato, itu semua memang keinginanku. Tapi, apa itu tidak terlalu egois? Aku sama saja mengekangnya. Tapi, bukankah dia baik-baik saja dengan hal ini? aku tak bisa berfikir saat itu. sampai akhirnya aku tersadar akan rasa yang tumbuh dihatiku. Aku tau, aku memang susah untuk menyadarinya. Tapi, aku yakin mungkin ini yang dinamakan rasa suka. Aku sangat menyukai Minato.

Dua hari setelahnya, aku mendapat email dari Minato. Ia mengajakku untuk bertamasya ke taman kecil di ujung kota. Ku dengar taman itu begitu indah. Akhirnya dengan cepat aku menyetujuinya. Dan saat itu aku lebih dulu berada di tempat yang kami janjikan. Aku sudah berjanji pada diri sendiri. Aku akan membuat Minato terkejut setelah melihat penampilanku yang berbeda. Rambut merahku ku jepit pinggir agar membuat wajahku terlihat. Dengan dres putih kebanggaan milikku dan jiuga tas selempang berwarna biru muda. Selang beberapa menit. Aku melihat rambut jabrik berwarna kuning cerah itu. Itu pasti Minato. Ia terlihat terburu-buru menghampiriku. “huh, maaf Kushina. Aku telat” aku melihatnya yang begitu kelelahan. Dengan sigap aku memberinya sebotol air mineral “terima kasih” ia yang menunduk akhirnya mendongakkan kepalanya dan melihat kearahku yang sedang tersenyum. Dengan cepat aku melihat ke arah lain. Sedangkan Minato ia hanya berdiam diri melihatku tampa berkedip. Entahlah aku tak tau apa yang dipikirkan Minato saat itu.

Tak lama, akhirnya kami putuskan untuk berjalan mengelilingi taman saja. Kami sedikit berbincang-bincang. Walau tak begitu masuk akal. Tapi, ada sesuatu yang selalu ku ingat waktu itu. “Kushina, kau cantik hari ini” saat itu aku hanya tertawa kecil “sungguh, sebenarnya aku hanya iseng saja menata rambutmu waktu itu. Tapi ternyata kau benar-benar melakukannya” aku terdiam. Sekarang malah aku yang tak bisa berkata apa-apa. Jadi, dulu itu ia hanya iseng saja? “tapi, benar.. kau memang cantik seperti dugaanku. Eto... Kushina” aku menoleh, melihat wajahya yang terlihat murung. Entah apa yang ia kawatirkan. “aku ingin membuat janji padamu” aku mengerutkan kening pelan. “janji seperti apa?” jawabku. Walau mungkin sedikit gemetar. “aku ingin kau berjanji padaku jika aku pergi, kau akan tetap melangkah kan?” aku terdiam. Detik berikutnya aku hanya tersenyum kecil. “ya, aku akan tetap melangkah” kulihat Minato tersenyum. “dan, disaat aku kembali kau akan mengenalkanku dengan sahabat barumu kan?” ia kembali bertanya. “tentu, aku akan mengenalkannya padamu” rasanya aku ingin tertawa waktu itu. Kami seperti anak kecil yang sedang membuat janji. “em.. kau juga boleh meminta apa saja dariku” sambungnya pelan dan mungkin aku sedikit melihat rona merah di pipinya. Aku mengangguk “baiklah, aku hanya ingin. Kau berjanji tidak akan pernah meninggalkanku” ucapku singkat. Minato mengangguk paham. Ia begitu semangat. “Baiklah, aku tak akan pernah meninggalkanmu sedetik pun” aku terkekeh kecil.

~

                Aku tak mengerti, mengapa dunia ini begitu kejam. Kenapa dunia ini begitu tak mengizinkanku untuk bahagia. Aku tak mengerti dunia ini. Dunia ini sungguh rumit. Musim Panas waktu itu adalah musim panas yang terakhir untukku dan Minato. Esoknya aku mendengar kabar yang benar-benar tak bisa ku terima. Ia melanggar janjinya. Ia pergi meninggalkanku. Meninggalkan semua aroma musim panas yang kucintai waktu itu. Kenapa Minato setega ini meninggalkanku? Jadi, kata-kata “jika aku pergi” saat itu. Kau begitu memikirkannya? Mengapa aku sebodoh ini? aku menganggap itu adalah janji dua anak kecil yang tak tau apa-apa. Kenapa semua begini?

 Dan sampai sekarang, berselang lima tahun ini. Aku tak bisa dengan mudah menerima semuanya. Kecelakaan musim panas itu membawa aroma Minato kearahku. Membuatku ingin menangis dan pergi menemuinya. Tapi, aku tak bisa berbuat apa-apa. Yang ku lakukan sama dengan disaat aku di peluk erat olehnya waktu itu. Aku sungguh tak mengerti. Aku terus berfikir, aku akan terus berjalan. Aku akan terus menepati janjiku padanya. Walaupun ia tak bisa menepati janjinya padaku. Tapi, aku akan terus berjalan, aku akan dapatkan sahabat. Aku akan menemukannya dan mengenalkannya padamu saat kau kembali nanti.

~
                Musim panas, musim yang paling ku cintai. Musim yang paling kurindu. Musim yang paling ku sayangi. Hari ini aku akan berkunjung ke rumah Minato. Minato Namikaze. Di persimpangan SMP Konoha. Di taman kecil yang tak jauh dari sana. Aku terduduk menatap kuburan satu-satunya yang berada di sana. Tak bernama, tapi aku tau siapa pemiliknya. Tak terasa 7 tahun berlalu, setelah kejadian yang sungguh membuatku terpuruk. Tapi, membuahkan hasil yang baik seperti sekarang. Hari ini, di hari pertama Musim panas tahun ini. Aku akan menunjukan sesuatu yang harus ku beritahu pada Minato. Ini tentang janji 2 tahun yang lalu.

                “nee~ Minato, sekarang aku berkujung padamu. Sudah 2 tahun terlewati. Aku bisa berubah kan seperti sekarang?” pelan sangat pelan suaraku. Rasanya aku ingin menangis lagi. Tapi aku sudah berjanji pada diriku sendiri bahwa aku tidak akan menangis lagi. “huh, kau tau Minato? Aku merindukanmu” entah sepertinya aku akan melanggar janjiku sendiri. Air mataku tak bisa tertahan. Dengan pelan aku mengelus tanah yang berada di hadapanku sekarang. “ano... mi..minato, aku, menepati janjiku kan? Hiks”  “aku, sudah berjalan maju kan? Hiks, disaat kau pergi aku akan tetap maju kan? Hiks” sambungku lagi, aku benar-benar tak bisa berhenti menangis. “ li..lihatlah Mi..minato~ hiks, aku... sudah bisa maju sekarang~ hiks, oh ya.. a...aku ingin menagih janjimu sekarang” entahlah, mungkin aku tak bisa lagi berhenti berbicara sekarang. “kenapa... kau... meninggalkanku? Hiks.. kau, akan kembali kan?” aku tak bisa membayangkannya. Betapa malangnya nasibku. Sungguh, Minato kau segalanya. ‘tiinnn!!’ seketika aku menoleh, segera aku menghapus air mataku. Dan melihat kearah belakang. “Oi!!! Kushina??? Kau sedang apa?” aku tersenyum. Itu Mikoto Uchiha. Oh ya, aku jadi teringat akan satu janjiku yang belum ku beri tahu pada Minato. “aku tidak sedang apa-apa!!! Tunggu sebentar yah~ aku akan segera ke sana!” aku tersenyum. Dan aku pun kembali melihat tanah yang ada di depanku. “nee~ Minato, aku sudah tepati janjiku kan? Lihatlah, itu Mikoto Uchiha. Dia sahabatku di SMA orangnya sangat ramah. Hehe.. ia juga sudah punya pacar namanya Fugaku. Orangnya tampan loh! Tapi, kurasa lebih tampanan kau Minato” pelan, suarauku mulai memelan. Aku tau, pasti bahagia jika Minato masih bisa berada di sampingku. Tapi, aku mengerti Minato akan selalu ada dihatiku. “Oi! Kushina, cepatlah!” dengan cepat aku kembali menatap kuburan didepanku. Aku pun tersenyum “baiklah, Minato... aku sudah menepati janjiku. Kau juga harus menepati janjimu yah... datanglah kembali, aku akan kenalkan seluruh sahabatku dan aku akan kenalkan mereka siapa kau Minato.. nee~ sayonara” aku tahu, semua takkan ada yang abadi. Aku tau itu, tapi aku tak tau apa mungkin Minato akan kembali. Tapi, aku percaya sekalipun Minato takkan kembali, Minato pasti akan abadi di hatiku. Bersama dengan tumbuhnya rasaku untuknya.

Kau sahabatku di musim panas yang paling terbaik, Minato. Dan aku sangat menyayangimu. Selamat Tinggal.

(To Be Continued...)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar